Langsung ke konten utama

老 Lao atau Rao, Rau, Raw, Ra, Ro, Ru

老 Lao artinya : Yang Terhormat, Penuh Hormat, Untuk menghormati, Orang Tua, Yang berusia, Orang, Hewan dan Benda yang telah berusia tua/kuno, Orang yang mempunyai jabatan tinggi, Panggilan/sebutan sebagai tanda hormat kepada atasan yang dilakukan oleh bawahannya.


Kata 老 Lao juga diucapkan dalam dialek lain adalah : Lou, Lau, Lo.

Dalam dialek orang Yi, Kra (Ke-Ra), Ge-Lao/Ge-Lo, Dai/Tai, Kra-Dai/Kra-Tai diucapkan sebagai : Rao, Rau, Raw, Ra, Ro, dalam dialek Tiongkok kuno diucapkan sebagai : Ru, Ro, Rao

Dalam dialek Jepang dan Korea diucapkan sebagai : Ro.

Kata 老 Lao atau Rao, Rau/Raw, Ra, Ro, merupakan suatu predikat yang digunakan sebagai menunjukkan suatu tindakan/perasaan "Hormat, Kehormatan, Yang dihormati".

Biasanya digunakan kepada Orang yang lebih tua, orang yang dituakan (sesepuh/pinisepuh), orang dengan jabatan tinggi di wilayah/komunitas, orang Bangsawan atau juga kepada Pemilik usaha (bisnis), orang yang dikasihi atau dicintai, sebagai contoh :

- 老父 Lao Fu (Lo Hu, dialek Hokkien) atau 老爸 Lao Ba atau Lo Pa, artinya : Ayah

- 老姥 Lao Mu atau 老媽 Lao Ma atau 老娘 Lao Niang (Lo Nia/Nya/Nyak, dialek Hokkien), artinya : Ibu.

- 老師 Lao Shi (Lo Shu, dialek Hokkien), artinya : Guru

- 老辦 atau 老闆 Lao Ban (Lo Pan, dialek Hokkien), artinya : Pemimpin, Kepala, Pemilik Usaha (bisnis).

- 老辦娘 atau 老闆娘 Lao Ban Niang (Lo Pan Nia/Nya/Nyak), artinya : Istri Pemimpin/Kepala/Pemilik Usaha (bisnis) atau Wanita Pemimpin/Kepala/Pemilik Usaha (bisnis).

- 老公 Lao Gong (Lo Kung), artinya : Suami

- 老婆 Lao Po (Lo Po), artinya : Istri


Kata 老 Lao atau Rao, Rau/Raw, Ra, Ro, merupakan suatu predikat yang digunakan sebagai menunjukkan "Hormat atau Yang di hormat atau yang di tuahkan/sakralkan" yang ditujukan kepada Hewan, Benda atau tempat, sebagai contoh :

- 老鷹 Lao Ying (Lo Eng, La-Eng, dialek Hokkien), artinya : Elang.... E + La + Eng

- 老家 Lao Jia (Lo Ka, dialek Hokkien), artinya : Tempat asal-usul, Kampung/wilayah asal-usul leluhur. Kadang juga sebagai Tiga tempat asal atau di sebut 仨老家 Sa Lo Ka atau Sa Lao Jia, yang mengandung makna kiasan Langit, Bumi (dalam bumi) dan Manusia.


Karakter 老 Lao kemudian digunakan sebagai karakter 佬 Lao dari karakter : 亻Ren (入) (Orang/Manusia) + 老 Lao, yang mana karakter 佬 Lao digunakan pada kata 仡佬 Ge-Lao/Ge-Lo (Ke-Ra/Ke-Raw) yang merupakan orang-orang atau suku dari Yi/i atau Kra-Dai/Kra-Tai, Tai dan 福佬 Fu-Lao atau Hok-Lo dalam dialek Hokkien yang merupakan orang-orang Min/Man (termasuk Min Nan atau Hok-Kien/Fu-Jian).


Ra, Ro, Rao, Rau atau Raw sebagai dialek lain dari karakter 老 Lao.


Kata Ra, Ro, Rao, Rau atau Raw sebagai dialek lain dari karakter 老 Lao yang maknanya juga sama, banyak digunakan dalam kata di Indonesia dan di Jawa, sebagai contoh :


1. 老詔 Ra-Ja/Ro-Jo atau Lao Zhao

老詔 Lao Zhao atau Ra-Ja/Ro-Jo, kata 詔 Zhao atau Ja/Jo, artinya : Raja, Mengemban dekrit Kekaisaran, Mengemban keputusan kekaisaran yang dalam hal ini Orang yang mengemban/

bertugas melaksanakan Keputusan/dekrit kekaisaran Tiongkok.

Jadi kata 老詔 Ra-Ja/Ro-Jo atau Lao-Zhao artinya Raja terhormat (yang dihormati) yang mengemban atas dasar keputusan/dekrit kekaisaran Tiongkok.

Kata 老詔 Ra-Ja/Ro-Jo kadang mendapatkan imbuhan awalan sebagai Ma-Ha/Mo-Ho. Kata ini merupakan dialek Kanton dari kosa kata Tiongkok yang maknanya adalah :

無 Wu atau Mo, Mou atau Ma (dialek Kanton), artinya : Tidak, Tanpa, Tidak/tanpa memiliki

瑕 Xia (Sia) atau Ha/Ho, artinya : Cacat, Batu giok/permata yang cacat.

