Langsung ke konten utama

Tinjauan Kritis Leluhur Nusantara Dalam Histori Kuno Seratus Yue


Dalam banyak narasi sejarah di Indonesia jarang sekali yang menyinggung tentang sejarah asal-usul leluhur nusantara (austronesia) berdasarkan bukti manuskrip, cerita asal usul nusantara yang berkembang di masyarakat bisa dibilang sekedar legenda mitologis tanpa bisa dibuktikan secara konteks manuskrip, sebab asal usul leluhur nusantara ditutup dengan kode dan mitos(mitologi/legenda) yang sulit untuk dipecahkan/dipahami oleh generasi sekarang, tanpa pemahaman yg cukup sebuah legenda hanyalah cerita omong kosong tanpa makna dan tujuan.


Jika pencarian sejarah asal-usul nusantara hanya sebatas batasan geografis indonesia tentulah tidak akan dapat ditemukan, sebab asal usul leluhur nusantara bukanlah dari nusantara/indonesia tetapi dari daratan tiongkok dimasa kunonya, untuk itulah kajian sejarah asal usul leluhur nusantara harus lintas batas batasan geografis indonesia dan dicari didaratan tiongkok sebagai tempat awal mula leluhur nusantara tanpa ada batasan geografis dan sentimen anti cina dalam pemahaman sejarah asal usul leluhur nusantara tersebut agar bisa menemukan kebenaran sejarah yang sebenarnya.


Dalam sejarahnya, masyarakat nusantara merupakan keturunan bangsa austronesia, dalam catatan kuno tiongkok bangsa austronesia disebut dengan bangsa yue, dalam legenda tiongkok dan vietnam bahwa bangsa yue sudah ada sekitar 2600 SM yang merupakan bagian integral masyarakat tiongkok kuno dan juga merupakan masyarakat asli tiongkok.

Sejarah bangsa Yue tidak terlepas dari catatan kerajaan Yue Lang atau Van Lang dalam dialek Vietnam, baik Tiongkok dan Vietnam mengakui bangsa Yue sebagai Leluhurnya, untuk itu beeikut penjelasan kritis dan komprehensif tentang sejarah bangsa Yue yang juga merupakan leluhur Nusantara...


Yue-Lang atau Ye-Lang dalam sejarah sejarahnya juga disebut dengan Van-Lang


文郎 VAN LANG


Kata VAN merupakan dialek vietnam dari 文 WEN artinya TATTO, TANDA dapat juga berarti BUDAYA, PERADABAN, SASTRA

文 WEN dalam dialek lain :

MAN (KANTON), MUN/BUN (TAISHAN -TAICHENG), UONG (MIN BEI/PEI), UNG (MIN DONG/TUNG), BUN (HOKKIEN/MIN NAN), BUNG (TEOCHEW), VUN (HAKKA/KHEK), VEN, VAN/VANG (WU, SHANGHAINESE), VAN (VIETNAM)


郎 LANG artinya ORANG MUDA, PEMUDA, PUTRA

文郎 VAN LANG artinya ORANG BERBUDAYA atau dapat juga diartikan ORANG BERTATTO.


Van Lang tersebut didalam sejarah Vietnam yang disusun pertama kali oleh 黎文休 LI WEN XIU atau dalam dialek vietnam LEE VAN HUU pada tahun 1230-1322 M dengan judul 大越史記 DAI(DA) YUE SHI JI atau dalam dialek vietnam DAI(DA) VIET SU KY(KI) atau EI(I/YI) VIET SU KY(KI).


Kemudian penyusunannya dilanjutkan oleh 吳士連 NGO SHI LIEN (WU SHI LIAN penulisan mandarin) yang disusun pada tahun 1470-1497 M dalam bukunya 大越史記全書 DAI(DA) YUE SHI JI QUAN SHU yang didalam dialek vietnam disebut DAI(DA) VIET SU KY(KI) TOAN THU atau EI(I/YI) VIET SU KY(KI) TOAN THU.


Pada tahun 1665 M 范公 FAN GONG menambahkan lima bab dalam buku tersebut, dan 黎熙宗 LI XI ZHONG atau dalam dialek vietnam LI HY(HI) TONG pada tahun 1697 M menambahkan Bab sekuel-sekuel.


