Langsung ke konten utama

Makna Kata Chi Ching /Ci Cing

 

Chi Ching /Ci Cing merupakan karakter dari 氣精 Qi Jing

Didalam ajaran tradisi Tiongkok ada istilah 三寶 San Bao atau San Po/Pu dalam dialek Hokkien diucapkan Sam Po atau Sam Pu artinya Tiga yang berharga dalam diri atau Tiga Berharga yang terpendam, ketiganya disebut sebagai : 精 Jing (baca Ching/Cing), 氣 Qi (baca Chi/Ci) dan 神 Shen yaitu :

精 Jing diucapkan Ching/Cing artinya : Inti, Essensi, Murni, Halus, Lembut, Energi, Kekuatan
氣 Qi diucapkan Chi/Ci artinya : Nafas, Udara, Daya Hidup
神 Shen artinya : Pikiran, Dewa, Jiwa


Dalam mengolah San Bao (San Po) atau Sam Po dalam diri Manusia berawal dari Perut sebagai proses awal mengolah 精 Jing (Ching) sebagai Inti atau Essensi dengan 氣 Qi (Chi) Nafas atau udara.
Dalam melakukan proses ini tubuh manusia diharuskan dalam keadaan "Diam" atau "Tenang" sesuai dengan ungkapan dalam bahasa Sunda Chi-Ching (Qi-Jing) artinya "Diam" atau "Tenang".
精 Jing (Ching) atau Inti yang berbentuk cairan atau Air didalam tubuh bersama dengan 氣 Qi (Chi) atau Nafas atau udara di dalam akan terkait dengan keharmonisan di luar tubuhnya yang disebut dalam tradisis Tionghoa dengan istilah 風水 Feng-Shui.
風 Feng atau Fung (Kanton) atau Hong (Hokkien) artinya Angin, ini merupakan representasi didalam diri sebagai 氣 Chi (Qi) sebagai Udara atau Nafas.
水 Shui artinya Air, ini merupakan representasi didalam diri sebagai 精 Ching (Jing) sebagai Inti atau Essensi yang terkandung didalam cairan tubuh manusia.


Dalam tradisi Tionghoa mempercayai bahwa Tubuh Manusia (Mikrokosmos/Jagad kecil) akan selaras dengan Semesta (Makrokosmos/Jagad besar).
Jadi kata 氣精 Chi-Ching (Qi-Jing) yang artinya "Diam" atau "Tenang" didalam bahasa Sunda merupakan suatu ungkapan pengingat untuk "Mendiamkan" atau "Menenangkan" Raga/Tubuh agar melakukan San-Bao (San-Po) atau Sam-Po.
Kata San-Bao(San-Po) atau Sam-Po digunakan sebagai salam dalam tradisi Sunda yaitu dengan mengucapkan Sam-Po Ra(Rwa)-Sun.

Sam-Po Ra(Rwa)-Sun

三 San atau Sam dialek (Hokkien) artinya Tiga
寶 Bao atau Po/Pu artinya Harta Yang Berharga yang tersembunyi (didalam tubuh atau tidak tampak).
Kata Ra atau Rwa dari kata 二化 R(Er)-Hua atau R-Hwa atau R-WA artinya Sebagai Dua atau Jadi Dua atau Dua Dalam Kesatuan.
二化 R(Er)-Hua atau R-Wa atau RA dalam dialek Hokkien diucapkan Ji-Wa.
Jadi kata R-Wa atau RA sama maknanya dengan Ji-Wa
送 Song atau Sung/Sun artinya : Menyampaikan, Memberikan, Menyajikan, Mengantarkan, Membawa
Jadi kata 三寶 二化送 Sam-Po Ra(Rwa)-Sun atau San-Bao Er-Hua-Song artinya Mengantarkan kehadiran Jiwa dengan Tiga yang berharga didalam diri.

Ra-Em Pei-S

二化 Ra atau R-Wa maknanya sama dengan Ji-Wa.
諳 An atau Am/Em artinya Mengetahui dengan baik, Sepenuhnya memahami
拜 Bai atau Pai/Pei/Pe artinya Melakukan Penghormatan, Hormat, untuk membungkuk atau bersujud (memberikan hormat), untuk membangun/menjalin sebuah hubungan, saling mengenal, mengucapkan selamat tinggal (sampai jumpa).
字 Zi atau Tze/Etz/Es/S artinya Menghargai/Menghormati, Menyampaikan, Simbol, Karakter, Lambang.
Jadi kata 二化諳 拜字 Ra(Rwa)-Am Pe(Pei)-S(Etz) atau Er-Hua-An Bai-Zi artinya Simbol(Lambang) Penghormatan dengan cara membungkuk atau bersujud dengan sepenuh Ji-Wa.
拜 Bai atau Pai/Pei/Pe artinya Melakukan Penghormatan.


Dalam tradisi Tionghoa 拜 Pai/Pei/Pe (Bai) merupakan tata cara Penghormatan yang biasanya dilakukan dengan cara 磕頭 Ke-Tou(Ke-Tuk) atau 叩頭 Kou-Tou artinya Mengetukkan Kepala untuk bersujud memberi hormat.

Dalam tradisi adat pernikahan terdapat istilah Sung-Ke Em-An (Sungkeeman), kata tersebut mengandung makna :
送 Song atau Sung/Sun artinya : Menyampaikan, Memberikan, Menyajikan, Mengantarkan, Membawa
磕 Ke artinya Bersujud, Mengetuk, Membenturkan, Memukul, Berhadapan, Bertemu berhadapan, Bertarung.
諳 An atau Am/Em artinya Mengetahui dengan baik, Sepenuhnya memahami
安 An artinya Melaksanakan/Pelaksanaan, Menyesuaikan, Menghormati, Ketenangan, Kedamaian.

Jadi kata 送磕 諳安 Sung-Ke Em-An atau Song-Ke An-An artinya Melaksanakan Menyampaikan/Pemberian Sujud penghormatan sepenuhnya.

Oleh.
Janhonone

Editor.
Koh Tzu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d