Langsung ke konten utama

SANCAI DALAM SEBUAH MAKNA MENDALAM

San Cai, atau Tiga Entitas Utama merupakan ontologi dari filsafat kuno Tao dan Ru jia (khonghucu), bukan bersifat fisik, tetapi bersifat abstrak. Ajaran Tao dan Khonghucu mengakui bahwa Tuhan sebagai asal-usul alam semesta dan juga mengendalikan sistem pergerakan alam, akan tetapi, manusia mempunyai kehendak bebas atau freewill untuk menentukan pilihan dan juga mempunyai tanggungjawab atas perbuatannya sendiri. 

Dengan ontologi San Cai itu, filsafat Tao dan Khonghucu menekankan pada tanggungjawab manusia kepada Tuhan, Sang Pencipta, tanggungjawab kepada sesama manusia, dan kepada bumi (ibu pertiwi) tempat hidupnya. Konsep ini dikenal dengan ungkapan Tian Ren He Yi ( 天 人 合 一 ) atau Tuhan dan Manusia bersatu atau di jawa dikenal dengan konsep Manunggaling Kawulo Gusti.


Guna menjelaskan pengertian San Cai, lebih mudah dimulai dari Di Dao atau hubungan manusia dengan alam, dilanjutkan hubungan manusia dengan manusia atau Ren Dao, dan hubungan manusia dengan Tuhan atau Tian Dao


1), DI DAO (hubungan manusia dengan alam)


Alam dan bumi adalah tempat hidup manusia dan makhluk hidup lain. Tubuh manusia berasal dari unsur-unsur kimiawi yang berasal dari bumi. Dengan perkataan lain, tubuh manusia berasal dari bumi dan mendapatkan makanan dari bumi, sedangkan roh manusia diperoleh dari Tuhan. Manusia mempunyai roh dan raga, oleh karena itu, manusia wajib menjaga kelestarian alam agar sumber kehidupannya tidak habis. Dalam kepercayaan orang Tionghua zaman purba termasuk leluhur nusantara, bumi dijaga oleh Malaikat Bumi, disebut Fu De Zheng Shen ( 福 德 正 神 ), artinya dewa yang memberi rejeki dan menjaga perilaku kebajikan manusia. Pemujaan terhadap Malaikat Bumi ini tetap dilestarikan oleh agama Khonghucu. Mitos Malaikat Bumi ini menyangkut dua kepentingan yaitu menjaga kelestarian alam dan menjaga perilaku manusia. Sampai sekarang banyak kelenteng dibuat oleh masyarakat penganut agama Khonghucu untuk menghormati Malaikat Bumi.

Ajaran Khonghucu mengajarkan agar masyarakat mempelajari sifat-sifat benda yang berada di bumi, dan dapat memanfaatkannya untuk meringankan beban hidup. Ajaran Khonghucu mengajarkan sebagai berikut ”Karena manusia sudah dapat membuat perahu maka tidak perlu menyeberangi sungai dengan berenang. Orang melakukan perjalanan jauh tidak perlu berjalan kaki karena sudah ada kereta yang ditarik kuda”.. Itu artinya ajaran Tao dan Khonghucu sangat menghargai teknologi karena dapat meringankan pekerjaan manusia. Teknologi berkaitan dengan ilmu pengetahuan alam, yaitu memanfaatkan sumber daya alam, air, angin, dan hasil tambang untuk meringankan hidup manusia.

Dalam usaha menyejahterakan hidup manusia, pemanfaatan sumber daya alam adalah usaha yang sangat penting. Menurut van Peursen (1976), teknologi adalah memperbesar fungsi anggota badan manusia, misalnya, kapak membantu fungsi tangan. Kereta membantu fungsi kaki. Kaca mata membantu fungsi mata.


2) REN DAO (Hubungan Kemanusiaan)


Hubungan antar-manusia adalah hubungan yang sangat penting. Hubungan itu perlu dijaga keselarasannya supaya semua bisa bekerja sama dengan baik. Manusia dalam berinteraksi perlu memperhatikan kedudukan dan kehormatan orang lain. Kong Zi menyebutkan lima hubungan, yaitu: (a) hubungan antara atasan dengan bawahan, (b).hubungan suami dengan istri, (c) hubungan orang tua dengan anak, (d) hubungan antar-saudara, (e) hubungan antar-teman.

