Langsung ke konten utama

Ajaran Tulodo(Tu-Lao-Dao) Dalam Filsafat Spiritual Kuno Jawa


Dalam pemahaman filsafat jawa ada sebuah ajaran kuno yang tidak dikenal oleh generasi sekarang, sebuah ajaran spiritualitas dalam falsafah jawa yang dikenal pada masa lampau dengan nama Tulodo.

Tulodo adalah bahasa jawa yang artinya contoh, jadi ajaran tulodo adalah ajaran untuk dicontoh (ditiru) atau dalam bahasa jawa menjadi Tuladan.

Ajaran Tulodo merupakan transkip dari ajaran Huang Lao Dao yang diajarkan kembali oleh seseorang yang bernama Tan Tu-Lao Er,  ajaran ini merupakan ilmu tertinggi dalam hal spiritualitas jawa, sayangnya ajaran ini sudah tidak dikenal lagi dijawa atau bisa dibilang sudah musnah tetapi jejak/bekasnya masih ada hingga sekarang dan masih digunakan dalam kitab2 jawa kuno.

Untuk itulah penulis merasa perlu mengangkat kembali ajaran kuno jawa tersebut sebagai ajaran leluhur jawa yang dibawa dari tanah leluhurnya tiongkok yang juga membuktikan adanya benang merah lintas geografis sosial budaya dimasa lampau, berikut penjelasan sejarah ajaran tulodo atau Huang Lao Dao....


Huang Lao Dao | 黄老 道


Ajaran dan kepercayaan Huang-Lao Tao (黃老 道 Huanglao Dao) berkembang sejak tradisi dan kepercayaan kekuatan Magis dan Jalan Keabadian (方 仙道 Fangxian Dao). Kemudian ajaran ini diintegrasikan ke dalam Taoisme, ini yang merupakan komponen penting dari latar belakang agama untuk kelahiran Daoisme. Tradisi Huang-Lao adalah penyatuan filosofi Huang Di (Kaisar Kuning) dan Lao Zi (Lao Tzu) dengan praktik jalan Keabadian (神仙 Shenxian) dari tradisi kekuatan Magis dan Keabadian.


Filosofi Huang-Lao muncul di negara Qi selama pertengahan periode Negara-Negara Berperang (475-221 SM). Itu menekankan dalam praktek Kebajikan atau 德 DE seperti yang dianjurkan oleh Kaisar Kuning dan Laozi. 

Pada awal dinasti Han (206 SM - 24 M), arus utama pemikiran Huang-Lao berkaitan dengan Seni Pengembangan (帝王 南面 之 術 Diwang Nanmian Zhi Shu) dan dengan pembelajaran Yin-Yang, juga termasuk dalam ajaran Keabadian. Selama masa pemerintahan kaisar Han Wu, para praktisi Tao atau di sebut 方士 Fangshi menyusun kembali ajaran Kaisar Kuning, sampai benar-benar menggabungkannya dengan pemikiran dengan konsep Keabadian, sehingga Jalan Dewa Keabadian atau 神仙道 Shenxian Dao dikaitkan dengan Kaisar Kuning.


Ketika filsafat Huang-Lao berkembang di negara Qi, di mana para Dewa Abadi juga paling aktif, kedua aliran berkembang di lingkungan yang sama, saling mempengaruhi satu sama lain, dan akhirnya bergabung untuk membentuk Tradisi Huang-Lao. Integrasi timbal balik ini merupakan proses panjang yang berlangsung dalam tiga tahap.


Tahap pertama terjadi ketika Kaisar Han Wu memberikan perlindungan eksklusif kepada Konfusianisme, memimpin sekolah-sekolah Huang-Lao dan ajaran Keabadian untuk lebih dekat bersama.


Fase kedua terjadi dari pemerintahan kaisar Han Xuan hingga akhir dinasti Han Barat (24 M). Kaisar Xuan menyetujui filsafat Huang-Lao, dan membiarkan Tradisi Kekuatan Magis dan Keabadian berkembang.


Selama fase ketiga, kedua arus bergabung untuk membentuk Tradisi Huang-Lao pada masa pemerintahan kaisar Huan dari dinasti Han Timur (147-167 M).


Selama masa pemerintahan kaisar Ming dan Zhang dari dinasti Han Timur, Tradisi Huang-Lao telah menjadi populer di dalam Pengadilan Kekaisaran, dan pada saat kaisar Huan, itu dicatat dalam sejarah resmi. Dalam Kisah Wang Huan dalam Sejarah Nanti Han, tercatat bahwa kaisar Huan (memerintah tahun 158-167 M) melindungi Tradisi Huang-Lao dan memerintahkan penghancuran ruang-ruang kurban tua. Setelah kaisar Huan secara terbuka mengakui Tradisi Huang-Lao, ia mengirim pejabat dua kali setahun ke kuil leluhur Laozi di Ku Xian, dan ke Guanlong Hall Kaisar Kuning, menandai tahap akhir pembentukan Tradisi Huang-Lao.


