Langsung ke konten utama

Tunggul Wulung Dalam Lintasan Sejarah Jawa


Dalam perspektif kesejarahan spiritual dijawa, kata Tunggul Wulung sering digunakan yang mempunyai makna spiritual, tetapi banyak yang pelaku sejarah tidak mahami arti yang sebenarnya dari kata "Tunggul-Wulung" yang dilambangkan dengan Kura-kura dan Naga berwarna hitam legam, untuk mengetahui makna dari kata Tunggul-Wulung seharusnya dicari awal mula penggunaan nama tersebut yaitu di klenteng Welahan - Jepara, dimana nama Kyai Tunggul-Wulung disematkan pada sebuah arca yang berbentuk Kura-kura dan Naga Hitam, lalu bagaimana kaitan antara nam Tunggul-Wulung dengan arca tersebut?, berikut akan dijelaskan secara singkat dan komprehensif...


䶱古老 烏龍 TUNGGUL WULUNG

XUAN WU


Xuanwu (玄武 "Shuanwoo") atau Xuandi (玄帝 "Kaisar Misterius (Gaib)"), juga dikenal sebagai Zhenwu (真武) atau Zhenwudadi (真 武大帝 "Kaisar Zhenwu"), adalah dewa dalam tradisi kepercayaan Tiongkok , merupakan salah satu dari dewa peringkat tinggi dalam Taoisme. Dia dihormati sebagai dewa yang kuat, mempunyai pengendalian segala unsur-unsur dan mampunyai kekuatan (sihir) yang hebat. Dia diidentifikasi sebagai dewa Heidi utara (黑帝 "Kaisar Hitam") dan sangat dihormati oleh seniman bela diri. Dia adalah dewa pelindung bagi masyarakat di Hebei, Henan, Manchuria dan Mongolia. Karena beberapa orang Tiongkok (sekarang orang-orang Kanton dan Fujian modern ) bermigrasi ke selatan dari Hebei dan Henan selama era Tang - Song, Xuanwu juga secara luas dihormati diprovinsi Guangdong, Guangxi dan Fujian, serta di antara negara-negara di luar Tiongkok.


Pada masa Kaisar Yongle dari Dinasti Ming mengakui bahwa dia mendapat bantuan Xuanwu selama perjuangannya di Jingnan terhadap keponakannya, yang kemudian membangun biara (kuil) Tao di Wudang Mountains dari Hubei, di mana Xuanwu dipercayai mencapai keabadian(kesempurnaan).


CERITA


Satu cerita mengatakan bahwa Xuanwu pada awalnya merupakan seorang pangeran dari Negara Jing Le di Hebei utara pada masa Kaisar Kuning. Ketika tumbuh dewasa, dia merasakan kesedihan atas penseritaan kehidupan orang-orang biasa dan ingin pensiun ke gunung terpencil untuk memperdalam Tao.


CERITA VERSI DINASTI QING

Versi lain mengatakan bahwa Xuanwu pada awalnya adalah seorang tukang daging yang telah membunuh banyak hewan tanpa belas kasihan. Setelah hari-hari berlalu, ia merasa sangat menyesal atas dosa-dosanya dan segera bertobat dengan meninggalkan penjagalan dan pensiun ke gunung terpencil untuk memperdalam Tao.

Suatu hari ketika dia sedang membantu seorang wanita dalam persalinan, saat membersihkan darah wanita yang ternoda di sepanjang sungai, membentuk suatu kata "Dewa Tertinggi Surgawi yang Gelap (atau Misterius)" ( 玄天上帝Xuántiān Shàngdì ) yang muncul di hadapannya. Wanita dalam persalinan ternyata merupakan manifestasi dari Dewi Guanyin . Untuk menebus dosa-dosanya, ia membelah perut dan ususnya sendiri dan membasuhnya di sungai. Sungai itu kemudian menjadi gelap dan suram. Setelah beberapa saat, sungai mengalir jernih dan murni sekali lagi.

Sayangnya, Xuanwu kehilangan perut dan ususnya saat dia mencucinya di sungai. Kaisar Langit (Kaisar Giok) menerimanya atas ketulusan dan tekadnya dan membersihkan dosa-dosanya. Kaisar Langit (Giok) menjadikan keabadian (Dewa) untuknya juga memberi gelar Xuántiān Shāngdì .

