Langsung ke konten utama

THE RAISE OF RA-JA 佬詔 (RAO ZHAO)

Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Tiongkok seperti Vietnam, laos, myanmar, india dan Korea selalu memiliki hubungan khusus dimasa lampau baik sebagai negara vassal maupun letupan-letupan konflik dan juga pengaruh budaya Tionghoa yang kuat terhadap negara-negara tersebut. Tetapi tidak seperti Korea , sejarah Vietnam dan indochina (laos, myanmar, kamboja, thailand) sangat terbatas. Ini karena Vietnam dan indochina hanya meninggalkan sedikit peninggalan tertulis dan juga karena iklim Vietnam dan indochina yang hangat , subtropis dan lembab , yang dapat merusak kertas dan pakaian.


CATATAN AWAL


Catatan tertulis awal di Vietnam bermula pada tahun 257 SM yang disebut sebagai Au-lac (Ou Lao) dengan makna yang kurang jelas yang ditujukan untuk suku Lao(Yue). Tetapi orang Vietnam sendiri sering menyebut dirinya sebagai orang Lac (Lao/Yue) seperti yang tercatat dalam catatan Tiongkok. Beberapa unsur sejarah Vietnam masih mendekati legenda seperti Raja An Du’ong yang berkuasa selama setengah abad dan hanya sedikit informasi mengenai dirinya sampai dia ditumbangkan/diserang oleh Zhao Tuo yang menggabungkan wilayahnya(Lingnan) dengan wilayah vietnam menjadi kerajaan baru (Nan Yue) pada tahun 207 SM.


Sejarah awal yang pasti dalam sejarah Vietnam adalah di masa Zhao Tuo  趙佗(Trieu Da dalam bahasa Viet) . Dinasti Qin yang berusia singkat berhasil meluaskan wilayah dan mengontrol penuh kawasan selatan yang terbentang dari Nanling, Fujian, Guangdong , Guangxi, Ao Lac hingga Linyi (Indochina).  Zhao Tuo (circa 230-137SM) merupakan seorang komandan/jendral militer dinasti Qin Tiongkok yang berasal dari Zhengding-Hebei, yang memimpin pasukan bergerak keselatan untuk memperluas wilayah kekuasaan dinasti Qin. Dia membunuh banyak pemimpin(raja dan kepala suku) di kawasan selatan (Yue Lang / Van Lang) dan saat dinasti Qin runtuh tepatnya tahun 207 SM mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin penguasa Nan Yue (203-137SM) yang terbentang dari Nanling, Guangdong dan Guangxi dengan ibukota di Panyu (modern Guangzhou) dan menyerang/mencaplok wilayah Au Lac(Vietnam utara) dan Lin Yi(Vietnam tengah) dan menewaskan jendral/raja An Duong Vuong. Selain itu Zhao Tuo juga menyerang dan menaklukkan semenanjung india dalam perluasan wilayahnya.


PENYATUAN SUKU YUE/YI


Dalam catatan sejarah 趙佗 ZHAO TUO menyatukan suku 西南夷 XI-NAN YI (Suku Yi (I) di Barat-Selatan atau Barat Daya) atau AN-NAN/AN-NAM (sekarang Viet-Nam),雲南 YUN-NAN, 長沙 CHANG-SHA ibu kota provinsi 湖南 HU-NAN, 贵州 GUI-ZHOU, GUANG-XI dan MIN-YUE di Timur di bawah NAN-YUE.


Kerajaan suku 牂柯 ZANG-KE yang kemudian di sebut sebagai kerajaan suku 夜郎 YE-LANG yang terletak di sungai ZANG-KE yang sekarang disebut sungai 北盘江 BEI-PAN JIANG atau 六盤水 LIU-PAN SHUI (diperkirakan letaknya di 畢節BI-JIE, 六盤 LIU-PAN provinsi 贵州 GUI-ZHOU sekarang), sungai ini merupakan sarana transportasi yang menghubungkan dengan kerajaan NAN-YUE.

牂柯 ZANG-KE atau 夜郎 YE-LANG mempunyai hubungan dekat dengan NAN-YUE (趙佗 ZHAO TUO) dengan dibuktikannya bahwa kerajaan suku tersebut menyatakan kesetiaannya kepada NAN-YUE sejak 183-111 SM.

