Langsung ke konten utama

ASAL USUL KATA NAGA SEBAGAI MANIFESTASI DARI KATA LONG (LUNG) ATAU LIONG

Kata NAGA merupakan dari representasi dari ajaran Tiongkok Kuno yang mengacu kepada 龍王 LONG WANG (LUNG WANG) artinya RAJA NAGA.

Kata NAGA berasal dari kata :

南 NA (pinyin ; NAN) artinya SELATAN

敖 GA/GO/NGO (pinyin ; AO) artinya NAGA SAMA DENGAN 龍 LONG

敖 pinyin ; AO, baca ; AO/OU

Kanton dialek ; NGOU

Min Nan (Hokkien) dialek ; GO/GA, NGO

KATA AO DALAM DIALEK SELATAN DAN KANTON DIUCAPKAN GO/GA/NGO


Kata AO pertama kali disebutkan dalan karakter 鰲 AO atau GO/GA/NGO yang artinya KURA-KURA RAKSASA yang tinggal di LAUT TIONGKOK SELATAN dalam penggambaran sebagai Kura-Kura Raksasa (sebagai DEWA AIR dalam Tiongkok Kuno) dalam SHAN HAI JING bersama 女媧 NU WA mencoba mengatasi langit yang runtuh akibat GONG-GONG (kadang disebut juga 相栁 XIANG LIU atau 相繇 XIANG YOU yang digambarkan sebagai ULAR BERKEPALA 9) membenturkan kepalanya ke Gunung BUZHOU (不周 山 BUZHOU SHAN) yang merupakan salah satu dari lima Pegunungan Suci Tiongkok dikarenakan GONG-GONG kecewa atas kekalahan dalam pertempuran dengan ZHUANXU atau ZHURONG.

Dalam Mitologi tersebut 女媧 NU WA memotong empat kaki dari AO untuk menyanggah langit dan menambal lubang di langit dengan melebur Batu Lima warna (pan-ca warna) yaitu KUNING, HIJAU/BIRU, MERAH, PUTIH dan HITAM yang juga melambangkan Lima unsur / elemen (TANAH, KAYU, API, LOGAM dan AIR) atau disebut WU XING.

AO atau GO/GA/NGO juga merujuk kepada tempat KEABADIAN atau XIAN yang menurut mitologi SHAN HAI JING berada di laut BOHAI yang membawa di batok / punggungnya TIGA GUNUNG dan DELAPAN DEWA (Tiga Gunung : PENGLAI, FANGZHANG dan YINGZHOU).


AO atau GO/GA/NGO juga digambarkan sebagai sosok setengah Naga dan setengah Kura-kura atau yang disebut juga sebagai 贔屭 BI-XI (baca ; PI-SI) yang merupakan salah satu dari 9 (sembilan) anak Raja Naga dengan karakter setengah Naga dan setengah Kura-kura yang mampu membawa beban berat.

AO atau GO/GA/NGO sebagai sosok kura-kura seperti yang disebutkan dalam catatan TAN-TU PANGGELARAN sebuah kronik dari JAWA yang berisi tentang asal mula wilayah JAWA dengan sosok kura-kura membawa GUNUNG diatas batok/

punggungnya dengan diikat oleh seekor NAGA (ULAR) untuk menempatkan gunung-gunung (8 Gunung) di JAWA representasi dari 8 DEWA.


Kata AO banyak digunakan menjadi nama tempat yang terkait dengan AIR (Sungai, Danau dan Laut) di wilayah TIMUR dan SELATAN seperti nama sungai 鰲江 AO-JIANG (baca ; AO CHIANG atau GO/NGO KIANG artinya Sungai AO) di propinsi ZHE-JIANG dan Semenanjung 六鳌 LIU AO (baca ; LIU AO atau LAK GO/NGO) di propinsi FUJIAN (HOKKIEN) diwilayah pesisir Laut (pantai).


Kata AO atau GO/GA/NGO merujuk kepada RAJA NAGA LAUT (AIR).

Dalam KOSMOLOGI TAO atau Tiongkok dikenal dengan 龍王 LONG WANG (LUNG WANG) atau LIONG WANG artinya RAJA NAGA atau disebut juga sebagai DEWA AIR yang mengendalikan AIR dan CUACA atau MUSIM juga termasuk yang menguasai SUNGAI, DANAU dan LAUTAN.

LONG WANG biasanya disebut juga dengan 四海 龍王 SI HAI LONG WANG artinya RAJA NAGA dari EMPAT LAUTAN (AIR) yang pusatnya sebagai 黃龍 HUANG LONG artinya NAGA KUNING yang menjadi pusat (SUMBER AIR DALAM BUMI / MATA AIR / AIR TANAH) yang memanifestasikan ke EMPAT RAJA NAGA di LAUTAN.

龍王 LONG WANG atau RAJA NAGA selain sebagai DEWA AIR fungsinya juga terkadang sebagai DEWA PELINDUNG WILAYAH / TANAH / BUMI (TERETORIAL) yang sama dengan 土地公 TU-DI GONG artinya DEWA TANAH dan 后土 HOU-TU artinya DEWI BUMI.


Raja Naga dari Empat Lautan (四海 龍王 SI HAI LONG WANG) dikaitkan dengan warna dan Wilayah air yang sesuai dengan salah satu dari empat arah mata angin yang wilayahnya Laut Timur (sesuai dengan yang Laut Tiongkok Timur), Laut Selatan (sesuai dengan Laut Tiongkok Selatan), Laut Barat (Qinghai Lake), dan Laut Utara (Danau Baikal) yang masing-masing menggunakan kata (Keluarga) AO kemudian di tulis dengan karakter 敖 AO atau GO/GA/NGO yang artinya MENJELAJAH, BERPERGIAN atau BERMAIN.