Sejarah HONG BANG yang disebutkan dalam catatan sejarah vietnam merupakan sejarah yang terkait dalam tradisi tiongkok yang berdasarkan dari 山海經 SHAN HAI JING dan 三皇五帝 SAN HUANG WU DI artinya TIGA MAHARAJA dan LIMA KAISAR.

Legenda dan Mitologi tiongkok mengandung banyak filsafat dan ajaran traditional tiongkok untuk dapat memahami suatu legenda dan mitologi tersebut.


Dalam catatan vietnam menyebutkan bahwa VAN LANG dimulai dari HONG BANG yang rajanya disebutkan sebagai KINH DUONG VUONG atau dalam penulisan mandarin 涇陽王 JING YANG WANG, dialek vietnam KIN DUONG VUONG.


KIN DUONG VUONG nama aslinya 祿續 LU XU atau LU XUAN atau LOC THU dalam dialek vietnam.

JING YANG WANG merupakan sebagai leluhur dari keluarga kerajaan 楚 CHU yang nama lain kerajan itu juga disebut sebagai 荆 JING atau 荆楚 JING CHU.


Menurut catatan sejarah Tiongkok awal sebelumnya keluarga kerajaan menggunakan nama keluarga (klan) 嬭 NAI atau NI dari garis keturunan 酓 YAN atau Kaisar YAN DI atau SHEN NONG atau Kaisar API atau DI MIN / MING (Terang) juga sebagai Kaisar Selatan atau disebut juga sebagai CHI DI (Kaisar MERAH).

YAN DI keturunannya ZHUAN XU/XUAN WU (GAO YANG), ZHU RONG, ZHONG LI/CHONG LI, SHUN (Kaisar SHUN).


Klan keluarga kerajaan CHU kemudian juga dituliskan menggunakan klan keluarga 羋 MI dimulai dari JILIAN (cucu ZHUAN XU) dan klan keluarga 熊 XIONG dalam dialek KANTON : HUNG, HONG dan dalam dialek VIETNAM : HUNG, untuk itu kata ini digunakan untuk kata HONG BANG

Wilayah 洞庭湖 Dong Ting Hu atau Danau Dong Ting merupakan tanah wilayah kekuasaan Kerajaan CHU atau JING, Danau ini di wilayah utaranya sekarang disebut 湖北 HU BEI (baca HU PEI) dan selatan danau disebut 湖南 HU NAN, makna 湖 HU artinya DANAU.

Danau ini dialiri dari sungai Yangtze, sungai Xiang, sungai Zi, sungai Yuan dan sungai Li yang kemudian aliran keluar kembali ke sungai Yangtze.


Legenda Dewi sungai Xiang atau disebut juga sebagai XIANG SHUI SHEN atau XIANG JUN, menurut SHAN HAI JING Dewi Sungai Xiang merupakan putri Dewa tertinggi atau DI (Kaisar).


Dalam 楚辭 Chu Ci atau Puisi dari Chu yang ditulis oleh 屈原 QU YUAN 340 –278 SM dan 宋玉 SONG YU (SUNG YU) 298–263 SM menyebutkan bahwa Shun (Kaisar Shun) seorang petani atau penggembala biasa menikahi putri Kaisar Yao yaitu 娥皇 E HUANG dan 女 英 NU YING/NI YING, yang setelah kematian suaminya keduanya menjadi DEWI.


Legenda Kaisar Shun juga direpresentasikan ke dalam legenda 織女 ZHI NU dan 牛郎 NIU LANG (gadis penenun dan pemuda penggembala kerbau).

Legenda tersebut kemudian bermanifestasi menjadi legenda Ular Hijau dan Ular Putih.

Dalam legenda Vietnam Kinh Duong Vuong atau Jing Yang Wang menikah dengan Putri Naga dari Danau Dong Ting yaitu 婺 僊女 WU XIAN NU atau VU TIEN NU (dialek vietnam) yang mempunyai putra bernama 雒 龍 君 atau 駱龍君 atau 貉 龍 君 LUO LONG QUAN atau LAC LONG QUAN (dialek vietnam) atau 崇 纜 CHONG LAN atau SUNG LAM (dialek vietnam).