ZANG-KE atau YE-LANG juga mendapatkan segel (stempel) emas dari Kaisar WU Han pada tahun 108 SM atas tunduknya kepada kaisar WU Han, dengan dibuktikannya seorang dari Suku MIAO (HMONG) yang bernama YANG JIN WEN merupakan keturunan Raja ZANG-KE atau YE-LANG generasi ke-75.


Orang 牂柯 ZANG-KE atau 夜郎 YE-LANG mengenakan rambut yang di ikat ke atas (sanggul) dengan penjepit rambut berbentuk seperti huruf “U” dengan mengenakan kalung dari batu Jade (Giok) dan gelang dari batu turquoise (pirus), dengan kerajinan bejana (pot) perunggu, porselen, dan batu.

Cara penguburan mayat dengan menempatkan mayat dimasukkan ke dalam pot atau tempayan (belanga) perunggu atau tanah liat (gerabah).

Cara penguburan tersebut juga ditemukan di wilayah Karawang di situs BUN-I Jawa Barat, di situs PA-LA WANG-AN Kranggan – Rembang Jawa Tengah, di Palembang Sumatra selatan, Kerinci - Jambi, Banyu asin dan masih banyak situs di Sumatra yang menggunakan cara penguburan dengan menempatkan mayat di dalam bejana (pot) atau tempayan (belanga).


GELAR RA-JA (RAO ZHAO)


Berdirinya Dinasti Han memperkuat kembali Tiongkok , tetapi tidak cukup kuat untuk untuk mengontrol langsung kawasan Selatan yang cukup luas . Kaisar Gaozu memilih kebijakan pasifis setelah kekalahan yang memalukan dari Xiongnu di tahun 200 SM . Di tahun 196 SM , Liu Bang atau Kaisar Gaozu (? – 195SM) mengirim Lu Jia 陸賈(?-170SM) untuk misi diplomatik ke Nan Yue untuk  mengakui pemerintahan Zhao Tuo. Ketika itu kawasan Yue/Yi berbeda dengan kawasan Han dan demikian pula Zhao Tuo mengadopsi gaya rambut dan berbusana dalam kultur setempat (adat suku Yue/Yi), serta mengambil gelar sebagai pemimpin tertinggi Yue/Yi dengan sebutan 佬詔 RA-JA (RAO ZHAO).


Kata ZHAO (CHAO, JAO, JO, JA) kemudian menjadi kata 佬詔 RAO ZHAO (RAO-CHAO, RAO-JAO, RO-JO, RA-JA) artinya PEMIMPIN.

Kata 佬 RAO dari pinyin LAO artinya KITA, ORANG, ORANG-ORANG (MASYARAKAT), PRIA DEWASA (PEMUDA), kata RAO ini merupakan dialek kuno dari suku-suku yang tinggal di wilayah MAN-YI atau NAN-YUE khususnya di GUANG-DONG (KANTON), HAI-NAN, LING-NAN, GUI-ZHOU, GUANG-XI, YUN-NAN, HU-NAN, VIET-NAM) atau yang juga dikenal sebagai HMONG-MIAO atau SAN MIAO atau juga disebut sebagai BAI-YUE (seperti ZHUANG, RAU, LI, LIAO, GELAO, BAI, BUYEI, KRA, ISAN, TAI, TAI-NUNG, DIAN, ZANG-KE atau YE-LANG, LUO di sungai 螺河 LUO-HE sekarang GUANG-DONG) atau YI-ZU (suku YI/I)

Jadi kata 佬詔 RAO-ZHAO (RAO-CHAO, RAO-JAO, RO-JO, RA-JA) artinya RAJA KITA atau PEMIMPIN MASYARAKAT.

Kata ZHAO merujuk kepada Raja Besar NAN-YUE yaitu 趙佗 ZHAO TUO tahun 230-137 SM sebagai Pemimpin yang berhasil menyatukan wilayah YUE/YI atau MAN (NAN-MAN atau MAN-YI) di selatan Tiongkok.

Dari riwayat inilah kata RAO-ZHAO atau RAO-JAO (RO-JO/RA-JA) yang kemudian digunakan dan di kenal di Nusantara dan di Jawa untuk menjadi gelar Bangsawan dan Penguasa wilayah.


