Langsung ke konten utama

ASAL KATA OR-ANG, UWONG, UR-ANG DAN TIANG

 

Dalam percakapan sehari-hari khususnya dijawa tentu kita sering mendengar kata-kata ORANG, UWONG/WONG, URANG dan TIANG, tetapi apakah kita tahu asal muasal penyebutan kata-kata tersebut?, Kata-kata tersebut sudah dipakai oleh leluhur nusantara dari tanah asalnya di tiongkok, hingga sekarang kata-kata tersebut masih dipakai di daratan tiongkok selatan dan indochina, berikut penjelasannya...


Kata OR-ANG di sebut dalam Bahasa Indonesia, sedangkan dalam Bahasa Jawa disebut UWONG/WONG/TIANG dan dalam bahasa Sunda disebut UR-ANG

Semua yang disebutkan seperti OR-ANG, UWONG/WONG dan UR-ANG berasal dari kata 黃 HUANG


HUANG 黃 artinya KUNING EMAS, KUNING, SIMBOL BUMI, SIMBOL DARI PUSAT, SIMBOL DARI LELUHUR TIONGKOK (HUANG DI/HUANG TI), KIASAN UNTUK EMAS, KIASAN/SIMBOL YANG BERHARGA, SIMBOL KEMEGAHAN


黃 pinyin ; HUANG, baca ; HUANG/HWANG

Kanton dialek ; WONG

Hakka dialek ; VONG, HUIN, OI, OE

Min Dong (Fu-zhou/Fu-chow/Hok-Chow) dialek ; UONG(UWONG)

Min Nan (Hokkien) dialek ; NG, UIN, HONG, ONG, BONG, WE, UI/UY/OEY

Teochew dialek ; UONG(UWONG), UNG

Wu (Shanghainese) dialek ; HUANG, HUA/HWA, HUO, HUAN, HWAN, WAN, WON

Vietnam dialek ; HOANG, HUYN

Khmer/Cham dialek ; RANG


1. HUANG 黃 UNTUK KATA OR-ANG 夥黃


Kata OR (HOR) merupakan dari dialek Hokkien dari kata HOR / HUOR atau HUO 夥/伙 yang artinya JENIS DARI KELOMPOK ORANG, KELOMPOK ORANG, BANYAK, BERSAMA, PASANGAN

Sedangkan kata ANG (HWANG) dari kata HUANG/HWANG 黃 yang artinya KUNING (MENGACU KAISAR KUNING/HUANG DI LELUHUR TIONGKOK)

Jadi kata OR-ANG artinya JENIS KELOMPOK ORANG KUNING (YANG MENGACU DARI KAISAR KUNING/HUANG DI LELUHUR TIONGKOK)

Dalam sejarah dinyatakan bahwa NUSANTARA/ INDONESIA kususnya JA-WA(ZHOU-HWA) merupakan dari Kelompok/Ras Manusia Kuning(mongoloid).


Kata OR-ANG adalah perubahan bunyi dari HOR-HWANG, Begitu pula pengucapan UR-ANG di sunda (Jawa Barat) merupakan sepadan (sama) dengan makna kata OR-ANG.

Kata UR (HUER) dari kata HOR / HUER atau HUO 夥/伙 yang artinya JENIS DARI KELOMPOK ORANG, KELOMPOK ORANG, BANYAK, BERSAMA, PASANGAN

Seperti kata OR-ANG, kata UR-ANG juga merupakan perubahan bunyi dari kata HUER/HUR-HWANG


2. HUANG/HWANG SAMA DENGAN UWONG (UONG) / WONG 黃


Dalam tradisi JA-WA(ZHOU-HWA) kususnya Jawa tengah dan Jawa Timur penyebutan untuk “OR-ANG” adalah UWONG(UONG) / WONG

Kata UWONG (UONG) adalah dialek Min Dong (Fu-Zhou/Fu-Chow/Hok-Chow) dan Teochew, sedangkan WONG dialek Kanton yang merupakan dari karakter kata HUANG 黃

Jadi kata UWONG (UONG) yang dimaksud dalam ungkapan/sebutan tradisi JA-WA(ZHOU-HWA) adalah SEBAGAI ORANG KETURUNAN KAISAR KUNING / HUANG DI (LELUHUR TIONGKOK KAISAR KUNING YANG MENGUASAI WILAYAH PUSAT) SEBAGAI IDENTITAS DIRI DARI ORANG JA-WA(ZHOU-HWA)

Biasanya kata UWONG (UONG) diperjelas dengan kata JA-WA 周華

JA/JAU (ZHOU) 周 artinya KELUARGA/

KETURUNAN DARI DINASTI ZHOU

WA(HUA/HWA/HOA) 華 artinya YANG MULIA, YANG MEGAH

Jadi kata “UWONG JA-WA” 黃 周華 secara mendalam berarti SEBAGAI ORANG KETURUNAN KAISAR KUNING (HUANG DI/LELUHUR TIONGKOK) YANG DATANG DARI KELUARGA/KETURUNAN DINASTI ZHOU YANG MULIA/MEGAH


Kata OR-ANG, UWONG/WONG, UR-ANG mempunyai penyebutan lain tetapi makna dan arti sama yaitu ;

TIANG 長 SEBAGAI PENGGANTI KATA OR-ANG, UWONG/WONG

TIANG = ZHANG

TIANG / ZHANG 長 = TUMBUH, BERKEMBANG/MENJADI BESAR/MENJADI TUA, SENIOR, LEBIH TUA / KAKAK, TUAN, KETUA, PEMIMPIN, UNTUK TAMPILAN (CANTIK, BAGUS)


長 Pinyin ; ZHANG, baca ; CHANG

Kanton dialek ; ZOENG/JEUNG

Hakka dialek ; CONG

Min Dong (Fuzhou/Fuchouw/Hokchouw) dialek ; DONG/TONG, DIONG/TIONG

Min Nan (Hokkien) dialek ; T’NG, TIONG, TIANG, CHIANG, SHIANG

Teochew dialek ; DENG/TENG, CIANG/SIANG

Vietnam dialek ; TRUONG, TRUON, TRANH, TRANG


Kata ZHANG (Hokkien ; TIANG) digunakan sebagai penyebutan/panggilan yang ditujukan untuk pengganti kata “OR-ANG” dengan mengungkapkan rasa hormat atau yang di hargai yang digunakan di JA-WA(ZHOU-HWA).

Dalam masyarakat JA-WA(ZHOU-WA) kususnya di Jawa tengah dan Jawa Timur panggilan/sebutan untuk “OR-ANG” yang disebut TIANG.

Sering terdengar dalam ucapan dalam masyarakat JA-WA(ZHOU-WA) yaitu ungkapan “TIANG JA-WI”.

Kata JA-WI 周遺 dari kata JA(ZHOU) 周 yang artinya KERAJAAN/KAISAR DINASTI ZHOU dan..

Kata WI 遺 artinya PEWARIS atau MEWARISI

Kata TIANG JA-WI 長 周遺 artinya ORANG YANG MEWARISI (KETURUNAN) KELUARGA DINASTI ZHOU (DALAM HAL INI TERMASUK BUDAYA DAN TRADISI DARI DINASTI ZHOU)


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu


Dalam diskusi santuy Group 覓 探以 MI TAN-I 道佑...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d