Langsung ke konten utama

SIR-RO ING-SUN REPRESENTASI FILSAFAT PO (BO/BU) DAN HUN ATAU HUN DAN PO

Dalam filsafat Jawa terdapat istilah SIR-RO dan ING-SUN sebagai yang merepresentasikan Dualitas Diri seperti disebutkan dalam tradisi kepercayaan Tiongkok sebagai HUN-PO (BU-HUN)

Kata SIR-RO (SIR-RA) dan ING-SUN bermakna ;


SIR-RO (SIR-RA)


自 SIR (pinyin ; ZI, baca ; TZU/TZS/TZE) artinya DIRI, PRIBADI, DIRI PRIBADI, TENTU, SEJAK, DARI

Kanton dialek ; ZI/SI, JI

Hakka dialek ; CH/TZ/TS

Min Dong (Fu-Zhou) dialek ; CE/TSE

Min Nan (Hokkien) dialek ; CHU/TZU, CHIR/SIR

Teochew dialek ; ZE/TS

Wu (Shanghainese) dialek ; ZZ, SS/S


佬 RO/RA/RAO (pinyin ; LAO, baca ; LAO) artinya ORANG, MANUSIA, ANDA (HORMAT/ KESOPANAN)

Dialek Tiongkok kuno ; RU, RAU, RAO

Dialek suku YI/I (ZHUANG, RAU, LOLO, MIAO) ; RAO, RAW, RAU, RU

Kanton dialek ; LOU, LO, LIU

Hakka dialek ; LAU

Min Nan (Hokkien) dialek ; LAO

Wu (Shanghainese) dialek ; LO


Kata 自惡 SIR-RO artinya DIRI MANUSIA (JASMANI/FISIK/BADAN KASAR) atau dapat diartikan DIRI ANDA (KAMU)

Kata 自惡 SIR-RO merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari PO (BUMI) sebagai unsur YIN dengan segala mahluk yang masih memiliki BADAN / FISIK (JASMANI) di BUMI.


ING-SUN


Sedangkan kata ING-SUN bermakna ;

瀅 ING/ENG (pinyin ; YING, baca ; YING/ING) artinya JERNIH, MURNI, JELAS, CERAH, TERANG, BERSINAR, HALUS, BERSIH

Kanton dialek ; JING

Min Nan (Hokkien) dialek ; ENG/ING


尊 SUN (pinyin ; ZUN, baca ; TSUN) artinya UNTUK MENGHORMATI, MEMBERI KEHORMATAN, MEMULIAKAN (MULIA)

Kanton dialek ; JIU, YIUH

Hakka dialek ; CHUN/ZUN/TSUN

Min Nan (Hokkien) dialek ; CHUN/TSUN


Kata 瀅尊 ING-SUN artinya YANG MURNI CERAH SEBAGAI YANG MULIA (UNTUK DIHORMATI).

Kata 瀅尊 ING-SUN merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari YANG HALUS DAN CERAH/TERANG (BADAN HALUS) sebagai representasi dari HUN (LANGIT) dengan unsur YANG dengan makna HALUS, CERAH atau TERANG representasi BINTANG UTARA/POLE sebagai pusat SEMESTA.


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu


Diskusi santuy dalam group 覓 探以 MI TAN-I 道佑...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Kedukan Bukit - Palembang

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146. --->>>Teks Prasasti Alih Aksara     svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī śu     klapakşa vulan vaiśākha dapunta hiya<m> nāyik di     sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa     vulan jyeşţha dapunta hiya<m> maŕlapas dari minānga     tāmvan mamāva yamvala dualakşa dangan ko-(sa)     duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu     tlurātus sapulu dua vañakña dātamdi mata jap     sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula...

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber...

Prasasti Yupa / Mulawarman dari Kutai

Prasasti Yupa atau Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai, adalah sebuah prasasti yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa/Tugu (sementara yang ditemukan) yang memuat prasasti, namun baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa (Pa-Lao-Wa /Lao-Lang) dan dalam bahasa campuran sansekerta dan Yi (Hok-Lo / Ge-Lao) Kuno, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 200 Masehi sesuai catatan kanung retawu terawal yg berkisar abad ke-2/3 M, meskipun sebagain sejarahwan menduga sekitar pd tahun 400 M. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.[1] Isi prasasti yupa/mulawarman menceritakan Raja Mulawarman yang memberikan sumbangan kepada para kaum Brahmana berupa sapi yang banyak. Mulawarman disebutkan sebagai cucu dari Kudungga, dan anak dari Aswawarman. Prasasti ini merupakan bukti peninggalan tertua dari kerajaan yang beragama Dharma (Hindu?) di Indonesia. Nama Kutai umumnya digu...