Langsung ke konten utama

Garuda Pancasila Gotongroyong

Burung 鳳 Feng atau 鵬 Peng yang bermanifestasi menjadi Burung Garuda.

大鵬 Da Peng artinya Burung Besar/Utama atau Burung Raksasa, kadang juga disebut sebagai 大鵬 金翅 明王 Da Peng Jin Chi Ming Wang artinya Raja Burung Besar/Utama/Raksasa yang tercerahkan dengan berbulu Emas.

Menurut Mitologi/legenda Tiongkok Burung 鵬 Peng merupakan sebagai keturunan atau anak dari 鳳 Feng (sebagai 鳳凰 Feng Huang berpasangan), dalam legenda sejarahnya 鳳 Feng adalah transformasi dari 鯤 Kun artinya Ikan Besar (Raksasa).

鳳凰 Feng Huang merupakan Raja segala Mahluk yang dapat terbang.

Dari 鳳凰 Feng Huang melahirkan Raja Burung Merak Besar (sebagai tunggangan Buddha) atau 孔雀明王 Kong Que Ming Wang atau Mahamayuri (Mahamayuri Vidyarajni sebutan Buddhis) dan Raja Burung Elang Besar Bersayap Emas atau 大鵬 金翅 明王 Da Peng Jin Chi Ming Wang atau disebut sebagai Garuda dalam Weda (Garuda Purana) sebagai tunggangan Wisnu.

鳳凰 Feng Huang dalam legenda tersebut memilika bulu yang berjumlah 5 (Lima) warna yaitu Hitam (Utara), Hijau (Timur), Merah (Selatan), Putih (Barat) dan Kuning (Pusat/

Tengah), ke-5 warna tersebut mewakili Lima Kebijakan/Etika/Miralitas ajaran 儒教 RU JIAO atau 孔子 KONG ZI/TZE/CHU yaitu 五常 WU CHANG atau NGO SEUNG(NGO SUNG) dalam dialek Kanton atau NGO SIANG atau GO SIONG dalam dialek Hokkien.

鳳 Feng atau Peng 鵬 sebagai Burung yang dijadikan ikon atau simbol masih tersisa dalam budaya Hong Shan atau 紅山 文化 Hong Shan Wen Hua 4700-2900 SM ditemukan di Timur Laut Tiongkok bagian 奉天 Feng Tian atau sekarang 遼寧 Liao Ning yang merupakan orang Yi Timur atau Dong Yi.

Tidak hanya simbol atau ikon burung, di wilayah tersebut juga ditemukan fosil Burung Purba yang disebut Kun-Peng-opterus berumur 154 juta tahun yang lalu yang ditemukan wilayah Liao Ning.

教儒大 GARUDA atau JIA RU(RU-JIAO) DA sebagai 大鵬 金翅 明王 Da Peng Jin Chi Ming Wang.

Burung Garuda merupakan analogi dari yang disebutkan 大鵬 金翅 明王 Da Peng Jin Chi Ming Wang artinya Raja Burung Besar/Utama/Raksasa yang tercerahkan dengan berbulu Emas.

Kata GA-RU-DA bermakna :

家 Jia (Chia) atau Ga/Ka (dialek Kanton dan Hokkien) artinya : Filsafat, Sekolah Filsafat, Sekolah Pemikiran.

儒 Ru (Lu) kependekan dari 儒教 Ru Jiao yang merupakan sekolah/filsafat dari Sarjana ajaran filsafat 孔子 Kong Zi/Tze/Chu (孔夫子 Kong Fu Zi/Kong Fu Tze/Kong Hu Chu).

大 Da (Ta) artinya : Utama, Besar, Hebat, Baik

Jadi 教儒大 Ga-Ru-Da atau Jia-Ru(Ru Jiao)-Da artinya Yang Utama/Besar dari Filsat 儒教 Ru Jiao dari ajaran Filsafat 孔子 Kong Zi/Tze/Chu (孔夫子 Kong Fu Zi/Kong Fu Tze/Kong Hu Chu).