Pada masa pemerintahan kaisar Ling, Zhang Jiao, pendiri Tradisi Perdamaian Tertinggi (太平道 Tai Ping Dao), memberikan dirinya gelar Master Berbudi Luhur (大 賢良 師 Daxian Liangshi), yang mengaitkan dirinya dengan Tradisi Huang-Lao, mengambil murid dan dihormati oleh orang awam. Selama periode integrasi filsafat Huang-Lao dengan tradisi Kekuatan Magis dan Keabadian, ada efek gelombang yang kuat dari Kekuatan Magis Konfusianisme, memimpin sekolah sastra Spekulasi Esoterik (讖 緯 Chenwei) untuk merangsang pembentukan Tradisi Huang-Lao.


Seperti Tradisi Kekuatan Magis dan Keabadian, Tradisi Huang-Lao tidak memiliki ajaran sistematis atau doktrin agama, juga tidak memiliki organisasi keagamaan. Tapi itu adalah pendahulu Taoisme; tanpa memahami Tradisi Huang-Lao, mustahil untuk sampai pada pengetahuan penuh tentang sejarah Taoisme.


Didalam ajaran dan kepercayaan Huang-Lao menekankan akan praktek 外丹 Wai Dan dan 內丹 Nei Dan dengan dasarnya 丹 Dan (Tan) artinya ELIXIR OF LIFE atau ELIXIR IMMORTALITY atau CAIRAN KEHIDUPAN atau AIR KEHIDUPAN atau Alkimia atau Zat Halus, yang dalam dunia pewayangan disebut sebagai TIRTA PRAWITA atau TIRTA AMERTA atau TIRTA PERWITA SARI.

Makna 外 Wai artinya Diluar, Eksternal, sedangkan makna 內 Nei artinya Didalam, Internal.

Ajaran Huang-Lao ini menjadi dasar ajaran 全眞 Quan Zhen yang didirikan oleh 王重陽 Wang Chong Yang 1113-1170 M.


Tan Tu-Lao Er 


文廟 Wan Miao, Bun Biao (dialek Hokkien), Van Mien (dialek Vietnam) adalah Kuil Pelajaran Budaya yang didirikan 1070 M pada masa Dinasty Li atau Ly di Hanoi, Vietnam.

文廟 Wan Miao, atau Bun Biao (Hokkien), Van Mien (Vietnam) kadang disebut juga sebagai 國子監 Guo Zi Jian (baca Kou(Ko) Tzu Chien), atau Koh Chu Chien (Hokkien), atau Quoc Tu Giam (Vietnam) yang artinya Pusat Lembaga Pendidikan Tinggi Nasional.

國子監 Guo Zi Jian kadang disebut juga sebagai 國子學 Guo Zi Xue atau Pusat Lembaga (Akademi) Pendidikan Tinggi Nasional merupakan lembaga (akademi) pendidikan yang berawal dari Kekaisaran Tiongkok sejak setelah usai dari Dinasti Sui tahun 618 M yang sebelumnya bernama 太學 Tai Xue artinya Sekolah Pembelajaran (Akademi) Terbesar yang telah ada sejak Dinasti Han.

Pada masa Dinasti Ming 國子監 Guo Zi Jian mempunyai Dua Akademi di Nanjing dan Beijing.


Di Hanoi, Vietnam pada masa Dinasti Tran mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan.

Dalam sejarah Tiongkok disebutkan 陳誠 Chen Cheng atau Tan Seng pada tahun 1397 M diutus oleh Kaisar Yong Le, Dinasti Ming menjadi utusan ke Dinasti Tran (dialek Vietnam) atau Tan (dialek Hokkien) atau Chen, di Hanoi Vietnam.

Chen Cheng atau Tan Seng merupakan seorang berpengetahuan tinggi yang berdasarkan ajaran Huang-Lao yang diterapkan dalam Pusat Lembaga (Akademi) Pendidikan Tinggi Kekaisaran (Nasional) atau 國子監 Guo Zi Jian dengan dibuktikannya menjadi sebagai lulusan terbaik pada tingkat propinsi dengan gelar 舉人 Ju Ren dan pada tingkat Kekaisaran (Nasional) dengan gelar 進士 Jin Shi.