Setelah dia menjadi abadi (Dewa), perut dan ususnya menyerap esensi bumi, yang kemudian berubah menjadi kura-kura iblis, dan ular iblis, yang mulai mencelakai orang-orang. Tidak ada yang bisa menaklukkan binatang iblis tersebut, akhirnya Xuanwu kembali ke bumi untuk menaklukkan mereka. Setelah mengalahkan mereka, ia kemudian menjadikan mereka sebagai hewan tunggangannya.


JENDRAL WAN GONG DAN WAN MA


Xuanwu kadang-kadang digambarkan dengan dua jenderal yang berdiri di sampingnya, Jenderal Wan Gong (萬公) dan Jenderal Wan Ma (萬媽). Kedua jenderal tersebut adalah dewa yang menangani banyak masalah lokal mulai dari kelahiran anak-anak, pengobatan, masalah keluarga serta masalah fengshui .

Xuanwu digambarkan sebagai prajurit dengan jubah kekaisaran berwarna gelap, tangan kirinya memegang "tiga segel gunung", agak mirip dengan segel tangan Guan Yu, sementara tangan kanannya memegang pedang, yang dikatakan milik Lu Dongbin, salah satu dari Delapan Dewa .

Versi lain mengatakan bahwa ia meminjam pedang dari Lu Dongbin untuk menaklukkan iblis yang kuat, dan setelah berhasil, ia menolak untuk mengembalikannya setelah mengetahui kekuatan pedang itu. Pedang itu sendiri akan secara ajaib kembali ke pemiliknya jika Xuanwu melepaskannya, sehingga dikatakan bahwa ia selalu memegang pedangnya dengan erat dan tidak dapat melepaskannya. Namun, Xuanwu tidak hanya mengungguli Lu Dongbin dalam peringkat kedewaan, Xuanwu juga memiliki sejarah lebih lama menjadi Dewa dari Lu Dongbin dalam kepercayaan Tao.

Dia biasanya duduk di atas takhta dengan kaki kanan menginjak ular dan kaki kiri menginjak kura-kura. Wajahnya biasanya merah dengan mata melotot. Ulang tahunnya dirayakan pada hari ketiga bulan ketiga.


INDONESIA


Di Indonesia, hampir setiap kuil Tao menyajikan altar untuk Xuantian Shangdi. Kisah tersebut menyatakan bahwa kuil (kelenteng) pertama yang menyembahnya adalah sebuah kuil (kelenteng) di Kota Welahan, Jepara, Jawa Tengah, kemudian (kelenteng) yang dibangun untuk menghormatinya adalah kuil (kelenteng) di Grajen dan Bugangan, Kota Semarang, Jawa Tengah . Festivalnya dirayakan setiap tahun setiap hari ke-25, bulan ke-2, kalender Cina. Para penyembah Chen Fu Zhen Ren, khususnya di Kuil Tik Liong Tian, Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Percaya bahwa Xuantian Shangdi adalah dewa pelindung mereka. Itu sebabnya mereka menempatkan altarnya di sisi kanan altar Chen Fu Zhen Ren, di ruang tengah kuil yang selalu diperuntukkan bagi dewa utama.


䶱古老 烏龍 TUNGGUL WULUNG


Kura-kura dan Naga Hitam merupakan dua Simbol hewan dalam tradisi Tiongkok merupakan representasi untuk Dewa utara dalam tradisi di Jawa disebut sebagai TUNGGUL WULUNG


TUNG GU-L dari kata 䶱古老 TUNG GU LAO artinya KURA-KURA TUA

䶱 TONG (TUNG) : KURA-KURA

古老 GU LAO : TUA, KUNO


Dan...

烏龍 WU LUNG artinya NAGA HITAM atau NAGA GELAP

烏 WU : GELAP, HITAM

龍 LONG (LUNG) : NAGA

䶱古老 TUNGGUL 烏龍 WULUNG artinya KURA-KURA TUA DAN NAGA HITAM (GELAP)


Kata 烏龍 WU LUNG yang berarti NAGA HITAM atau NAGA GELAP merupakan representasi arah Utara dalam tradisi Tiongkok sebagai salah satu dari lima arah mata angin yang merupakan manifestasi dari 龍神 LONG SHEN (LUNG SHEN) artinya DEWA NAGA.


Referensi.

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Xuanwu_(god)


Oleh.
真 皓腦內
Jan Honone/Zhen Haonuonei.

Editor.
Koh Tzu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d