Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Karuhun Ajaran Leluhur Kuno Sunda

Sejarah kuno tatar Sunda (Taruma) banyak dimanipulasi/dikaburkan oleh para ahli kolonial barat, termasuk asal usul budaya, bahasa dan keyakinan/kepercayaan kuno sunda. Dalam manuskrip prasasti-prasasti sunda kuno (Taruma), sering kali dirujukkan kepada india khususnya bahasa dan aksaranya, padahal kalau dikaji lebih dalam bahwa bahasa dan aksara sunda kuno berasal dari budaya bangsa Yue/Austronesia asli yang mempunyai ilmu seni dan kebudayaan sangat maju (ribuan tahun sebelum masehi) malah dianggap menyerap/meniru budaya india yang lebih terbelakang pada masanya, hal tersebut sangat tidak logis tapi anehnya sejarah indonesia yang anti kolonial justru mengadopsi pemikiran ahli kolonial, dan itu terjadi dimasa sekarang ini ANEH BIN AJAIB. Selain sejarah, bahasa dan aksara sunda kuno yang dikaburkan, keyakinan/kepercayaan sunda kuno juga dimanipulasi oleh ahli kolonial barat dengan membuat gambaran/pendapat bahwa keyakinan/kepercayaan sunda kuno adalah Hindu yang berasal dari India yang d

PANDAWA Menurut Filsafat TAO

Dalam pagelaran wayang kulit yang menceritakan tentang perang Barata Yuda (Mahabharata), dalam epos itu diceritakan ada 2 pihak/kelompok yang berseberangan dan saling berperang antara yang satu dan yang lain, dua kelompok itu adalah Pandawa dan Kurawa yang menyimbulkan baik dan buruk atau putih dan hitam yang merupakan simbol Ying dan Yang. Pandawa merupakan representasi dari konstelasi bintang utama yang berjumlah lima bintang, berikut penjelasan singkatnya: 方斗 FANG DOU atau FAN DU (PAN DU) 方 FANG atau FAN artinya ARAH 斗 DOU artinya BEI DOU atau RESI BINTANG 北斗 BEI DOU (BIDUK) KECIL atau disebut juga sebagai BERUANG KECIL atau URSA MINOR yang keberadaannya di posisi KUTUB UTARA atau 北極 BEI JI. Kata PAN DU yang juga bermakna sebagai arahan atau panduan untuk menuju arah (penunjuk arah) yang benar yaitu Kutub Langit Utara sebagai Pusat Semesta atau Pusat Langit. Dalam Asterisme atau Resi Bintang Kutub Utara ini atau 北極 BEI JI mempunyai konstelasi Bintang yang Berjumlah LIMA BINTANG untu

Austronesia Dalam Pemahaman Tiongkok Kuno

Dalam kajian ilmu linguistik, masyarakat nusantara atau asia tenggara di golongkan sebagai bangsa austronesia. Banyak para ahli yang menyebutkan dan berargumen bahwa Indonesia merupakan Ras Austronesia yang berbeda dari bangsa Tiongkok, pernyataan ini merupakan salah besar bagi teori tersebut. Kata Austronesia penyebutannya timbul pertama kali oleh Wilhelm Schmidt kelahiran Horde, Jerman yang hidup pada tahun 1868 - 10 Februari 1954. Wilhelm Schmidt seorang missioner Katolik dari gereja Latin (Gereja Barat) atau disebut sebagai SOCIETAS VERBI DIVINI (SVD). Kata Austronesia menurut Wilhelm Schmidt merujuk kepada bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang tinggal di Laut china selatan. Pada tahun 1898 - 1914 Jerman mengalahkan Kaisar Qing menduduki wilayah teluk 胶澳 Jiao‘Ao/Jiao’Au (sebutan pada masa dinasti Qing), sekarang disebut 胶州 Jiao Zhou atau 青島 Qing Dao di semenanjung Shan Dong ( 山東 半島 SHAN DONG BAN DAO) yang merupakan Teluk Laut Kuning. Wilayah Jiao'Ao(Au) merupakan pangkala