Kata GARUDA disebutkan dalam WEDA pada bagian GARUDA PURANA.

Kata WEDA sendiri dari kata WEI DAO yaitu :

衛道 Wei-Dao atau We-Da/We-Do artinya untuk melindungi dan membela para ajaran Konghucu Ortodok.

Kata Garuda terkait erat dengan kerajaan 貴霜 Gui-Shang atau Ku-Shan yang merupakan klan kelompok suku 月氏 Yue Zhi dengan sekolah sarwastiwada (sarvastivada) atau 說一切有部 Shuo Yiqieyou Bu.

Konsep Etika atau Moral Kong Zi/Kong Tze/Kong Chu yang disebut sebagai 五常 WU CHANG atau NGO SEUNG(NGO SUNG) dalam dialek Kanton atau NGO SIANG atau GO SIONG dalam dialek Hokkien yang artinya LIMA MORALITAS/ETIKA/

KABIJIKAN, yaitu :

1. 仁 Ren artinya : Kemanusiaan, Kasih Sayang, Welas Asih

2. 義 Yi artinya : Keadilan, Kebenaran, Kebaikan, Kewajiban Moral

3. 禮 Li artinya : Ritual, Upacara, Tradisi, Budaya, Tatanan Sosial (interaksi antara Langit, Manusia dan Bumi sebagai keselarasan)

4. 智 Zhi artinya : Kebijaksanaan, yang Hikmat.

5. 信 Xin artinya : Kepercayaan, Kepercayaan dalam diri, Keyakinan, Iman

5 (Lima) Kebajikan/Etika/Moralitas merupakan sebagai Hubungan interaksi kepada :

1. Raja (Penguasa) dengan Menteri (bawahannya).

2. Ayah dengan Anak.

3. Suami dengan Istri.

4. Kakak dengan adik.

5. Teman dengan sahabat.

Hubungan interaksi ini untuk lebih luasnya sebagai hubungan interaksi antara Manusia atau disebut sebagai 人道 Ren-Dao yang kemudian dikenal sebagai "Sosial (Sosialisme)".

Hubungan interaksi ini merupakan representasi 五行 Wu Xing atau Lima Fase/proses Elemen/unsur yang saling berhubungan.

Inti dari 五常 WU CHANG atau NGO SUNG/NGU SUNG (Kanton) atau NGO SIONG/GO SIONG/NGO(GO) SIANG (Hokkien) artinya LIMA MORALITAS/ETIKA/KEBAJIKAN atau dapat dimaknakan juga sebagai LIMA KEMULIAAN atau KETEGUHAN.

五常 WU CHANG sebagai Lima Kebajikan atau Lima Moralitas atau Lima Keteguhan dalam konsepnya di dasari dari TIGA PRINSIP (ATURAN) atau disebut 三綱 SAN GANG atau SAM GONG/KONG (Kanton dan Hokkien).

Tiga Prinsip (aturan) atau 三綱 San Gong merujuk kepada prinsip keselarasan hubungan antara 天 TIAN atau LANGIT, 地 DE atau BUMI dan 人 REN atau MANUSIA.

Kata 五常 WU CHANG merupakan satu kesatuan dari 三綱 SAN GANG yang disebut sebagai 三綱 五常 SAN GANG WU CHANG atau SAM GONG/KONG/KANG NGO/GO SUNG/SIONG/SIANG (dialek Kanton dan Hokkien) di dalam ajaran 儒教 Ru Jiao atau 孔子 Kong Zi/Tze/Chu.

Tiga prinsip antara 天 Tian (上帝 Shang Di) atau Tuhan/Langit, 地 De atau Bumi dan 人 Ren atau Manusia merupakan Hubungan interaksi vertikal kepada Tuhan/Langit dan hubungan interaksi horisontal kepada sesama Manusia dan isi bumi lainnya.

