Langsung ke konten utama

WETAN DALAM SEBUAH TETENGER(PETUNJUK)

Dalam pemahaman arah di jawa ada empat posisi arah atau keblat papat yang mempunyai makna mendalam dan rahasia yang dikodekan oleh leluhur Jawa, salah satunya posisi arah timur dengan kata WETAN.

Kata WETAN digunakan di Jawa dalam bahasa Ngo-Ko, apa makna kata WETAN dan asal usulnya???


Kata WETAN berasal dari bahasa leluhur jawa yaitu bahasa Austronesia kuno yang asalnya dari wilayah Tiongkok timur sebagai tanah asal leluhur Austronesia, bahasa Austronesia kuno atau proto Austronesia adalah bahasa kuno Tiongkok timur di teluk Liangzhu.

Kata WETAN sebagai kata penanda


Kata 位東 WEI-DONG atau HUE/WE-TAN yang merupakan dialek Min Nan dan Wu, kata WETAN dalam bahasa Jawa artinya timur.


位 WEI atau WE artinya berdiri, posisi

Dialek lain:

Cantonese: wai,wai

Taishanese: vei,vei

Hakka: pfs vi

Min Dong: ôi, oe

Min Nan: ūi, wi

Wu: hhue, hwe, we

Viet: vị, vì


東 Dōng artinya timur

Dialek tiongkok kuno: tuwng

Dialek lain:

Mandarin: dōng

Cantonese: dung

Hakka: tûng

Min Nan: tan, tang, tong

Wu: taon, ton

Viet: đông, đang, tông


Jadi kata WEI DONG atau WE TAN artinya posisi timur.


Kata DONG (baca Tung) atau TAN merupakan representasi dari kata 東夷 DONG-YI (Yi/I Timur) yang merupakan leluhur Nusantara khususnya Jawa.


Orang / suku Yi (I) disebutkan dalam catatan manuskrip 尚書 SHANGSHU dalam Bab 禹貢 YU GONG (RITUS PENYAJIAN KAISAR YU) yang menurut tradisi dan para ahli sejarawan Tiongkok dokumen ini disusun oleh Kong Zi / Kong Tzu / Kong Chu yang hidup pada tahun 551-479 SM.

Menurut dokumen tersebut leluhur Orang / Suku YI (I) yang disebut 太皞夷 TAI HAO YI atau 太皞 TAI HAO atau yang di kenal sebagai 伏羲 FU-XI dan 少皞 SHAO HAO atau 少皞 DI-ZHI (Kaisar ZHI, salah satu lima kaisar 五帝 WU-DI dan juga merupakan putra tertua Kaisar KU 帝嚳 DI-KU).


Menurut dokumen tersebut orang / suku Yi (I) menggunakan simbol atau totem BURUNG YI atau disebut 鳥夷 NIAO YI yang kepala sukunya TAI HAO YI menggunakan nama keluarga/klan 風 FENG atau HONG (dalam dialek Hokkien) artinya UDARA atau ANGIN yang tinggal di wilayah 陳 CHEN (yang sekarang wilayah 淮陽 HUAI-YANG, HE-NAN), sedangkan SHAO HAO YI menggunakan nama keluarga/klan 嬴 YING atau ING/ENG (dalam dialek Hokkien) sedangkan kepala suku menggunakan gelar 帝 DI artinya KAISAR yang tinggal di 勞桑 LAO-SANG (dekat 曲阜 QU-FU sekarang dikenal SHAN-DONG) yang kemudian pindah ke 曲阜 QU-FU (SHAN-DONG).


Dalam 五方上帝 WU FANG SHANG DI (DEWA TERTINGGI LIMA ARAH) atau 五帝 WU DI (LIMA DEWA), 少皞 SHAO HAO atau 少皞夷 SHAO HAO YI di tempatkan menjadi DEWA TERTINGGI DI WILAYAH BARAT yang merepresentasikan perkembangan (meluasnya) orang / suku YI (I) dari wilayah Timur ke wilayah Barat.


Orang / Suku Yi (I) kemudian berkembang dan menyebar kadang disebut juga sebagai 諸夷 ZHU-YI (Banyak Yi/I), 東夷 DONG-YI (Yi/I Timur), 南夷 NAN YI (Yi/I Selatan) atau juga disebut 蠻 MAN atau 南蠻 NAN-MAN, 西夷 XI-YI (Yi/I Barat), atau kadang disebut sebagai 九夷 JIU-YI (Sembilan Yi/I) yang tinggal di antara sungai 長江 CHANG JIANG (Sungai YANG-TZE) dan sungai 淮水 HUAI-SHUI atau Sungai HUAI-YI (Sungai HUAI-HE) selama periode DINASTI ZHOU BARAT.

Dan dari masa kemasa orang/suku Yi/I semakin berkembang dan menyebar hingga nusantara dan menjelma banyak suku-suku di Indonesia sampai pada akhirnya bangsa barat datang menjajah dan mengaburkan sejarah asal usul dan budaya leluhur nusantara. 


"...Lali Wetan... I-Lang Wiwitan..."


Oleh. Koh Tzu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d