Langsung ke konten utama

Kitab Sembilan Bulan 九陰 真經 Dan Kitab Sembilan Matahari 九陽真經



Pada tahun 90an, layar kaca kita dihiasi oleh banyak film-film kungfu menarik. Di dalam setiap film kungfu tersebut tentu ada banyak jurus-jurus kungfu yang tak kalah menariknya. Postingan kali ini akan membahas makna mendalam dua buah kitab yang terdapat pada film Trilogi Pemanah Rajawali. Inilah dua kitab tersebut yang merepresentasikan Ying dan Yang.


Kitab Sembilan Bulan 九陰 真經 JIU YIN ZHEN JING


Kitab Sembilan Bulan yang diperebutkan oleh 5 jagoan kungfu di Serial Pendekar Pemanah Rajawali. Pengemis Utara, Raja Selatan, Racun Barat, Sesat Timur dan Dewa Tengah bertarung di Gunung Hua San untuk memperebutkan kitab tersebut.  Konon orang yang berhasil menguasai ilmu dari kitab ini bisa menguasai dunia persilatan.


Kitab Sembilan Matahari 九陽真經 JIU YANG ZHEN JING


Ilmu dari Kitab Sembilan Matahari berlawanan dengan ilmu dari kitab sembilan bulan. Bila ilmu sembilan bulan bersifat Yin maka ilmu sembilan matahari bersifat Yang. Ilmu inilah yang menyelamatkan nyawa Tio Bu Ki setelah dirinya terkena jurus tapak dingin. Berbekal ilmu ini, Bu Ki yang terjebak di gua rahasia Aliran Ming berhasil mempelajari ilmu memindah langit dan bumi dalam waktu singkat.


Makna Kitab Sembilan Matahari dan Bulan


九陽真經 JIU YANG ZHEN JING artinya KITAB KEBENARAN 9 UNSUR YANG

九陰 真經 JIU YIN ZHEN JING artinya KITAB KEBENARAN 9 UNSUR YIN


9 UNSUR YANG dan 9 UNSUR YIN digunakan oleh penulis 金庸 Jin Yong atau nama aslinya Cha Liang Yong dalam tulisannya yaitu 射鵰 三部曲 She Diao San Bu Qu artinya Trilogi Pemanah Rajawali.


9 unsur YANG dan 9 Unsur YIN merupakan pokok dasar dari makna Hari perayaan 重陽 CHONG YANG artinya 9 unsur YANG Ganda atau 重陽節 CHONG YANG JIE artinya Fetsival 9 unsur YANG Ganda, yang jatuh pada hari ke-9 (tanggal 9) dan bulan ke-9 kalender Imlek, Hari (tanggal) ke-9 direpresentasikan ke dalam Kitab 9 unsur YANG dan Bulan ke-9 direpresentasikan ke dalam Kitab 9 Unsur YIN.


Perayaan Hari Chong Yang merupakan sebagai peringatan (untuk memperingati) MALA PETAKA atau MARA BAHAYA yang dapat menyebabkan KEMATIAN, pada hari ini dalam tradisi Tiongkok kuno biasanya digunakan untuk datang ke kuburan leluhur untuk memberi penghormatan dan melakukan bersih-bersih kuburan, perayaan ini digunakan juga sebagai hari LANSIA dan selain itu biasanya pada hari ini secara tradisi digunakan untuk melakukan acara pendakian gunung sesuai dengan legenda terjadi pada masa Dinasti Han Timur dengan tokoh seorang pemuda 恒景 Heng Jing dengan Mahluk Jahat 恒景 Wen Mo.


Kata CHONG YANG juga digunakan oleh 王重陽 WANG CHONG YANG (1113-1170 M) yang merupakan pendiri Sekolah pemikiran dan Pembelajaran Tao 全眞 QUAN ZHEN atau disebut juga sebagai 全眞派 QUAN ZHEN PAI yang fokus dalam teknik atau Metode 內丹 NEI DAN (NEI TAN) artinya CAIRAN KEHIDUPAN (ZAT HALUS) YANG BERADA DIDALAM DIRI (TUBUH).



Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu


Referensi:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Wang_Chongyang

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Quanzhen_School

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d