Dari konsep 三綱 五常 San Gang Wu Chang kemudian menjadi dasar pemikiran Soekarno untuk dijadikan sebagai Dasar Negara yang disebut sebagai PAN-CA SI-LA, TRI SI-LA dan GO-TONG RO-YONG dalam pidato BPUPKI 1 Juni 1945 yang juga mengutip politik Sun Yat Sen dengan prinsip 三民主义 San Min Zhu Yi (San Min Chu I)


Panca sila menurut pidato Soekarno dalam rapat BPUPKI

1. Kebangsaan (Nasionalisme)

2. Kemanusiaan (Internasionalisme).

3. Kemufakatan (Demokrasi).

4. Keadilan Sosial (Kesejahteraan Sosial).

5. Ketuhanan dengan Berkebudayaan (Ketuhanan Yang Maha E-Sa)

Tri Sila atau E-Ka Sila

1. Sosial Kebangsaan (Nasionalisme)

2. Sosial Kemufakatan (Demokrasi)

3. Ketuhanan


Go-Tong Ro-Yong sebagai penjabaran (analogi) dari kitab 中庸 Zhong Yong

Go-Tong

五 Wu atau Go artinya : Lima

仝 Tong artinya : Bersama-sama

五仝 Go-Tong atau Wu-Tong artinya Bersama 5 (Lima) atau 5 (Lima) dalam kebersamaan.

Angka(Bilangan) Lima merupakan sebagai representasi dari 中 Zhong atau Tengah/Pusat/Poros (seperti yg dijelaskan dalam He-Tu dan Luo-Shu).

Ro-Yong

Kata Ro dari kata 二 Er/R dan 化 Hua/Hwa/Wa/Oa -> 二化 R-Oa atau R-Wa/Rwa/Roa/Ro/Ra/R-ho (Ho dialek Wu Dong)

Artinya : Sebagi Dua atau Jadi Dua, yang merupakan Dua Realitas Tertinggi (Yin-Yang, Langit-Bumi) dalam keseimbangan/keselarasan.

Kata 二化 Ro/Rho atau R-Oa/R-Wa(Rwa) sama maknanya dengan Ji-Wa.

Kata 二化 R-Wa disebutkan dalam Kakawin Sutasoma em-pu Tan Tu Lar menyebutnya sebagai Mang-Rwa (Mang Ji-Wa).

Kata Rwa = Jiwa disebutkan pula oleh Ki Hajar Dewantoro (Soeryadi Soeryaningrat) sebagai "Mang-Hun", kata 魂 Hun artinya Jiwa atau Rho (Roh) didalam "Ing Madya Mang-Hun Karsa..", jadi kata Mang R-Wa yang disebutkan oleh Em-Pu Tantular sama maknanya dengan Mang Hun yang disebutkan oleh Ki Hajar Dewantoro (Soeryadi Soeryaningrat), sedangkan kata Ing Madya artinya di Tengah atau 中 Zhong merupakan tempat di bagian Dada.

庸 Yong artinya : Tetap, Tidak Berubah, Konstan, Sempurna

Kata 二化 庸 R-O(Rwa) Yong artinya Ketetapan Dua yang seimbang (selaras) atau Ketetapan/

Keteguhan Jiwa.

Jadi kata 五仝 二化 庸 Go-Tong Ro-Yong bermakna : Ketetapan Dua Realitas yang seimbang (selaras) dengan 5 (Lima) kebersamaan.

Secara garis besar makna tersebut adalah Ketetapan (Keteguhan) Jiwa dengan 5 (Lima) kebersamaan atau 5 (Lima) Kebersamaan dalam Ketetapan/Keteguhan Jiwa.

Kata 五仝 二化 庸 Go-Tong Ro-Yong diambil dari nama kitab 中庸 Zhong Yong artinya Ketetapan Di Tengah/Poros atau Kesempurnan Di Tengah yang merupakan salah satu dari Empat Kitab atau 四書 Si Shu dari Filsafat 儒教 Ru Jiao atau 孔子 Kong Zi/Tze/Chu.