HIN-DU Dalam Pemahaman Sejarah dan Makna Kata

Biksu Yi Jing tinggal selama enam bulan di Sriwijaya untuk memperdalam(sekolah) bahasa Sanskerta(San Zi) sebelum bertolak ke India. Dia menyaksikan dan memeperhatikan banyak pusat keagamaan berbentuk wihara(kuil) di Sriwijaya, khususnya sebagai tempat menuntut ilmu. Selain hal tersebut, keberadaan institusi pendidikan pada era Hindu-Buddha tercatat dalam prasasti, relief dan karya sastra. Pada masa itu, pendidikan erat kaitannya dengan agama, contohnya di lingkungan penganut Hindu, pendidikan didominasi oleh kaum brahmana. Paling tidak ada dua sistem pengajaran, yaitu di dalam lingkungan keraton dan di dalam sistem pertapaan (diluar keraton).  Sistem pendidikan keraton dilakukan dengan cara guru mendatangi murid. Sementara dalam sistem pertapaan, murid biasanya yang mendatangi gurunya. Gambaran mengenai pendidikan di dalam istana bisa ditemukan lewat kisah pewayangan. Dalam kitab Mahabharata, dikenal tokoh Drona yang merupakan guru Kurawa dan Pandawa. Dia mengajarkan seni peperangan, d

Sang Wisnu dalam Budaya Yue/Yi(Austronesia) di Tiongkok

  Dalam kisah pewayangan Baratayuda Jaya Binangun atau dikenal dengan epos Mahabarata, ada seorang tokoh kunci yang sangat berwibawa dan dihormati oleh Pandawa yaitu Prabu Kresna yang merupakan titisan atau penjelmaan Dewa Wisnu dan dikenal dengan Narayana yang mengajarkan filsafat Bagua Jida (Bagawat Gita) kepada Pandawa, Selain itu Dewa Wisnu juga menjelma sebagai Sri Rama dalam epos Ramayana. Siapakah Prabu Kresna atau Dewa Wisnu ini sebenarnya?, Dan dari mana sumber cerita Wisnu/Kresna dalam epos Mahabharata dan Ramayana? Jika ditelusuri tentang kisah tokoh Kresna/Wisnu di India hanya terdapat pada beberapa  susastra Hindu , yaitu  Mahabharata ,  Hariwangsa ,  Bhagawatapurana , dan  Wisnupurana [1], kitab Mahabharata yang paling lengkap menggambarkan sosok Kresna/Wisnu, begitu juga di Jawa juga hanya dijelaskan dalam kitab pewayangan/pedalangan (Baratayuda Jayabinangun), dan tidak ada kisah/cerita yang lebih jauh dari itu. Satu-satunya petunjuk adalah kisah-kisah/cerita-cerita

Hanoman Dalam Identifikasi Kesejarahan

Dalam kisah pewayangan banyak tokoh-tokoh yang dikenal oleh masyarakat nusantara khususnya jawa dan sunda, cerita kisah pewayangan biasanya menceritakan bagian tertentu saja dari kisah Bharatayuda dan Ramayana yang diklaim oleh India sebagai cerita budaya mereka, perlu diketahui bahwa kedua epos cerita tersebut banyak mengambil cerita dan tokoh dari suku Yue/Yi atau lebih dikenal dengan bangsa Austronesia dalam ilmu linguistik. Salah satu tokoh pewayangan yang cukup fenomenal adalah tokoh Hanoman yang dikenal dengan kepahlawanannya yang berani masuk kerajaan alengka diraja untuk menyelamatkan dewi Shinta dan sempat dilagukan dan terkenal dalam lagu yang berjudul "Anoman Obong" yang diciptakan oleh Ranto Edi Gudel. Tokoh Hanoman juga dikenal dengan Anjanipura (putra Dewi Anjani) dalam kisah pewayangan merupakan tokoh yang diadopsi dari sebuah kisah kuno di pulau Hainan Tiongkok, hingga kini wilayah ini masih dihuni oleh suku Yue/Yi atau Li. Dalam sejarahnya tokoh ini dikenal d

