Langsung ke konten utama

Kalender Saka Dalam Tinjauan Sejarah



Dalam diakusi sejarah di Nusantara, banyak sekali manuskrip sejarah khususnya prasasti-prasasti sering menggunakan dan mencantumkan tahun Saka.


Para ahli kolonial barat sering merujuk tahun Saka berasal dari India yaitu pada masa kerajaan Kusan dan sebagian besar ahli kolonial barat merujuk tahun awal Saka sebagai tahun penobatan raja Kaniskha. Tetapi kalau dianalisa lebih dalam rujukan tersebut sangat "ngawur" sebab tahun raja Kaniskha menjadi raja itu tahun 127 M dan bukan pada tahun 78 M (tahun mulai tahun Saka).[1]


Kaleder Saka bukan berasal dari India [2] tetapi itu merupakan Kalender 節氣 Jie Qi atau 氣節 Qi Jie yaitu Kalender Surya dan Musim yang digunakan tradisi Tiongkok [3], Berikut penjelasannya tentang kalender 仨個 Sa-Ge atau Sa-Ka


I. Menelusuri Kalender Sa-Ge atau Sa-Ka dari Filsafat, Tradisi dan Budaya.


仨個 Sa Ge atau Sa Ke/Sa Ko/Sa Ka

仨 Sa, artinya : Tiga

個 Ge, baca Ke/Ko, Ka (dalam dialek masa pertengahan Tiongkok), Ga/Ka, Go/Ko, Ge/Ke/Keh...

Artinya : Tunggal/Satu, Individu, Bagian, Ukuran, Masing-masing, berjam-jam, berbulan-bulan.

Jadi 仨個 Sa Ge atau Sa Ke/Sa Ko/Sa Ka artinya Tiga dalam Satu (Tiga dalam Satu kesatuan).


Makna Tiga Dalam Satu (Kesatuan) ini merujuk kepada Tiga bulan dalam Setiap pertengahan Musim atau Tiga Bulan dalam tiap Musim dalam Tradisi Tiongkok disebut sebagai 候 Hou, artinya : Iklim/Musim, Mengamati, Tanda atau Pentad.

候 Hou dalam setiap Musim tediri dari Tiga, yaitu :

1. 初 Chu artinya : Awal, Permulaan, Mulai, Dasar

2. 次 Ci artinya : Kedua, Urutan selanjutnya, dibawah

3. 末 Mo artinya : Terakhir, Penutupan, urutan akhir.


Dalam Kalender Surya dan Musim Tiongkok dalam setiap Musim terbagi Dua Periode (seperti halnya dalam satu Bulan, bulan terang dan bulan gelap atau Yin dan Yang), Tiga Bagian/bulan periode awal Musim dan Tiga Bagian/Bulan periode akhir Musim.


Kalender 仨個 Sa-Ge atau Sa-Ka terkait erat dengan Kalender Surya Tiongkok Kuno.

Dalam Tradisi Kalender Surya Tiongkok dikenal sebagai 節氣 Jie Qi (Jie Chi) (Perhitungan Matahari) atau 氣節 Qi Jie (Chi Jie) Perhitungan Musim/Iklim Tiongkok atau kadang disebut sebagai 二十四節氣 Er Shi Si Jie Qi (Dua Puluh Empat perhitungan Matahari).


Periode Waktu dalam setahun yang terkait matahari akan menjalani empat musim atau 四季 Si Ji yang diawali dari :

- 春季 Chun Ji atau 春天 Chun Tian artinya Musim Semi.

- 夏季 Xia Ji atau 夏天 Xia Tian Musim Panas.

- 秋季 Qiu Ji atau 秋天 Qiu Tian Musim Gugur.

- 冬季 Dong Ji atau 冬天 Dong Tian Musim Dingin.


Didalam Kalender Surya dan Musim Tiongkok kuno posisi Matahari terletak pada 0° garis bujur langit yang dilihat oleh alat pengukur posisi matahari tradisi Tiongkok Kuno yang disebut 土圭 Tu Gui atau Nusantara ini di sebut sebagai Tu Gu seperti keberadaan prasasti Tu Gu di Cilincing (sekarang masuk wilayah kota madya Jakarta Utara) yang di buat oleh Taruma Nagara.


Pada posisi keberadaan Matahari 0° garis bujur langit dalam kalender 節氣 Jie Qi atau 氣節 Qi Jie (Kalender Surya dan Musim) jatuh pada bulan 春分 Chun Fen, Shun Bun, Chun Bun atau Xuan Fan(Suan Pan) atau dalam Kalender 仨個 Sa-Ge atau Sa-Ka disebut "CAI-TE-ER-A(YA)" (Caitra) yang jatuh pada tanggal 21 Maret/20 Maret pada kalender Gregorian.


