Langsung ke konten utama

Wang Jing Hong 王景弘 Dalam Sejarah Kota Semarang


Bagi masyarakat Semarang nama Sampokong tidaklah asing, klenteng Sampokong berada di Simongan Semarang yang dikenal dengan gedong batu.

Di klenteng Sampokong ada makam seorang tokoh tionghoa muslim yang menyebarkan agama islam diwilayah semarang dan sekitarnya sebelum era walisongo, siapakah beliau???

Beliau adalah Jendral Wang Jing Hong wakil kepala(wakil laksamana Cheng Ho) armada barat dinasti ming raya dengan pangkat Laksamana Muda dan beliau juga menjadi pemimpim utama armada barat dimasti ming setelah Cheng Ho.

Masyarakat jawa dan tionghoa khususnya masyarakat semarang sangat menghormati Wang Jing Hong sebagai leluhur yang dikenal dengan nama Kyai Juru Mudi Dangpu Awang.

Nama beliau diabadikan menjadi nama tempat dikota Semarang dengan nama Simongan, berikut akan dijelaskan secara singkat dan komprehensif..


SIMONGAN - SEMARANG


王景弘 Wang Jing Hong merupakan pemuda yang berasal dari desa 赤水 Chi Shui, Kecamatan 新橋 Xin Qiao, Kota Madya 漳平 Zhang Ping, Propinsi 福建 Fu Jian (Hok Kien).


Kelahirannya tidak diketahui naman catatan sejarah Tiongkok menyebutkan bahwa Wang Jing Hong/Ong Keng Hong telah mengikuti Kaisar 朱元璋 Zhu Yuan Chang atau Kaisar 洪武 Hong Wu periode bertahta 1368-1399 M menjabat sebagai 宦官 Huan Guan atau Kasim.


Setelah Zheng He/Cheng Ho atau Ma He meninggal pada tahun 1433 M, Wang Jing Hong/Ong Keng Hong menggantikan posisinya sebagai San Bao/Sam Po yaitu sebagai Panglima Militer Armada Laut hingga tahun kematiannya 1437 M.


Nama Wang Jing Hong / Ong Keng Hong diabadikan menjadi nama Pelabuhan atau Tempat Sim Ong An (Simongan) yang sekarang bertempat di Se Ma Rang (Semarang).


參軍 Can Jun dialek lain Sim Kun (Hokkien) artinya Wakil Panglima Militer atau Ajudan Panglima Militer.


參 Can atau dialek lain Sim (Hokkien) merupakan kata yang merujuk kepada 參軍 Can Jun atau dialek lain Sim Kun (Hokkien) yang artinya Wakil Panglima Militer atau Ajudan Panglima Militer sebagai jabatan 王景弘 Wang Jing Hong (nama kecilnya, 王貴通 Wang Gui Tong atau Ong Kwe(Kue) Tong dialek Hokkien)


Kata 參軍 Can Jun artinya Wakil atau Ajudan sama maknanya dengan 以副使 Yi Fu Shi artinya Wakil atau Asisten yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok.


王 Wang atau dialek lain Ong (Hokkien) artinya Klan Keluarga atau Marga (氏 Zhi/Shi/Shi) Wang atau Ong (Hokkien).

安 An artinya : Untuk Menempatkan, Mengatur, Memberikan, Menemukan suatu tempat, Pelabuhan, Aman, Tenang, Damai.


Jadi maksud kata Sim(參軍 Sim Kun) Ong An atau Can (參軍 Can Jun) Wang An artinya Pelabuhan tempat Wang (Wang Jing Hong/Ong Keng Hong) dengan jabatannya sebagai 參軍 Can Jun/Sim Kun yang merupakan Wakil Panglima Militer atau Wakil Panglima militer armada Laut atau sebagai Wakil (Ajudan) dari 鄭和 Zheng He/Cheng Ho atau 馬和 Ma He pada masa Dinasti Ming.


Kata Se Ma Rang sendiri berasal dari kata :

氏 Zhi atau dialek lain She/Se (Hokkien) artinya Klan Keluarga, Marga

馬 Ma artinya : Klan Keluarga/Marga Ma

郎 Lang atau dialek lain Rang (dialek kuno Tiongkok) artinya : Orang, Manusia, Orang Dewasa, Pemuda.


Jadi kata 氏馬郎 Se-Ma-Rang atau Zhi Ma Lang artinya Pemuda dari Klan Keluarga/Marga (She/Se) Ma yang merujuk kepada 馬和 Ma He atau 鄭和 Zheng He/Cheng Ho sebagai San Bao/Sam Po sebagai Panglima Militer armada Laut.

Jadi Simongan merupakan Pelabuhan pertama di Semarang.


=============================


王景弘 WANG JING HONG atau 王三保 WANG SAN BAO(PO) atau 當副 侯王 DANG FU HAU(HOU) WANG


王景弘 WANG JING HONG Nama aslinya 貴通 GUI TONG.

