Langsung ke konten utama

Tafsir Kata SANSEKERTA (sáṃskṛta) Ahli Barat Sebagai Bukti Otentik Pengaburan Sejarah

 

Pada postingan sebelumnya penulis telah menjelaskan perbedaan yang mendasar antara bahasa Hindi dan Sansekerta, juga sudah dijelaskan pula sejarah bahasa Sansekerta yang dibawa oleh suku-suku Yue/Yi dari Tiongkok ke India berdasarkan bukti manuskrip sejarahnya.

Pada postingan kali ini, penulis akan memfokuskan arti dari kata SANSEKERTA (sáṃskṛta) yang ditafsirkan oleh ahli barat dengan metode COCOKOLOGY MODERN, berikut petikan/cuplikan pendapat dari ahli barat dari Wikipedi...

---------------------
Dalam bahasa Sanskerta ajektiva verbal sáṃskṛta- adalah kata majemuk yang tersusun dari sam (berbudaya, bagus, baik, sempurna) dan krta- (tersusun).[37][38] Maksudnya adalah suatu bahasa yang "tersusun dengan baik, murni, sempurna, suci, dan berbudaya".[39][40][41] Menurut Biderman, kesempurnaan yang dimaksud dari etimologi tersebut cenderung memiliki kualitas tonal bukannya semantik. Tradisi lisan dianggap berharga di India Kuno, dan resi-resinya menyusun alfabet, struktur kata, dan tata bahasanya menjadi "sebuah kumpulan suara, semacam cetakan musikal yang bernilai luhur", sebagaimana yang disebut Biderman, sebagai sebuah bahasa yang disebut Sanskerta.[38] 

Rujukan:
37. ^ Angus Stevenson & Maurice Waite 2011, hlm. 1275
38. ^ a b Shlomo Biderman 2008, hlm. 90.
39. ^ Will Durant 1963, hlm. 406.
40. ^ Sir Monier Monier-Williams (2005). A Sanskrit-English Dictionary: Etymologically and Philologically Arranged with Special Reference to Cognate Indo-European Languages. Motilal Banarsidass. hlm. 1120. ISBN 978-81-208-3105-6.
41. ^ Louis Renou & Jagbans Kishore Balbir 2004, hlm. 1-2.

----------------

Dalam kasus diatas makna/arti kata SANSEKERTA(sáṃskṛta) ditafsirkan oleh Biderman dan kawan-kawan secara serampangan, kata SAM diartikan dengan berbudaya, bagus, baik, sempurna, adapun kata S diabaikan, sedangkan kata KRTA diartikan dengan "tersusun", yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan oleh ahli barat tersebut bahwa bahasa SANSEKERTA(sáṃskṛta) adalah suatu bahasa yang tersusun dengan baik, murni, sempurna, suci, dan berbudaya.

Perlu diketahui bahwa kata SAM/SAN dan KRTA tidak ada artinya dalam kamus Sansekerta itu sendiri, sedangkan kata KERTA dalam kamus Sansekerta artinya HASIL atau KEMAKMURAN, ( silahkan dicek di http://www.sansekerta.org/ , atau di https://alangalangkumitir.wordpress.com/kamus-sansekerta-indonesia/ )

Dari hal tersebut kiranya sudah cukup jelas bahwa pemaknaan atau penafsiran kata SANSEKERTA(sáṃskṛta) tidak ada dasarnya atau lebih tepat disebut sebagai COCOKOLOGY MODERN.
Kalau dianalisa dan ditelusuri lebih dalam bahwa pendapat ahli barat seperti Biderman, Angus Stevenson, Maurice Waite dan kawan-kawan berdasarkan kajian mereka yang tidak didasarkan bukti manuskrip maupun fakta sejarah, hal ini bisa dilihat dari narasi paparan mereka yang tidak menyinggung sama sekali sejarah suku-suku Yue(Yi/I) yang menaklukkan wilayah India yang kemudian mendirikan dinasti Kusan di India dan mengajarkan bahasa Sansekerta yang dibawa oleh suku Yue-Zhi (Yi/I) tersebut sebagai SUMBANGAN BUDAYA dan BAHASA sesuai catatan manuskrip sejarahnya (lihat sejarah kerajaan Kusan dan Panyue/Pandian yang didirikan oleh suku-suku Yue/Yi ).

Selain itu kata "Saṃskṛtabhāsa" diartikan oleh pihak lain dengan :
"bahasa yang sempurna. Maksudnya, lawan dari bahasa Prakerta, atau bahasa rakyat"
Dalam kamus bahasa Sansekerta, kata "Saṃskṛta" tidak mempunyai arti "sempurna" (silahkan dicek dalam kamus Sansekerta), jadi kata "Saṃskṛta" yang dipadankan atau disamakan dengan kata "Sempurna" ini hanya sebatas opini belaka tanpa bisa dibuktikan atau lebih tepatnya DONGENG MODERN.

Kata SANSEKERTA atau SANJIKATA dalam bahasa pali itu mempunyai makna dalam bahasa Yue(Yi/I) kuno yaitu TIGA AKSARA KATA atau KATA TIGA AKSARA yang berasal dari Tiongkok kuno sesuai sejarah asal usul bangsa Kusan/Yue-Zhi itu sendiri.

Apa yang paparkan oleh ahli barat tentang arti kata SANSEKERTA (sáṃskṛta) jelas tidak sesuai dengan arti dan fakta sejarahnya, lebih terkesan untuk membelokkan fakta sejarah yang sebenarnya.


Referensi:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sanskerta
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Yuezhi
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Kushan_Empire
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Early_Pandyan_Kingdom
https://sanmiao.fandom.com/wiki/Origins

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d