Dalam kitab 中庸 Zhong Yong merupakan kitab yang penuh dengan simbol-simbol sebagai petunjuk dalam kesempurnaan diri untuk mengarahkan keseimbangan atau keselarasan dalam menggunakan pikirannya.

方夾 字羅 PAN-CIA(CHA) SI-LA atau FANG-JIA(FANG-CHIA) ZI-LUO

PAN-CIA(CHA) atau FANG-JIA(FANG-CHIA)

方 Fang atau Fan/Pan (dialek Wu Dong/Wu Timur, Shanghai) artinya : Empat persegi Panjang, Kotak/empat sisi, Bumi/Tanah

夾 Jia diucapkan Cia/Cha/Tja artinya : Diantaranya, Ditempatkan diantara, Berada diantara, Diantara kedua sisi, Di atau dari kedua sisi.

Kata 方夾 Pan-Cha(Chia) atau Fang-Jia artinya Berada diantara Empat sisi/persegi/Kotak atau di tengah antara empat sisi/persegi/Kotak.

Kata 方夾 Pan-Cha(Chia) atau Fang-Jia maknanya sama dengan 中 Zhong artinya : Tengah, atau Pusat atau dapat diartikan juga sebagai Antara/Perantara.

Karakter 中 Zhong di goreskan/dituluskan dengan karakter garis lurus vertikal 丨Gun (Kun) yang berada di tengah empat persegi/kotak 口 Kou.

Dalam diagram dan peta He-Tu dan Luo Shu posisi tengah di simbolkan dengan Angka 5 (Lima) atau 五 Wu (Ngo atau Go, dialek Kanton dan Hokkien) sebagai Ganjil dan Angka 10 (Sepuluh) atau 十 Shi (Sap atau Cap dalam dialek Kanton dan Hokkien) sebagai Genap.

Dalam diagram dan peta He-Tu dan Luo-Shu bahwa Lima arah di simbolkan dengan angka yang terdiri :

- Utara atau 北 Bei (Pei) dengan angka 1 sebagai elemen/unsur Air atau 水 Shui.

- Timur atau 東 Dong (Tung) dengan angka 3 sebagai elemen/unsur Kayu/Pohon atau 木 Mu

- Selatan atau 南 Nan dengan angka 9 sebagai elemen/unsur Api atau 火 Huo

- Barat atau 西 Xi dengan angka 7 sebagai elemen/unsur Logam atau 金 Jin

- Tengah/Pusat atau 中 Zhong dengan angka 5 sebagai elemen/unsur Bumi/Tanah atau 土 Tu

Jadi 方夾 Pan-Cha(Chia) atau Fang-Jia artinya Berada diantara Empat sisi/persegi/Kotak atau di tengah antara empat sisi/persegi/Kotak yang merepresentasikan keberadaan tempat/wilayah di Tengah atau di Pusat sebagai simbol angka 5 (Lima) atau 五 Wu (Ngo/Go).

Kata 方夾 Pan-Cia(Chia) yang kemudian berarti sebagai angka/nominal 5 (Lima) dalam bahasa sansekerta.

Makna 方 Fang atau Pan dapat diartikan juga sebagai BUMI atau TANAH yang merupakan unsur ke-5 dari Lima Unsur atau 五行 Wu Xing sebagai representasi Lima Kebajikan atau 五德 WuDe.

字羅 SI-LA atau ZI-LUO

字 ZI (TZE) atau SI (Kanton dan Hokkien) artinya : Simbol, Karakter, Pesan, Surat, Istilah, Kata

羅 Luo atau Lo atau La (dialek Tiongkok masa pertengahan) artinya : Kain kasa, Jaring menangkap burung, untuk mengumpulkan, dikumpulkan, berkumpul

Jadi kata 字羅 Si-La atau Zi-Luo artinya Mengumpulkan Simbol/Karakter atau Pesan Kata.