Zhao Tuo menganggap dirinya sejajar dengan Liu Bang dan berkata bahwa dirinya tidak memulai pergerakan(menyerang) di kawasan Tiongkok sehingga dirinya menjadi raja di kawasan barunya diseluruh wilayah Yue/Yi (Asia tenggara, Yunan dan India). Jika saja memulainya di Tiongkok apakah yang saya lakukan tidak sebaik kaisar Han ?  Lu Jia yang telah tinggal di wilayah kekuasaan Zhao Tuo selama beberapa bulan dan berargumen bahwa posisi Liu Bang sebagai Putera Langit adalah unik dan karenanya Zhao Tuo harus menyerahkan ambisinya.  


MISI DIPLOMASI LU JIA


Dalam versi buku terbitan Asiapac yaitu “Famous Chinese Diplomats” disebutkan bahwa Zhao Tuo pada mulanya bersikap arogan ketika menyambut Lu Gu (barangkali maksudnya adalah Lu Jia) . Stella Xu juga mengkisahkan hal senada dimana Zhao Tuo duduk dengan gaya serampangan. Lu Jia  tidak mengambil hati melihat ketidaksopanan Zhao Tuo. Tetapi mengingatkan Zhao Tuo bahwa dia masih memiliki trah silsilah Tionghoa dan kuburan leluhurnya masih ada dikampung halamannya. Lu Jia juga memperingatkan Zhao Tuo bahwa menentang kaisar Han berarti menentang Putra Langit dan bencana akan menghantam dirinya. Lu Jia melakukan pendekatan persuasive dengan mengatakan bahwa kaisar Han sebenarnya sudah mempelajari bahwa Zhao Tuo mengangkat dirinya sendiri menjadi raja dan untuk penghianatan ini pasukan Han siap dikirimkan untuk melawan Zhao Tuo. Tetapi kaisar memveto keputusan ini karena merasa bahwa rakyat sudah terlalu banyak menderita karena perang.


Lu Jia telah membawa tanda kekaisaran yang sah untuk dianugrahkan kepada Zhao Tuo dan mendesak Zhao Tuo agar memperlakukan dirinya dengan hormat . Lu Jia mengkritik bahwa Zhao Tuo secara tidak bijaksana telah memutuskan untuk mengandalkan kekuasaan barunya yang sebenarnya rapuh untuk menentang Han. Jika tujuan Zhao Tuo  dilaporkan kepada penguasa Han maka pasukan besar akan menyerang ke selatan untuk menghancurkan Zhao Tuo. Dan ketika kekekacauan muncul dikawasan Nan Yue maka Lu Jia dengan skill diplomasinya mengesankan bahwa dirinya cemas rakyat Zhao Tuo sendiri yang akan menyerah kepada Han dan membunuh Zhao Tuo.


Zhao Tuo kali ini merasa bahwa uraian Lu Jia masuk akal dan berkilah bahwa dirinya telah lama tinggal bersama suku-suku Yue/Yi diselatan sehingga tercerabut dari akar budaya Tionghoanya. Zhao Tuo setuju untuk menjadi vassal dari Han dan Liu Bang memberikan reward atas keberhasilan diplomasi Lu Jia dengan menaikkan pangkatnya.


KONFLIK DENGAN EMPRESS LU


Setelah Kaisar Gaozu mangkat, anaknya, Kaisar Han Hui (Liu Ying) menggantikannya. Kaisar baru ini tetap menghormati perjanjian antara Nanyue dengan ayahnya, dan Zhao Tuo pun tetap berpegang pada perjanjian ini.
Setelah tujuh tahun bertahta, Kaisar Hui yang lemah akhirnya kehilangan kekuasaannya karena direbut oleh Ibusuri Lü Zhi (呂雉) yang ambisius. Pada tahun 183 SM, Ibusuri Lü tiba-tiba melarang perdagangan antara Dinasti Han dengan negara lain termasuk alat-alat besi dan kuda untuk Nanyue. Ini adalah karena Wu Rui, Raja Changsha yang merupakan satu-satunya raja muda(raja bawah) yang tidak bermarga Liu dalam wilayah Han diperlakukan sangat baik oleh Ibusuri Lü. Sebelumnya Kaisar Gaozu menyingkirkan para raja muda(raja bawahan) yang bukan marga Liu kecuali Wu Rui karena negara bagiannya tidak terlalu kuat. Blokade ini berdampak besar terhadap Nan Yue karena Nan Yue membutuhkan alat-alat dari besi dari Han, rakyat sangat sengsara akibat blokade ini. Zhao Tuo menyadari bahwa Dinasti Han cukup kuat(politik dan ekonomi), maka dia mengirimkan utusan ke Han untuk menegosiasikan pembatalan blokade, namun Wu Rui menahan utusan itu di Chang’an, dia juga menjelek-jelekkan Zhao Tuo sehingga hal ini membuat Ibusuri Lü marah dan memerintahkan kerabat Zhao yang tinggal di Tiongkok dihabisi dan makam leluhurnya dirusak, sehingga diplomasi Zhao Tuo mengalami kegagalan.