Tidak hanya itu pula dalam pengetahuan yang dimilikinya, Kaisar Yong Le pada tahun 1406 - 1411 menugaskan Chen Cheng atau Tan Seng menjadi Penulis dan sastrawan Perpustakaan Kekaisaran dan juga sebagai editor 永樂大典 Yong Le Da Dian (baca Yong Lo Ta Tien) artinya Enksilopedia Yong Le.


Chen Cheng atau Tan Seng juga dipercayakan oleh Kaisar Yong Le untuk menjadi Pemimpin (Jendral) misi perjalan darat ke Barat yang perjalanannya di bukukan dalam judul 西域番国志 Xi Yu Fan Guo Zhi yang berisi 18 Bab, tulisan ini menjadi refresensi banyak digunakan oleh sejarahwan Barat.

Chen Cheng atau Tan Seng pada tahun 1414 M juga menulis tentang penjelasan Gua-gua (Kuil) Buddha di Turfan.


陳誠 Chen Cheng atau Tan Seng sebagai Tan Tu-Lao Er


Chen Cheng merupakan seorang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas dan di bidang sastra dan budaya pada masanya, untuk itu dapat di pastikan Chen Cheng atau Tan Seng yang membuat Kakawien Suta Soma yang menggunakan nama kiasan atau samarannya yaitu Tan Tu-Lao-R.


Makna Tan merupakan nama Klan Keluarganya (氏 Zhi, Si, Se, dalam dialek Hokkien) 陳 Chen atau Tan (Hokkien) atau Tran (vietnam) sedangkan 土 Tu merupakan padanaan kata dari 黃 Huang artinya Kuning sebagai Kiasan artinya Tanah atau Bumi, 老 Lao terkait dengan Lao Zi atau Lao Tzu(Chu) dengan ajaran Tao dan 二 Er/R artinya Dua.

Jadi kata 土老 Tu-Lao merupakan kiasan dari kata 黃老 Huang-Lao yaitu ajaran Huang Di dan Lao Zi (Lao Tzu/Chu) dengan di tekankan penjelasannya dengan kata 二 Er/R artinya Dua, dengan makna keseluruhan yaitu Dua jaran antara Huang Di dan Lao Zi (Lao Tzu/Chu) yang terkait dengan basis ajaran tradisi Tiongkok kuno yang diterapkan didalam Akademi dan Sekolah Tinggi.


Ajaran Huang-Lao merupakan ajaran yang di terapkan menjadi sistem pendidikan dalam Sekolah (akademi) pelajaran Terbesar atau 太學 Tai Xue pada masa Dinasti Han, yang kemudian masih menjadi dasar pengajaran pada Pusat Lembaga (Akademi) Pendidikan Tinggi Kekaisaran (Nasional) atau 國子學 Guo Zi Xue atau 國子監 Guo Zi Jian pada masa setelah Dinasti Sui tahun 618 M.


Karya Kakawin Suta Soma dan Arjuna Wijaya merupakan karya Em-Fu Tan Tu-Lao-R (Chen Cheng atau Tan Seng) yang kemudian menjadi Populer di Jawa.


Sumber Ajaran Jawa 


semua ajaran dan falsafah jawa kuno itu sumbernya dari ajaran Huang Lao, termasuk ajaran Nawa Ru-Chi, Moerti (Murti), Mo-sha, Mo-ti dan istilah-istilah ajaran yang di gunakan di jawa, seperti Ma-Nei-Kung, Manuggaling kawula gusti, Hurip sajroning Mati, Kasampurnaan, Sangkan Paran, dll.

Referensi yg banyak digunakan dari ajaran Quan Zhen pelopornya Wang Chongyang banyak rujukan buku-buku wang chongyang yang digunakan termasuk juga buku-buku dari ke-7 muridnya seperti Tan Chu Duan dan Qiu Chu Ji, yang dari buku-buku tersebut kemudian banyak istilah atau idiom yang digunakan(ditranskip) pada ajaran Jawa sekarang ini.

Seperti halnya makna Quan Zhen sendiri artinya SEMUANYA AJARAN BENAR yang kemudian dipakai oleh Empu Tan Tu-Lao-er dalam bukunya Sutasoma dengan kata Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda tapi satu) dan kemudian menjadi semboyan Indonesia.


Referensi:

http://taipingdaoism.com/index.php/traditions/huang-lao-dao

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Temple_of_Literature_Hanoi

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Guozijian

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Taixue

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chen_Cheng_(Ming_dynasty)

https://en.m.wikipedia.org/wiki/

Yongle_Encyclopedia

https://en.m.wikipedia.org/wiki/

Xi_yu_fan_guo_zhi

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Huang–Lao

Temple of Literature, Hanoi - Wikipedia

en.wikipedia.org


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d