Wang Jing Hong sebelumnya ikut bersama Zhu Di (Yong Le) dan Cheng Ho dalam ekspedisi di utara melawan Mongol, yang kemudian dia dan Cheng Ho diangkat sebagai 太監 TAI JIAN (KASIM ISTANA, PEJABAT ISTANA).


Pada ekspedisi armada laut Wang Jing Hong sebagai wakil Cheng Ho, seperti yang disebutkan dalam catatan sejarah Tiongkok Wang Jing Hong sebagai 以副使, YI FU SHI yaitu SEBAGAI WAKIL YANG DI TUGASKAN.

Pada 1424, Wang Jinghong diperintahkan dengan tentaranya untuk menjaga ibu kota Nan Jing (ibu kota selatan) sebagai Garnisun pertahanan Nanjing, pada tahun berikutnya Cheng Ho juga menjabat yang sama (di Nan Jing).


Selama tinggal di Nanjing, Wang Jinghong mengawasi pembangunan istana, membangun kembali 大報恩寺, DA BAO EN SI atau Kuil (candi) Da Bao En, mengangkut bahan-bahan logistik ke Beijing, mendistribusikan kebutuhan hidup para Raja Nanjing, dan memilih perwira dan orang-orang untuk dilatih.


Disebutkan juga bahwa ia pernah pergi ke Taiwan untuk menerapkan pengobatan.

Wang Jing Hong meninggal setelah 1437,

beberapa orang menyebutkan bahwa dia meninggal di 爪哇 JAWA di kuburkan dalam Gua 三保洞 SAN BAO DONG, baca SAN PO TONG artinya Gua SAN PO atau SAM PO yang sekarang dikenal dengan Klenteng SAM PO KONG di Semarang.

Bebarapa orang juga mempercayai bahwa WANG JING HONG di kuburkan di 牛首山 NIU SHOU SHAN, Gunung NIU SHOU di Nan Jing.

王景弘 WANG JING HONG disebut juga dalam sejarah sebagai 王三保 WANG SAN BAO (SAN PO/SAM PO) seperti yang disebutkan oleh orang Taiwan dan orang Nan Yang.

WANG SAN BAO / WANG SAN PO menurut orang Tionghoa yang tinggal di luar daratan Tiongkok (orang Tiongkok perantauan, 華僑相 HUA QIAO XIANG) dan para pedagang pelayaran laut mempercayai bahwa dia dapat melindunginya, yang sampai sekarang banyak orang memberi penghormatan (sambah/sembah yang) dengan membakar banyak Dupa di GUA SAN BAO/SAN PO/SAM PO (三保洞 SAN BAO DONG/SAN PO TONG) di kelenteng SAM PO KONG, Semarang.


WANG JING HONG atau WANG SAN PO inilah yang disebut-sebut oleh rakyat JAWA sebagai 當副 DANG FU - 侯王 HOU WANG.

Kata 當副 DANG FU artinya MENJADI WAKIL atau SEBAGAI WAKIL... sedangkan kata 侯王 HOU WANG artinya BANGSAWAN / PEJABAT YANG BERGELAR WANG JING HONG / WANG SAN BAO / WANG SAN PO.


Kata 當副 DANG FU ini sejalan seperti yang disebutkan dalam sejarah Tiongkok dengan 以副使 YI FU SHI yang artinya SEBAGAI WAKIL YANG DI TUGASKAN dalam Ekspedisi Armad Laut bersama Cheng Ho.


Jadi kata 當副 侯王 DANG FU HAU(HOU) WANG merupakan gelar dan sebutan yang di tujukan kepada WANG JING HONG atau WANG SAN BAO / WANG SAN PO yang nama kecilnya sebagai GUI TONG 貴通, sebagai wakil dari CHENG HO yang melaksanakan Ekspedisi Armada Laut.

當副 DANG FU

當 DANG (TANG) : UNTUK MENJADI..., SEBAGAI MENJADI, UNTUK BEKERJA SEBAGAI..., UNTUK MENGELOLA..., UNTUK MELAKUKAN..., UNTUK BERTANGGUNG JAWAB, UNTUK MENGGANTIKAN

Dialek lain :

Kanton : DONG/TONG

Hakka (Khek) : TONG/DONG

Min Nan (Hokkien) : TANG, TAN

Teochew : DENG/TENG, TUNG

Wu (Shanghai) : TAN

Vietnam : DANG, DUONG


副 FU (FU/PU) : WAKIL, ASSITEN

Dialek lain :

Kanton : FU

Hakka (Khek) : FU

Min Nan (Hokkien) : HU

Teochew : HU

Vietnam : PHO, PO

侯 HOU

侯 HOU (HOU) : TUAN, BANGSAWAN

Dialek lain :

Kanton : HAU

Min Nan (Hokkien) : HAU, HIO, HO, KAU

Teochew : HOU, GAO/KAO/KAU

Wu (Shanghai) : HAU, HEI, HIO

Vietnam : HAU


Referensi.

https://zh.m.wikipedia.org/zh/王景弘

https://baike.baidu.com/item/王景弘/15826


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone


Editor.

Koh Tzu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d