Atas tindakan Empress Lu yang membunuh relasi Zhao Tuo di Zhongyuan dan menghancurkan kuburan leluhur Zhao  membuat  Zhao Tuo sangat marah dan bereaksi dengan  memproklamirkan dirinya sebagai kaisar sendiri dan sejajar dengan kaisar Tiongkok serta menyerang Changsha dan membunuh Wu Rui. Hubungan antara Han dengan Nan Yue pun memburuk.

Atas hal tersebut Ibusuri Lu memerintahkan ekspedisi balasan terhadap Nan Yue, namun hampir seluruh pasukan dinasti Han tewas karena wabah penyakit dan dihalau oleh Nan Yue. Konflik militer terus berlanjut hingga kematian Ibusuri Lu. Zhao Tuo terus memperluas daerahnya dengan menaklukkan kota-kota di perbatasan hingga ke Pan Yue (India). Dia juga menjalin persekutuan/konfederasi dengan kerajaan-kerajaan Yue/Yi lainnya (tetangganya) seperti Min Yue, Ou Barat, dan Luo Yue untuk menghadang pengaruh dinasti Han. Selain itu jalur perdagangan Ma-Cha(jalur kuda teh) dan jalur sutra laut(melewati Nusantara dan India) diblokade oleh Nan Yue untuk mengisolasi tiongkok(dinasti Han). Perang ini hampir meluluhlantakkan hubungan dagang, ekonomi dan politik antara Tiongkok(dinasti Han) dan Nan Yue.


MISI DIPLOMASI LU JIA YANG KEDUA


Saat kaisar Wen naik tahta, kaisar Wen mengambil kebijakan pasifis(damai) menunjukkan pertimbangan dan toleransi dengan mengirimkan petugas untuk merawat kuburan leluhur dan keluarga Zhao Tuo di kampung halamannya dan menggelar ritual regular atas nama Zhao Tuo, serta mengembalikan nama baik leluhur Zhao Tuo dan mengangkat klan Zhao untuk menduduki jabatan di pemerintahan.


Lu Jia yang sebelumnya  menentang kekuasaan Empress Lu sempat mengundurkan diri dan secara diam-diam menunggu momentum yang tepat untuk mengambil alih kekuasaan dari klan Lu setelah kematian Ibusuri Lu. Ketika kembali kepada kekuasaan ,  sebuah misi diplomatik dibawah pimpinan Lu Jia  dikirimkan ke Nan Yue untuk mendesak Zhao Tuo mencabut gelarnya. Dan sekali lagi argument persuasif Lu Jia kembali meyakinkan Zhao agar melupakan ambisinya.  Zhao Tuo memang tidak berminat untuk melangsungkan perang total dengan Han Pada tahun 179 SM , Zhao Tuo melakukan rekonsiliasi dengan Han dan setuju dengan peran dirinya sebagai raja (bukan lagi kaisar) dari Nan Yue dan membayar tribute(upeti) secara teratur sebagai negara vassal dari Han.


Mengenai Zhao Tuo sendiri setelah wafat dilanjutkan oleh Zhao Mo . Disisi Vietnam , Zhao Tuo bisa dianggap sebagai kaisar pertama Vietnam dan yang menarik merupakan seorang Tionghoa asli yang menjadi leluhur bangsa Vietnam. Tetapi harus dipertimbangkan bahwa konsep/istilah China proper dimasa Han dengan sekarang sudah berbeda.


Oleh. Koh Tzu


Referensi:

https://baike.baidu.com/item/%E8%B5%B5%E4%BD%97/7844320

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Zhao_Tuo

Asiapac , “Famous Chinese Diplomats Through The Ages”  

Hugh Dyson Walker , (2012) , “East Asia ; A New History” , Author House

Grant Hardy et al , (2005)  The Establishment of the Han Empire and Imperial China” , Greenwood Publishing

Stella Xu Yingzi  , (2007) , “That Glorious Ancient History of Our Nation” , Proquest


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d