Langsung ke konten utama

Minanga Tamwan Dalam Prasasti Kedukan Bukit

 


Dalam pemahaman tafsir manuskrip sejarah atau prasasti, batasan sudut lokalitas  haruslah disingkirkan dan melihat dari sudut pandang yang lebih luas, banyak sejarahwan di Indonesia menafsirkan manuskrip atau prasasti hanya dari sudut pandang lokalitas atau sebatas wilayah indonesia saja tanpa melihat hubungan yang sejarah yang lebih luas lagi, seperti contoh Prasasti Kedukan Bukit yang menyebutkan sebuah tempat yang bernama "Minanga Tamwan", para sejarahwan Indonesia hanya mencari-cari(menduga-duga) tempat-tempat yang ada di wilayah indonesia saja tanpa mempertimbangkan wilayah di luar indonesia, sehingga kebenaran sejarah tersebut tidak akan pernah ditemukan selama para sejarahwan menggunakan sistem cocokologi modern yang bersifat lokalitas untuk tujuan(kepentingan) tertentu saja, hal itulah yang menyebabkan terjadinya pengaburan dan redudanci data sejarah dan akhirnya memunculkan kerangka sejarah yang salah akibat dari tebak-terka yang salah dari para sejarahwan yang berpandangan lokalitas belaka, tanpa mau membuka hati dan pikirannya terhadap hal-hal yang baru.

Kadang kebenaran sejarah bisa tidak menyenangkan (melukai) bagi sebagian pihak, tetapi kebenaran sejarah haruslah diungkapkan tanpa rasa ego sentris dan melihat dari sudut pandang seluas mungkin dengan mendobrak batasan lokalitas dalam kajian sejarah.


Dalam kajian prasasti kedukan bukit, banyak sejarahwan melakukan teori tebak-terka tentang keberadaan Minanga Tamwan, sayangnya teori tebak-terka tersebut justru membuat sejarah Sriwijaya menjadi tidak menentu kebenarannya, berikut ini akan dijelaskan posisi Minanga Tamwan berdasarkan data yang valid dari prasasti kedukan bukit itu sendiri dan data dari catatan Biksu Itsing sebagai pembanding yang bisa sipeetanggung jawabkan kebenarannya.


Dalam Prasasti kedukan Bukit menyebutkan kata MINANGA TAMWAN yang merujuk wilayah atau tempat berangkatnya Dapun Ta Yang.

Banyak para sejarahwan mulai mencari tempat awal berangkatnya Dapun Ta Yang yang ditafsirkan di wilayah Nusantara (Sumatra, Melayu, Jawa, Thailand, dll).


Dalam prsasti kedukan bukit yg dibuat oleh Dapun Ta Yang disebutkan bahwa dia berangkat dari MINANGA TAMWAN pada tanggal 7 menuju bulan purnama (suklapaksa atau bulan paro terang) pada bulan JAYESTA kalender SAKA

Kata MINANGA TAMWAN ini yang menjelaskan asal datangnya DAPUN TA YANG


Kata TAMWAN, merupakan dari kata TAM dan WAN

Kata TAM sama maknanya dengan TANG atau TAN atau TONG atau TON

Kata TAM yg sama dialeknya dengan TANG juga terdapat di prasasti tersebut seperti kata DA-TAM yg maknanya sama dengan DA-TANG


Kata TAM atau TAN atau TANG atau TONG bermakna TIMUR yang dituliskan dengan karakter...

東 DONG, DO/DU baca TONG/TUNG, TO/TU artinya TIMUR

DONG dalam pengucapannya berdialek lain, yaitu :

KANTON dialek : DUNG/TUNG

HAKKA/KHEK dialek : TUNG

MIN DONG/FU ZHOU dialek : DENG/TENG

MIN NAN/HOKKIEN dialek : TANG, TONG

TEOCHEW dialek : DANG, DONG

WU/SHANGHANESE dialek : TON, TAN

Kata TAM sama maknanya dengan TAN yang merujuk wilayah TIMUR diucapkan sebagai bahasa JAWA yang disebut WEI-TAN

Kata 位 WEI artinya POSISI, TEMPAT, LETAK...

Jadi kata 位 東 WEI-TAN artinya POSISI TIMUR atau WILAYAH TIMUR.