四海 龍王 SI HAI LONG WANG RAJA NAGA DARI EMPAT LAUTAN


1. 敖廣 AO GUANG / GO KONG NAGA TIMUR

Untuk Laut TIMUR nama aslinya 敖廣 AO GUANG (baca ; AO KUANG) dalam dialek Hokkien GO/NGO KONG merupakan DEWA NAGA LAUT TIMUR atau disebut juga sebagai 青龍 QING LONG (baca ; CHING LUNG) artinya NAGA BIRU-HIJAU atau 蒼龍 CANG LONG (baca ; TSANG/CHANG LUNG) artinya NAGA HIJAU yang juga merupakan sebagai esensi dari musim semi.


2. 敖欽 AO QIN / GO KIM NAGA SELATAN

敖欽 AO QIN (baca ; AO CHIN) dalam dialek Hokkien GO/NGO KIM merupakan DEWA NAGA LAUT SELATAN atau disebut juga 赤龍 CHI LONG (baca ; CHI LUNG) artinya NAGA MERAH atau 朱龍 ZHU LONG (baca ; ZHU LUNG) artinya NAGA MERAH TERANG yang merupakan sebagai esensi dari musim panas.


3. 敖閏 AO RUN / 敖君 AO JUN / 敖吉 AO JI NAGA BARAT

敖閏 AO RUN (baca ; AO JUN) atau 敖君 AO JUN (baca ; AO CHUN) atau 敖吉 AO JI merupakan DEWA NAGA BARAT yang meliputi DANAU QING HAI atau disebut juga 白龍 BAI LONG (baca ; PAI LUNG) artinya NAGA PUTIH yang merupakan esensi dari musim gugur.


4. 敖順 AO SHUN / 敖明 AO MING NAGA UTARA

敖順 AO SHUN atau 敖明 AO MING merupakan DEWA NAGA UTARA yang meliputi DANAU BAIKAL atau disebut juga 黑龍 HEI LONG (baca ; HEI LUNG) artinya NAGA HITAM / NAGA GELAP atau disebut juga 玄龍 XUAN LONG (baca ; HSUAN LUNG) artinya NAGA MISTERIUS / NAGA GAIB uang merupakan esensi dari musim dingin.


Dari yang dijelaskan tersebut diatas dapat disimpulkan kata 敖 AO yang dalam dialek selatan (HOKKIEN dan KANTON) diucapkan GO/GA/NGO/NGOU merupakan manifestasi dari kata 龍王 LONG WANG yang artinya RAJA NAGA sebagai DEWA AIR DAN CUACA/MUSIM yang menguasai SUNGAI, DANAU dan LAUTAN.

Sedangkan kata NA dari kata NA GA

南 NA/NAN (pinyin ; NAN/NA) artinya SELATAN

Kanton dialek : NAM, NA

Hakka dialek : NAM, NA

Min Dong (FU-ZHOU) dialek : NANG, NA

Min Nan (Hokkien) dialek : LAM, NA

Teochew dialek : LAM, NAM, NANG

Wu (Shanghainese) dialek : NOE/NO, NA

Jadi kata 南敖 NA GA (pinyin ; NAN/NA AO) artinya DEWA NAGA (DEWA AIR) DI SELATAN.


Kata NA GA juga terkait dengan MUSIM PANAS seperti juga digambarkan sebagai CHI LONG atau ZHU LONG sebagai mana wilayah selatan disimbolkan dengan warna MERAH yang mana merupakan daerah beriklim Tropis oleh sebab itu ketika wilayah Utara kutub Bumi mengarah ke MATAHARI atau ketika MATAHARI berada di wilayah Utara Bumi atau juga disebut Titik balik MATAHARI musim panas (21 JUNI, Kalender SOLAR/MATAHARI) yang menjadi Perayaan Hari 端午 DUAN WU atau disebut juga Perayaan Perahu NAGA 龍舟 節 LONG ZHOU JIE atau disebut juga sebagai 扒龍船 PEI LIONG CUN atau 扒船 PEI CUN.

Tanggal 21 Juni merupakan titik Balik Matahari pada posisi yang terjauh yang pada tanggal 22 Juni merupakan hari pertama ketika Matahari mulai kembali menuju wilayah selatan yang di jadikan sebagai hari pertama dalam Tahun Pertama (BARU) dalam Kalender PRANOTO MONGSO di JAWA (Kalender SOLAR/MATAHARI) dan juga sebagai perayaan DEWA NAGA (DEWA AIR) DI SELATAN.


Kata NA GA selanjutnya menjadi kata NA GA RA/RO(RAO), kata 饒 RA/RO/RAO artinya BANYAK, BERLIMPAH, KAYA, SUBUR, MAKMUR, SENANG (RIANG).

Jadi kata 南敖 饒 NA GA RA/RO(RAO) artinya DEWA NAGA (DEWA AIR) DI SELATAN MEMBERIKAN KEMAKMURAN/KE KAYAAN/KESUBURAN.


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu


Reffrensi :

https://en.m.wikipedia.org/wiki/

Nüwa_Mends_the_Heavens

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Gonggong

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Xiangliu

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ao_(turtle)

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bixi

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Dragon_King

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d