Kesaksian Ma Huan tentang Leluhur Jawa dari Tiongkok

Dalam narasi sejarah, catatan Ma Huan merupakan manuskrip sejarah primer yang banyak digunakan dalam acuan dan studi sejarah. Dari banyaknya paparan/pendapat sejarah, penulis sering menjumpai dalam narasi sejarah ataupun dalam diskusi sejarah khususnya tentang penggolongan masyarakat jawa atas catatan Ma Huan (Ying Yai Sheng Lang) terjadi banyak salah interprestasi(tafsir) hingga dimasa sekarang, kesalahan ini disebabkan dari awal penafsiran yang mengandung unsur "sentimen anti tiongkok" oleh para ahli kolonial barat sehingga terjadi pembelokan/manipulasi fakta sejarah nusantara/Indonesia khususnya jawa. Menurut penulis, kesalahan yang paling fatal adalah tentang klasifikasi(penggolongan) dan identifikasi masyarakat(suku) jawa, dimana dalam catatan Ma Huan ada 3 klasifikasi/golongan penduduk di jawa oleh ahli kolonial barat ditafsirkan sebagai berikut, golongan pertama adalah para pedagang dari negeri barat nusantara, golongan kedua adalah orang cina yang tinggal di jawa dan

Penaklukkan Semenanjung India oleh Suku Yue (Austronesia)

---- Pan Yue /Pandya Dalam Catatan Kuno ---- Dalam pembahasan perkembangan sejarah dan budaya di nusantara, India sering dijadikan acuan/kiblat sumber sejarah dan budaya di nusantara oleh para ahli barat dan sejarahwan di Indonesia, tetapi ada hal- hal yang sengaja ditutupi/dilupakan bahwa sejarah dan budaya india sangat dipengaruhi oleh sejarah dan budaya tiongkok yang dibawa oleh suku Yue/Yi atau I (Thai-Austronesia). Dalam sejarahnya India sering dikuasai oleh dinasti di tiongkok, selain oleh suku Yue-Chi yang mendirikan kerajaan/dinasti kusan disana, India juga pernah dikuasai oleh suku Yue/Yi yang lain (Austronesia) [1] dari tiongkok yang mendirikan Kerajaan Pan-Yue (Pandya) dibawah sirkuit atau komando komisaris militer dinasti pada masa dinasti Han. Kerajaan Pan-Yue atau Han-Yue-Wang atau dikenal dengan Pandya [2], merupakan kerajaan yang berkuasa di semenanjung India yang dibentuk oleh Suku Yue (Austronesia) setelah menaklukkan suku Tamil (Dravida), wilayah India selatan merupa

Kalender Saka Dalam Tinjauan Sejarah

Dalam diakusi sejarah di Nusantara, banyak sekali manuskrip sejarah khususnya prasasti-prasasti sering menggunakan dan mencantumkan tahun Saka. Para ahli kolonial barat sering merujuk tahun Saka berasal dari India yaitu pada masa kerajaan Kusan dan sebagian besar ahli kolonial barat merujuk tahun awal Saka sebagai tahun penobatan raja Kaniskha. Tetapi kalau dianalisa lebih dalam rujukan tersebut sangat "ngawur" sebab tahun raja Kaniskha menjadi raja itu tahun 127 M dan bukan pada tahun 78 M (tahun mulai tahun Saka).[1] Kaleder Saka bukan berasal dari India [2] tetapi itu merupakan Kalender 節氣 Jie Qi atau 氣節 Qi Jie yaitu Kalender Surya dan Musim yang digunakan tradisi Tiongkok [3], Berikut penjelasannya tentang kalender 仨個 Sa-Ge atau Sa-Ka I. Menelusuri Kalender Sa-Ge atau Sa-Ka dari Filsafat, Tradisi dan Budaya. 仨個 Sa Ge atau Sa Ke/Sa Ko/Sa Ka 仨 Sa, artinya : Tiga 個 Ge, baca Ke/Ko, Ka (dalam dialek masa pertengahan Tiongkok), Ga/Ka, Go/Ko, Ge/Ke/Keh... Artinya : Tunggal/Satu,