Masih ada satu lagi yang perlu disebutkan, yaitu hubungan antara guru dan murid. Hubungan ini dipandang sangat penting karena nasib bangsa sangat bergantung pada hubungan antara guru dan murid. Menurut Dewey (1964), guru adalah agen perubahan dalam masyarakat. Apabila guru tidak dapat memberikan pendidikan yang baik dan tidak dapat mendorong muridnya menjadi orang yang berguna maka kacaulah masyarakat. Menurut Ajaran Tao dan Khonghucu, guru tidak hanya memberi pelajaran kepada murid, tetapi wajib memberi teladan/contoh yang baik dalam segala tindakannya. Hubungan guru dengan murid sangat istimewa. Guru yang pandai dapat mengembangkan bakat muridnya sehingga menjadi orang yang pandai dan berguna untuk negara dan bangsa.

Hubungan antar-manusia perlu dilandasi kebajikan atau cinta kasih dan keadilan. Menurut ajaran Tao dan Khonghucu, hubungan antar-manusia perlu diatur dengan baik oleh negara. Pengaturan itu meliputi semua bidang kehidupan seperti kegiatan ekonomi, pengembangan kesenian, urusan perkawinan, dan upacara keagamaan. Pegawai pemerintah dan sistem birokrasi berfungsi membantu mengatur hubungan antar-manusia agar tercipta ketertiban, dan tidak memepersulit rakyat yang seharusnya dilayani dengan baik. Kebajikan dan keadilan dalam masyarakat kemunculannya bergantung pada kejujuran dan kesungguhan para pejabat negara dalam mengatur rakyatnya. Apabila ada rakyat yang melawan negara atau mengacau negara diberi hukuman yang berat. Orang yang menjadi pejabat dan pegawai negara wajib menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh, apabila lalai atau melanggar peraturan juga dihukum berat, yang artinya hukum itu harus lurus ke atas dan kebawah.

Hubungan sesama pribadi diatur oleh norma masyarakat. Apabila norma itu dilanggar menimbulkan keretakan hubungan. Akibat lanjutannya yaitu orang kehilangan banyak teman atau hubungan dengan teman tidak serasi. Hubungan antar pribadi juga diatur dengan undang-undang tersendiri, seperti undang-undang perdata dan undang-undang perkawinan. Banyak orang tidak bisa membedakan hubungan individu dengan negara dan hubungan antara individu dengan individu. Biasanya orang hanya memperhatikan hubungan dirinya dengan negara. Mereka merasa tidak bersalah apabila tidak melanggar undang-undang, dan tidak berurusan dengan polisi. Orang semacam ini lupa pada tatanan moral. Di negara berkembang banyak hal belum diatur oleh undang-undang, banyak perbuatan orang yang merugikan orang lain tidak dapat ditangani oleh pengadilan.


3) TIAN DAO (Hubungan manusia dengan Tuhan)


Adanya pengakuan terhadap sifat-sifat Tuhan membuktikan bahwa  Tao dan Khonghucu mengakui adanya kesadaran transenden. Orang yang beriman menyadari bahwa ketaatannya kepada hukum Tuhan ikut menentukan posisi orang tersebut dalam kehidupan duniawi. Artinya, orang yang beriman kepada Tuhan diyakini akan mendapat kedudukan baik di dunia ini. Kepatuhan dan rasa hormat kepada Tuhan akan membimbing perilaku manusia, dan perilaku itu berpengaruh langsung kepada nasib manusia, sebaliknya, orang yang tidak beriman perilakunya hanya mengikuti emosi dan ambisinya.


Ajaran Tao dan Khonghucu juga memberi peran yang penting bagi perkembangan agama karena agama berfungsi menyalurkan aktivitas spiritual manusia. Dalam kehidupan manusia banyak hal-hal yang tidak dapat dipahami dengan pikiran biasa. Manusia memerlukan iman dan kepercayaan untuk memahaminya, yaitu diperlukan dasar lain yang tidak empiris. Agama memberikan gambaran lain yang transenden kepada kehidupan ini sehingga manusia dapat memperoleh jawaban dan penjelasan terhadap pengalaman spiritualnya.


KESIMPULAN


Arti Makna Salam Tao "San Chai...San Chai" atau San Zhai...San Zhai"

- Shanzai / Sancai (sebagai penutup doa yang memiliki 3 makna: Di Dao, Ren Dao, Tian Dao) dan artinya semoga harapan doa yang baik akan terwujud, yang berarti sesuai Kehendak Langit (Yang Maha Kuasa), Bumi (Alam Semesta) dan Sesama Manusia....maka terjadilah segala sesuatu yang seharusnya terjadi (dalam konotasi yang baik dan mulia).


Sama dengan ajaran Buddha yang mengucapkan Sadhu...Sadhu...Sadhu..., atau ajaran Hindu mengucapkan Santi...Santi...Santi..., ataupun Sampu..Sampu...Sampu ersun (sunda) yang memiliki arti Terjadi lah segala hal yang baik atau semoga tercapailah apa yang diharapkan.


Oleh. Pande Mengky Mangarek

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d