Langsung ke konten utama

Politik Barat Menghancurkan Sebuah Bangsa


Dalam politik kolonial barat ada sebuah kalimat "untuk menghancurkan suatu bangsa atau negara, maka hancurkan ingatan (sejarah) generasi mudanya", begitulah politik kolonial barat yang dijalankan dalam menjajah negeri jajahannya, termasuk belanda dalam menjajah indonesia.


Menurut buku "Architects of Deception" yang ditulis oleh Juri Lina, ada 3 cara untuk menghancurkan suatu bangsa. Ketiga cara tersebut antara lain:


Pertama. Kaburkan Sejarahnya


Kedua. Hancurkan bukti bukti sejarah bangsa itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya.


Ketiga. Putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhur itu bodoh dan primitif.


Mengapa demikian?


Sejarah adalah lambang kebesaran atau kekayaan suatu bangsa pada masa lampau. Contoh, di Indonesia terdapat banyak bukti sejarah bahwa dulu ada kerajaan-kerajaan baik yang bercorak Tao, Ru, Hindu, Buddha, maupun Islam dan Kristen yang berjaya di eranya masing-masing. Kerajaan-kerajaan tersebut tentunya mempunyai bukti peninggalan yang sangat berharga seperti artefak, prasasti, kerajinan, dan lain-lain.


Jika generasi muda mengingat tentang sejarah kemakmuran, kebesaran, dan kekayaan bangsa di masa lampau, tentunya akan menjadi sebuah hal yang baik. Sebab, dengan mengetahui hal tersebut, generasi muda akan terpacu untuk menjadi lebih baik. Dengan meneliti dan membuktikan bahwa pada masa lalu bangsanya adalah sebuah bangsa yang besar, maka akan menjadi pemicu untuk menyamai atau melebihi prestasi pada masa lalu. Dan pada akhirnya generasi muda akan menilai bahwa para leluhurnya adalah orang-orang hebat yang berjuang tanpa kenal lelah sehingga menghasilkan sebuah bangsa yang besar.


Sebaliknya, jika generasi muda tidak mau mengingat tentang sejarah dan leluhurnya, atau dihancurkan ingatannya tentang sejarah suatu bangsa serta diputus asal usul leluhurnya, maka generasi muda akan sangat mudah untuk mengambil kebudayaan bangsa lain tanpa menyerapnya, sehingga akan timbul pemikiran bahwa leluhurnya bodoh dan primitif (tidak memiliki identitas budaya.


Oleh. Koh Tzu


Referensi

Juri Lina, Book of Architects of Deception

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d