LUO LONG QUAN atau LAC LONG QUAN menikah dengan 嫗 姬 AU CO atau OU CO menurut legenda vietnam merupakan PERI atau DEWI Gunung dengan Tottem atau simbol Burung (Bangau) yang melahirkan 100 anak (putra).

100 putra disini merupakan representasi dari sebutan untuk 百越 BAI YUE (PEK YUE) artinya 100 YUE dalam dialek vietnam BACH VIET.


Penyebutan pertama kali untuk sebutan BAI YUE atau BACH VIET (dialek vietnam) atau 100 YUE yaitu dalam buku 呂氏 春秋 LU SHI CHUN QIU yang disusun sekitar tahun 293 SM oleh 呂不韋 LU BU WEI seorang pedagang berpengaruh dari wilayah WEI yang kemudian menjadi politisi di wilayah QIN.

100 putra ini juga direpresentasikan ke dalam kisah Mahabharata sebagai KURAWA putra Destarata dengan Gandari putri Gandara. Destarata sebagai Putra Wiyasa atau Krisna Duipayana berbadan gelap atau hitam seperti yang disimbolkan dari ZHUAN XU/XUAN WU sebagai Dewa Utara dengan simbol warna HITAM/GELAP.


Menurut sejarah Vietnam disebutkan jika wilayah pertama Van Lang didirikan pada abad ke-7 SM diperkirakan periode 春秋 CHUN QIU atau Periode Musim Semi Dan Gugur 722-481 SM.


Bai Yue(seratus Yue) dalam kisah  Mahabarata dan Ramayana


Bai Yue(seratus Yue) merupakan apa yg kemudian yang disebut dalam kitab Mahabarata sebagai Ku-Ra-Hwa(Kurawa), karena sejatinya kitab Mahabarata maupun Ramayana merupakan gubahan dari mitologi dan sejarah yang bersumber dari Tiongkok sendiri.

Kata 尾 Wi(Wie) atau 紫微垣 Zi Wei Yuan dari Wi-Yao-Sia/Sio(Xiao) atau Wiyasa merupakan penamaan sebagai salah satu bintang di utara yang merupakan salah satu dari San Yuan kelompok resi bintang Utara dan 28 resi bintang di ilmu perbintangan Tiongkok, sedangkan kata Sio/Sia merupakan dari kata 孝 Xiao sebuah ajaran tentang kebaktiaan atau ketaatan atau kepatuhan yang mengutaman Etika atau Moral baik terhadap leluhur, orangtua maupun terhadap kehidupan sosial yang di gaungkan oleh Konfusius atau ajaran Ru (Ru Jiao).

Wi Yao Sio atau Wiyasa sendiri yang membuat atau menulis tentang kitab Mahabarata, dalam Mahabarata disebutkan bahwa dari Wi Yao Siao / Wiyasa lahir Pandu yang ber- Ibu dari Am Ba Li Ka yang melahirkan Pan Da Wa dan Destarata dari Ibu Am Bi Ka yang kemudian melahirkan Kurawa yang kemudian disebut juga sebagai Dinasti Ku Ru (Gu Ru) yang besar kemungkinannya kata Ru sebagai penempatan ajaran dari Ru Jiao.

Dewi Ambika dan Ambalika merupakan Dewi Kakak beradik yang merupakan representasi dari Dewi Xiang Jun yaitu E Huang dan Nu Ying putri dari Kaisar Yao.

Dalam penaman dan penggambaran tokoh-tokoh baik di Ramayana maupun di Mahabarata merupakan suatu sandi atau simbol yang berdasarkan dari filsafat Tiongkok kuno.

Memang perlu waktu untuk membuka sandi dan simbol dari kitab-kitab tersebut dikarenakan yang begitu banyak dan berlapis.

Intinya harus memahami dan menguasai secara utuh segala aspek baik budaya, filsafat dan pengetahuan tentang sejarah dan mitologi dari Tiongkok kuno sebagai sumber sejarah dan berkembang hingga masuk ke dalam tradisi dan budaya di penjuru dunia.


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d