Perbedaan Bahasa Sansekerta dan Hindi Dalam Tinjauan Kritis

Bahasa Hindi "dianggap" oleh ahli barat sebagai bahasa turunan dari bahasa Sansekerta,  atau istilahnya sebagai Apabhramsh dari Prakrit yang merupakan Apabhramsha dari bahasa Sansekerta. Apabhramsh berarti versi yang rusak. Braj, Avadhi, Khariboli adalah beberapa dialek.  Hindi Standar yang disebut Manak Hindi didasarkan pada Khariboli, vernakular Delhi dan sekitarnya Uttarpradesh dan Uttarakhand.  Bentuk awal bahasa Hindi disebut Sauraseni Prakrit yang merupakan bahasa yang digunakan oleh indoarya kuno di india. Ini adalah bahasa keempat yang paling banyak digunakan di dunia. Bahasa ini dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta, Dravida, Bahasa Arab Persia, Turki dan Inggris. Bagian utama dari kosa kata bahasa Hindi adalah Tatsama atau Tadbhava. Tatsama berarti kata-kata yang diucapkan sama seperti dalam bahasa Sansekerta dan Tadbhava berarti kata-kata yang berasal dari bahasa Sansekerta, tetapi diucapkan dengan nada kelahiran. Bahasa Hindi pecah menjadi dua, yaitu hindi standar da

Bukti Catatan Terawal Bangsa Eropa Tentang Leluhur Jawa Berasal dari Cina (Tiongkok)

Pada masa penjajahan kolonial belanda, belanda tidak hanya menajajah secara politik dan ekonomi saja, tetapi menghancurkan(memanipulasi) sejarah dan budaya nusantara, bahkan memutus hubungan mata rantai leluhur nusantara khususnya jawa dengan leluhurnya(tiongkok) dengan mengkotak-kotakkan antara pribumi dan cina, belanda sangat menyadari betul ikatan kuat antara cina dan jawa sebagai keturunan dari tiongkok mengancam hegemoni belanda atas kekuasaan(penjajahan) di nusantara, melalui(mendatangkan) para ahli-ahli barat dibidang pendidikan, sejarah, budaya, bahasa, seni dll, yang juga dibantu oleh para pujangga2 kraton untuk mensosialisasikan label "Pribumi" dan "anti Cina" untuk memisahkan "Jawa" dan "Cina" dimana keduanya adalah keturunan Tiongkok yang dahulu tidak ada perbedaan tersebut, yang pada akhirnya kolonial belanda menghancurkan dan memanipulasi sejarah dan leluhur jawa. Tetapi apapun yang telah belanda lakukan tetap saja bukti kebenaran t

Bahasa China Yang Mana?

 Bahasa China Yang Mana? Bahasa Cina Itu Apa Sih? Artikel ini membahas tentang apa yang dimaksud dengan bahasa Cina (bahasa Tionghoa), sejarah singkatnya, penggolongannya, serta contoh kosakata yang diserap ke bahasa Indonesia "Bang, beli siomay goceng, dong, kamsia ya" "Ah, gak cuan gua kalo lu ngutang melulu" "Kongkow dulu yuk, tempat mah cincai lah" Kalimat-kalimat di atas pastinya dah gak asing lagi kan, di telinga lo? Nah, dari kalimat-kalimat tersebut, lo ada perhatiin gak, kata-kata yang kok kedengarannya gak kayak bahasa Indonesia ya? Hayo, kata-katanya yang mana aja? Goceng, siomay, kamsia, cuan, kongkow, cincai. Yup, kata-kata ini memang bukan kosakata asli dalam bahasa Indonesia, mereka adalah kata serapan. Kira-kira, mereka diserap dari bahasa apa, ya? Kalo gue nanya ke orang-orang, kebanyakan dari mereka pasti menjawab bahasa Cina (bahasa Tionghoa). Bener gak? Well, benar dan salah sih, hehe. Selama ini mungkin lo berpikir bahwa kata-kata yang