Dalam lambang Burung Garuda Panca Sila ditempatkan di bagian dada Burung yang merupakan bagian Tengah atau 中 Zhong dengan 5 (Lima) Kebajikan/Etika/Moralitas atau 五常 WU CHANG .


Jatayu

Jatayu merupakan Manifestasi dari Garuda, dalam Mitologinya Garuda merupakan Tunggangan Wisnu sebagai representasinya didalam Ramayana, Rama merupakan manifestasi dari Wisnu sedangkan Jatayu merupakan manifestasi dari Garuda, seperti yang di gambarkan dalam Ramayana bahwa Jatayu merupakan tunggangan Sri Rama sebagai representasi Garuda merupakan tunggangan dewa Wisnu.


Manuk Dadali

Sebutan Manuk Dada-Li ini ada/muncul sebagai yang merepresentasikan Burung Garuda Panca Sila yang telah menjadi Lambang dan Dasar Negara.

Manuk Dada Li merupakan judul lagu yang di karang oleh Sambas Mangundikarta sekitar tahun 1951-an sebagai yang merepresentasikan Burung Garuda dan Panca Sila.

Kata Dada / Dodo (Jawa) dari kata Dada Li, makna Dada Li tersebut adalah :

鬥 Dou atau Dau/Daw (Kanton) artinya : Bertemu, Bertatapan, Berlawanan, Berhadapan

都 Dou atau Du (Kanton) artinya : Keduanya, Semua, Genap

化 Hua atau Hwa/Wa/Ua/Oa artinya : Menjadi, Jadi, Melebur, Mencair, Menyatu

Jadi kata 鬥都化 Da Du-ua(Du-Wa) atau Dou Dou-Hua artinya Keduanya menjadi Bertemu.

Kata Dada atau Dodo (Jawa) sebagai yang merujuk keberadaan 二化 Ji-Wa atau R-Wa(Rho/Roh).

禮 Li merujuk ajaran Ru Jiao atau Kong Zi yaitu : Kesusilaan, Aturan, Tatakrama, secara luas dapat diartikan sebagai Hukum Alam.

Di Sunda yang merujuk kepada burung yang sakral terdapat dalam legenda Chi-Hong atau Chi-Hung(Ung) Wanara.

Chi-Hung(Ung)

隻 Zhi (baca Chih) artinya : Satu Burung, Tunggal, digunakan pada burung 鳳 Feng atau Hong/Hung (Hokien dan kanton).

Legenda Chi-Hong/Hung(Ung) Wanara terkait pembagian wilayah Taruma (di bagian barat sunda) dan Galuh (bagian timur sunda).

Di sunda sendiri lebih cenderung dengan ajaran Ru Jiao, seperti dalam nama Ta-Ru-Ma yang mana kata Ru tersebut merujuk kepada Ru Jiao hingga saat ini kata Ru tersebut masih di jadikan nama ajarannya yaitu Ka-Ru Hun dan Bu/Bo(Bao) Hun... kata 魂 Hun yang artinya Jiwa biasa digunakan dalam Ru Jiao.


Oleh 

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu


Referensi:

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Fenghuang

https://en.m.wikipedia.org/wiki/

Golden_Winged_Great_Peng

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Peng_(mythology)

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mahamayuri

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Garuda

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Kunpengopterus

https://en.m.wiktionary.org/wiki/%E8%A1%9B%E9%81%93#Chinese

https://zh.m.wikipedia.org/zh-hant/

%E4%B8%89%E7%BA%B2%E4%BA%94%E5%

B8%B8

http://www.xjishu.com/en/002/y12607.html

https://www.spocjournal.com/budaya/464-lima-hubungan-khonghucu.html

https://www.spocjournal.com/widya-karya/275-wu-chang-wu-lun-a-san-da-de.html

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Doctrine_of_the_Mean

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d