Kata 財 CAI dalam Cai-Te-R-A bulan awal kalender Sa-Ka terkait dengan Keberkahan/

Kesuksesan/Kekayaan atau dalam tradisi Tiongkok yang dikenal sebagai 財神 CAI SHEN.


Musim Semi merupakan representasi sebagai awal Keberkahan, juga Musim Semi merupakan Simbol Arah Timur yang merupakan awal Matahari Terbit sebagai awal Kehidupan atau dalam proses kehidupan Manusia sebagai Anak yang baru Lahir.


Didalam Tradisi Tiongkok ketika perayaan 春節 CHUN JIE atau Perayaan Musim Semi atau dikenal juga sebagai Tahun Baru 陰陽 曆 Yin Yang Li (Im Yang Lek, dialek Hokkien) masyarakat Tiong Hoa bersembahyang kepada 財神 CAI SHEN.

春分 Chun Fen (Shun Bun/Chun Bun/Xuan Pan/Suan Pan) atau Cai-Tra (kalender Saka) merupakan bulan ke-4 atau bulan awal pada periode akhir musim Semi.


Jadi Kalender 仨個 Sa Ge atau Sa Ke/Sa Ko/Sa Ka artinya Tiga dalam Satu (Tiga dalam Satu kesatuan) merupakan keturunan dari Kalender yang digunakan tradisi Tiongkok kuno.


II. Menelusuri Kalander 仨個 Sa-Ge atau Sa-Ka dari segi leluhurnya.


Penggunaan Kalender Sa-Ka dikenalkan oleh orang-orang 月氏 Yue-Zhi yang mendirikan kerajaan 甘肅 Gui Shuang atau Ku Shan.[4]


月氏 Yue-Zhi awalnya tinggal di wilayah 甘肅 Gan-Su (Kan-Su) atau Gan Zhou dan Su Zhou atau disebut juga sebagai 隴西 Long Xi.


Yue-Zhi mengalami konflik dan mengalami kekalahan dengan suku lain di wilayah ini yang kemudian disebut sebagai 匈奴 Xiong-nu pada abad ke-2 SM.[5]


Yue-Zhi kemudian bermigrasi dan terpecah menjadi dua kelompok, kelompok yang besar disebut sebagai 大月氏 Da Yue-Zhi bermigrasi ke wilayah Bakhteria (Asia Tengah) yang meliputi Songdiana, Hindu Kush, Afghanistan, Tajikistan, Uzbekistan, Pamir.


Da Yue-Zhi salah satunya mendirikan kerajaan yang bernama 貴霜 Gui Shuang atau Ku Shan. Sedangkan kelompok Kecil Yue-Zhi atau 小月氏 Xiao Yue-Zhi bermigrasi ke dataran tinggi Tibet atau 青海 Qing Hai yang kemudian mendirikan Kekaisaran Tibet.


Orang-orang Yue-Zhi terkait erat dengan apa yang disebut sebagai suku Miao atau 苗族 Miao Zu yang meliputi juga orang suku Hmong, Hmu, Xong (Xiong), a-Hmao atau juga disebut sebagai Miao-Yao atau juga sebagai Mien/Min.[6]


Dalam sejarah Tiongkok disebutkan pada masa Kaisar Shun 2294-2184 SM (kaisar Shun merupakan lahir dan tinggal di Shan Dong) dia merelokasi beberapa suku 三苗 San Miao ke wilayah San Wei atau sunga Wei di wilayah Gan-Su (Kan-Su).[7]


Jika ditarik lebih jauh lagi Suku Miao terkait dengan 蚩尤 Chi You yang disebut membawa sembilan Suku Li atau Yi/Yue yaitu 九黎 Jiu Li yang terkait dengan orang Dong Yi / Dong Yue.[8]

Jadi orang Yue-Zhi terkait erat dengan Suku Miao dan juga Suku Yi/Yue atau Li


Oleh. Kang Janhanonone


Referensi:

1) https://en.m.wikipedia.org/wiki/Kanishka


2) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kalender_Saka


3) https://showchinese.education/index.php/en/blog/culture-24-jie-qi-24-solar-terms


4) https://en.m.wikipedia.org/wiki/Kushan_Empire


5) https://en.m.wikipedia.org/wiki/Xiongnu


6) https://en.m.wikipedia.org/wiki/Miao_people


7) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kaisar_Shun


8) https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chiyou


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d