Politik Barat Menghancurkan Sebuah Bangsa

Dalam politik kolonial barat ada sebuah kalimat "untuk menghancurkan suatu bangsa atau negara, maka hancurkan ingatan (sejarah) generasi mudanya", begitulah politik kolonial barat yang dijalankan dalam menjajah negeri jajahannya, termasuk belanda dalam menjajah indonesia. Menurut buku "Architects of Deception" yang ditulis oleh Juri Lina, ada 3 cara untuk menghancurkan suatu bangsa. Ketiga cara tersebut antara lain: Pertama. Kaburkan Sejarahnya Kedua. Hancurkan bukti bukti sejarah bangsa itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Ketiga. Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhur itu bodoh dan primitif. Mengapa demikian? Sejarah adalah lambang kebesaran atau kekayaan suatu bangsa pada masa lampau. Contoh, di Indonesia terdapat banyak bukti sejarah bahwa dulu ada kerajaan-kerajaan baik yang bercorak Tao, Ru, Hindu, Buddha, maupun Islam dan Kristen yang berjaya di eranya masing-masing. Kerajaan-kerajaan tersebut tentu

DA YANG 大 洋 (baca TA YANG) Dalam Tinjauan Analisis Kesejarahan

Tempo hari ada seseorang yang berpendapat bahwa "Dapunta" itu dari bahasa Malayu Kuno yaitu dari ḍa pu n ta = "beliau tuan kita". Kata "da" ditafsirkan sebagai beliau, kata "pu n" ditafsirkan sebagai tuan, dan kata "ta" ditafsirkan sebagai kita. Sekilas tafsiran ini kelihatan biasa saja tetapi kalau di perhatikan dan dianalisis secara mendalam tafsiran tersebut lebih tepat sebagai pendekatan cocokologi tanpa didasari pemahaman sejarah yang cukup tentang latar belakang sejarah tokoh sejarah yang menyandang gelar tersebut, selain itu si-penafsir tidak cukup baik dalam pemahaman bahasa melayu kuno. Kalau dianalisis kata "da"=beliau, "pu n"=tuan, "ta"=kita, ini tidak mempunyai acuan kata bahasa yang baku, contoh kata "da" bisa dirujukan sbg "sudah"(selesai) atau "muda" atau  "datu"(raja) atau "dasar" atau bahkan diartikan "dapat", jadi intinya kata ter

Minanga Tamwan Dalam Prasasti Kedukan Bukit

  Dalam pemahaman tafsir manuskrip sejarah atau prasasti, batasan sudut lokalitas  haruslah disingkirkan dan melihat dari sudut pandang yang lebih luas, banyak sejarahwan di Indonesia menafsirkan manuskrip atau prasasti hanya dari sudut pandang lokalitas atau sebatas wilayah indonesia saja tanpa melihat hubungan yang sejarah yang lebih luas lagi, seperti contoh Prasasti Kedukan Bukit yang menyebutkan sebuah tempat yang bernama "Minanga Tamwan", para sejarahwan Indonesia hanya mencari-cari(menduga-duga) tempat-tempat yang ada di wilayah indonesia saja tanpa mempertimbangkan wilayah di luar indonesia, sehingga kebenaran sejarah tersebut tidak akan pernah ditemukan selama para sejarahwan menggunakan sistem cocokologi modern yang bersifat lokalitas untuk tujuan(kepentingan) tertentu saja, hal itulah yang menyebabkan terjadinya pengaburan dan redudanci data sejarah dan akhirnya memunculkan kerangka sejarah yang salah akibat dari tebak-terka yang salah dari para sejarahwan yang ber