Langsung ke konten utama

Konsep HUNQI XINGPO 魂氣 形魄 Dalam Tradisi Kuno Di Jawa

 

 魂氣 形魄 HUNQI XINGPO (diucapkan : HUNCHI SINGPO), JIWA HALUS DAN TUBUH YANG BERWUJUD (BADAN KASAR)


魂氣 形魄 Hun Qi Xing Po artinya Jiwa Halus dan Tubuh yang berwujud atau dalam sebutan lain Jiwa Halus dan Badan kasar.
Dalam tradisi Tionggok kuno 魂 HUN dan 魄 PO terdiri dari 三魂七魄 SAN HUN QI PO (diucapkan : San Hun Chi Po) artinya Tiga Jiwa dan Tujuh unsur Tubuh.
Dalam tradisi di jawa kuno yang sampai saat ini masih di gunakan yaitu tradisi Telunan/Telonan/Neloni dan Pitunan/Pitonan/Mitoni yang di laksanakan ketika masa ibu hamil atau bayi dalam kandungan ibu.
Begitupula dalam tradisi kematian seseorang akan di laksanakan tiga harian dan tujuh harian.
Kedua tradisi tersebut mengacu kepada ajaran Tao tentang konsep 魂 HUN dan 魄 PO.

Pembagian Waktu Peringatan

Dalam pembagian waktu peringatan ada yang disebut dengan selapanan atau 35 hari itu terkait dari 7 Po dan 5 elemen, sedangkan 40 hari kematian terkait pelepasan dari 10 unsur (3 Hun + 7 Po) di kali 4 ruang/arah.


Dalam tradisi Tiongkok ajaran Tao dalam struktur langit disebutkan berjumlah sapuluh atau 十 Shi artinya : Sapuluh, Selesai, Keseluruhan, Paling atas.
Struktur langit ini disebut sebagai 天干 Tian Gan (Tien Kan) artinya Batang Langit atau Tiang Langit atau Tiang sorga.


Peta langit menurut ajaran Tiongkok terdiri dari Tiga Istana yang berada di pusat kutub utara atau disebut sebagai 三垣 San Yuan artinya Tiga Batas/Dinding/Tembok dalam konstelasi langit atau dalam ajaran Tao disebut sebagai 三清 San Qing artinya Tiga Kemurnian/Kejelasan/Mencerahkan/Membersihkan/Menyelesaikan.


Ke Tiga tempat atau 三清 San Qing menurut ajaran Tao terbagi dari 玉清 Yu-Qing tempat 元始 天尊 Yuanshi Tianzun atau 玉皇大帝 Yuhuang Dadi atau disebut juga sebagai Kaisar Giok (Permata/Cerah), 上清 Shang-Qing sebagai tempat Lingbao Tianzun atau 靈寳君 Lingbao Jun/Lingbao Kun dan 太清 Tai-Qing sebagai tempat 道德天尊 Daode Tianzun atau 太上老君 Taishang Laojun/Taishang Laokun.
Dalam tradisi Tiongkok disebutkan 4 penjuru arah langit 四方 Si-Fang artinya Empat Arah atau 四象 Si-Xiang artinya Empat Simbol/Gambar atau disebut sebagai mempunyai 7 (tujuh) ruang/kamar yang keselurahan dari 四方 Si-Fang atau Empat arah akan menjadi 28 atau 二十八宿 Shierba Xiu dalam susunan konstelasi bintang langit.


Sebutan Tiongkok dalam struktur konstelasi bintang langit disebut sebagai 星官 Xing Guan atau 星座 Xing Zou. Kata Xing (Sing) 星 artinya Bintang menjadi aplikasi Xing (Sing) 形 artinya Yang Terlihat atau Bentuk dalam kalimat 形魄 Xing Po.
Terkait kematian :
1. 40 hari merupakan 4 (四方 Si-Fang) x 10 (天干 Tian Gan/Tian Kan) = 40. 40 hari ini merujuk kepada Taishang Laojun/Taishang laokun atau Daode Tianzun sebagai tempatnya di Tai-Qing.
2. 100 hari merupakan 10 x 10 atau 10² = 100, merujuk kepada Lingbao Jun/Lingbao Kun atau Lingbao Tianzun sebagai tempat di Shang-Qing.
3. 1000 hari merupakan 10 x 10 x 10 atau 10 pangkat 3 = 1.000, merujuk kepada Yuhuang Dadi atau Yuanshi Tianzun sebagai tempatnya di Yu-Qing yang merupakan sebagai tempat awal/asal/permulaan atau sumber awal seperti makna kata 元始 Yuan-Shi.
Kata Wu dari Se-Wu merupakan dari kata 無極 Wu-Ji, yang mana 無 Wu artinya Ketiadaan, Terlepas dari, Pelepasan dari segala bentuk.


Demikian ajaran Tiongkok kuno tentang Konstelasi atau asterisme atau Resi Bintang dan San-Qing atau Tiga Kemurnian Agung.

Oleh.
Janhonone

Editor.
Koh Tzu

referensi:
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Hun_and_po

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d