Jadi kata 無瑕 Ma-Ha/Mo-Ho atau Wu Xia artinya Tanpa cacat atau Tidak memiliki cacat atau dapat juga diartikan (bersinonim) sebagai Sempurna/Yang Sempurna.

Jadi secara keseluruhan kata 無瑕 老詔 Ma-Ha/Mo-Ho Ra-Ja/Ro-Jo artinya Raja terhormat (yang dihormati) yang mengemban atas dasar keputusan/dekrit kekaisaran Tiongkok yang Sempurna (Tanpa cacat).


2. 老哥一 Ra-Ka-I atau Lao-Ge-Yi.

老哥一 Lao-Ge-Yi atau Ra-Ka-i, artinya : Kakak Laki-laki Pertama/Tertua terhormat/yang dihormati. Kata 哥 Ge juga diucapkan sebagai 哥哥 Ge-Ge dalam dialek lain Ke-Ke atau Ka-Ka(Kakak) atau Ko-Ko(Kokoh), dalam bahasa lain sebagai 老哥 Ro-Ko/Ra-Ka atau Lao-Ge (biasanya disebutkan dalam wayang).

Kata 老哥一 Ra-Ka-i bersinonim atau sama maknanya dengan 大哥 Da-Ge atau Ta-Ke artinya : Kakak Tertua/Pertama.

Dalam sistem feodal atau sistem karajaan atau kekaisaran anak laki-laki pertama/tertua merupakan pewaris yang meneruskan Ayahnya, untuk itu biasanya anak laki-laki pertama/tertua dalam sistem kerajaan/kekaisaran disebut juga sebagai Pangeran atau Fang-er-an.

放 Fang atau Pang, artinya : Untuk menempatkan

兒 Er atau R, artinya : Putra, Anak

安 An artinya : Kenyamanan, Kedamaian, Ketenangan, Untuk memasang, Untuk menemukan.

Jadi kata 放兒安 Pang-er-an atau Fang-Er-An artinya Untuk menempatkan Putra/Anak untuk kedamaian/ketenangan.

Di Jawa kata 老哥一 Ra-ka-i di temukan dengan di ikuti kata Ha-Lu yang mana maknanya adalah :

下 Xia atau dalam dialek Hokkien diucapkan Ha, artinya : Di bawah, Membawahi

路 Lu artinya : Jalur, Jalan, Rute, Mengatur Jalur/Jalan/Rute, Sirkuit.

路 Lu sebagai Jalur/Jalan/Rute terkait erat dengan Jalur transpotasi air (sungai, anak sungai dan laut) sebagai jalur usaha perdagangan dan bisnis.

Jadi kata 下路 Ha-Lu atau Xia-Lu artinya Membawahi Rute/Jalur/Jalan transpotasi khususnya transpotasi air (sungai, anak sungai dan laut).

Jadi secara keseluruhan makna kata 老哥一 下路 Ra-ka-i Ha-lu artinya Kakak Laki-laki Pertama/Tertua terhormat/yang dihormati yang membawahi (kewenangan/penanggung jawab) Rute/Jalur/Jalan transpotasi khususnya transpotasi air (sungai, anak sungai dan laut).

Dalam sejarah Tiongkok, kata atau istilah 路 Lu merupakan salah satu dari struktur sistem kekaisaran Tiongkok yang digunakan pada masa dinasti Song (960-1279 M) yang sebelumnya digunakan istilah 道 Dao (Tao/To) pada masa dinasti Tang (618-907 M).


3. 老辦 atau 老闆 Rao-Ban/Ro-Ban atau Lao Ban.

老辦 atau 老闆 Rao-Ban/Ro-Ban atau Lao Ban merupakan kosa kata Tiongkok selatan yang sudah digunakan sejak jaman Tiongkok kuno (era kekaisaran Tiongkok kuno).

Kata Lao Ban (Lo Pan) atau Rao Ban awalnya dengan karakter 老辦 yang mana kata karakter 辦 Ban atau Pan artinya : Untuk Mengelola, Untuk Menangani, Untuk mengurus, Untuk mengatur, Untuk menyiapkan, Untuk mendapatkan, Untuk memproses, Untuk membawa ke pengadilan, Untuk menghukum.

Jadi awalnya kata 老辦 Lao-Ban (Lo-Pan) atau Rao-Ban/Ro-Ban Orang terhormat yang Mengelola/mengatur.

Kemudian akan menjadi dengan karakter 老闆 Lao-Ban (Lo-Pan) atau Rao-Ban/Ro-Ban dengan karaktet 闆 Ban (Pan) artinya : Didalam pintu gerbang, Tuan Rumah, atau dalam makna karakter 老闆 Lao-Ban (Lo-Pan) atau Rao-Ban/Ro-Ban artinya Orang terhormat yang memiliki/pemilik usaha/bisnis atau Bos/Kepala yang terhormat.

Kata Rao-Ban/Ro-Ban telah ada di Jawa yang merujuk nama suatu tempat di Jawa Tengah, kemungkinan besar Rao-Ban/Ro-Ban merupakan juga sebagai pelabuhan kuno di Jawa tengah yang mana sebagai tempat pelabuhan untuk pengiriman hasil bumi dan ini juga dibuktikan dengan ditemukanya prasasti Sojomerto.

Kata Ra atau Ro masih banyak digunakan seperti kata : Ra-Dien (Ra-Dian)... Ra-Semi, Ra-Kuti, Ra-Tan-ca (sebagai pejabat dalan masa Majapahit), dll..


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d