Sedangkan kata WAN sendiri dari karakter 灣 WAN artinya TELUK

Jadi kata 東灣 TAM WAN atau TANG WAN atau TONG WAN atau DONG WAN bermakna TELUK DI TIMUR


TELUK TIMUR ini merujuk kepada TELUK DI TIMUR TIONGKOK yang merupakan Pelabuhan UTAMA yaitu TELUK HANG ZHOU atau 杭州灣 HANG ZHOU WAN

HANG ZHOU WAN atau Teluk HANG ZHOU merupakan pintuk masuk utama melalui Laut di wilayah Timur Tiongkok yang teluknya di apit dengan daratan utara Propinsi SHANGHAI dan di daratan selatan Propinsi ZHE JIANG


Di propinsi SHANGHAI sendiri terdapat Kabupaten atau Kecamatan atau districk yang bernama 閔行 區 MINHANG QU sebagai bagian dari propinsi SHANGHAI.

Kata 區 QU/KU dalam MINHANG QU bermakna WILAYAH KECIL, DISTRIK, KABUPATEN, KECAMATAN.

Kata MINHANG ini dapat merujuk sebagai tempat yang disebutkan dalam prasasti Kedukan bukit sebagai MINHANG-A atau MINANG-A.


Dalam prasasti di sebutkan bahwa Dapun Ta Yang berangkat dari MINANG-A TAM WAN pada tanggal 7 sukla paksa (tanggal menuju bulan purnama / paro terang) bulan JAYESTA (bulan ke-11 kalender SAKA setara bulan MEI - JUNI kalender MASEHI) dan tiba pada tanggal 5 sukla paksa (tanggal menuju bulan purnama / paro terang) bulan ASADA (bulan ke-12 kalender SAKA setara bulan JUNI - JULI kalender MASEHI), jadi Dapun Ta Yang memakan waktu perjalanannya di lautan selama 29 hari.


Dalam literatur perjalanan Yi Jing atau I Cing menyebutkan dari Sriwijaya ke pelabuhan GUANG DONG atau KWANG TONG atau KWAN TUNG atau KAN TON menempuh perjalanan selama 22 hari, yang wilayah Guang Dong merupakan wilayah paling Barat menuju ke wilayah Timur HANG ZHAO WAN atau TELUK HANG ZHOU.


Lama perjalanan Dapun Ta Yang dari Teluk HANG ZHOU menuju Sriwijaya sangat memungkinkan dengan waktu tempuh selama 28-29 hari yang disebutkan di dalam prsasti dengan tiba pada tanggal 5 sukla paksa bulan ASADA.


Prasasti ini sendiri di temukan dekat aliran sungai TA TANG yang merupakan aliran anak sungai Musi yang menurut J.G DE CASPARIS dan M. BOECHARI prasasti dibuat pada tanggal 16 JUNI 682 M


Isi Prasasti Kedukan Bukit :

1 śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī

2 śuklapakşa vulan vaiśākha dapunta hiya<m> nāyik di

3 sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa

4 vulan jyeşţha dapunta hiya<m> maŕlapas dari minānga

5 tāmvan mamāva yam vala dualakşa dangan ko-(sa)

6 duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu

7 tlurātus sapulu dua vañakña dātam di mata jap

8 sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula<n>... (hilang di yakini tertulis sebagai... Asada)

9 laghu mudita dātam marvuat vanua...

10 śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa...


Terjemahan

1 Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelas

2 paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di

3 sampan mengambil siddhayātra. di hari ke tujuh paro-terang

4 bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga

5 tamwan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan

6 dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu

7 tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang)

8 sukacita. di hari ke lima paro-terang bulan....(Asada)

9 lega gembira datang membuat wanua....

10 Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna....


Dari pembacaan prasasti kedukan bukit, ada sedikit catatan pembetulan, seharusnya ada sedikit yang harus dikoreksi yaitu pada baris ke-6 disebutkan "duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu", seharusnya kata "jālan" dibaca dgn "jaran" yang artinya adalah kuda (untuk berperang) sebagai salah satu kendaraan(hewan) perang, sehingga tafsiran kalimat baris ke-6 menjadi "dua ratus cara (peti) di sampan dengan kuda seribu", sehingga kata"jālan" tidak kontra diktif dengan kata "sāmvau"(sampan/prahu) yang mendahuluinya.


Oleh. Janhanonone


Daftar referensi:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kedukan_Bukit

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Hangzhou_Bay

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Minhang_District

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d