Langsung ke konten utama

BATIN 寶田 Dalam Spiritualitas Leluhur Kuno Jawa


Dalam bahasa indonesia khususnya bahasa jawa, sering kita mendengar kata "Batin" yang diasosiasikan/diartikan(disamakan) sebagai ati/hati, tetapi sebenarnya makna kata batin dan hati/ati itu berbeda, makna kata batin itu jauh lebih dalam yang berkaitan dengan spiritualitas tentang diri sejati manusia, yang sering dikenal dengan ajaran "Ka-Batin-An", kata batin berasal dari pemahaman tiongkok kuno yang dibawa oleh leluhur nusantara dari tanah leluhurnya(tiongkok) ke nusantara(migrasi), untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara filologi dan historisnya sebagai berikut ini:


寶田 BAO-TIAN ATAU BA-TIN


Kata Ba-Tin dari kata Bao dan Tian yang maknanya adalah :

寶 Bao artinya BARANG YANG BERHARGA, HARTA YANG BERHARGA, HARTA BERHARGA YANG TIDAK TERLIHAT, HARTA YANG TERPENDAM, BENDA YANG BERHARGA.

寶 Bao (Pao) dalam dialek lain :

Kanton : Bou, Pou

Hakka (Khek) : Po, Bo, Bau, Pau

Min Dong (Fu Zhou) : Bo, Po

Min Nan (Hokkien) : Po

Teochew : Bo, Po

Wu (Shanghai) :Pau, Po

Vietnam : Bao, Bau, Bu


田 Tian artinya BIDANG, TEMPAT, BIDANG YANG UNTUK DIOLAH, LAHAN

田 Tian (Tien) dalam dialek lain :

Kanton : Tin

Hakka (Khek) : Thien

Min Dong (Fu Zhou) : Dieng, Tieng

Min Nan (Hokkien) : Tian, Tien

Teochew : Tieng, Tiang

Wu (Shanghai) : Di, Ti

Vietnam : Dien, Tien, Ruong


Kata 寶 Bao yang artinya HARTA YANG BERHARGA atau HARTA BERHARGA YANG TIDAK TAMPAK merujuk kepada 三寶 SAN BAO (SAN PAO atau SAM PO) yaitu TIGA HARTA BERHARGA YANG TIDAK TAMPAK yang merujuk didalam diri (dalam Tubuh) yaitu 精 JING, 氣 QI (CHI) dan 神 SHEN.


Jadi kata 寶田 Bao-Tian atau Ba-Tin artinya BIDANG BERHARGA YANG UNTUK DIOLAH YANG MERUJUK KEPADA TIGA HARTA BERHARGA YANG BERADA DIDALAM DIRI (YANG TIDAK TAMPAK).


Kata Ba-Tin atau Bao-Tian merupakan penyebutan lain atau penjelasan dalam praktek 內丹 NEI DAN (NEI TAN) sebagai Ajaran Tao.

Kata 內 Nei artinya DIDALAM atau DALAM DIRI (DALAM TUBUH) atau INTERNAL, sedangkan kata 丹 Dan (Tan) artinya CAIRAN KEHIDUPAN atau AIR KEHIDUPAN atau ZAT HALUS atau ALKIMIA atau ELIXIR OF LIVE atau ELIXIR OF IMMORTALITY atau dalam pewayangan disebut sebagai TIRTA PARWITA atau TIRTA AMERTA atau TIRTA PERWITA SARI.


Di dalam tubuh (diri) atau 內 Nei disebutkan ada Tiga Tempat atau Bidang atau 田 Tian (Tien atau Tin) yang disebut sebagai 三丹田 San Dan Tian (San Tan Tien atau Tan Tin) yaitu :

Dari ke-tiga bidang atau tempat didalam diri (tubuh) yang merupakan satu kesatuan inilah apa yang disebut sebagai BAO-TIAN atau BA-TIN.


Ke-tiga Bidang atau tempat ini merupakan sebagai rujukan untuk penyebutan kata FISIK, MENTAL dan SPIRITUAL.

Dalam tradisi di Jawa kata Ba-Tin ini menjadi nama suatu ajaran yang disebut sebagai Ke Ba-Tin An (Kebatinan) yang merupakan representasi dari sumber ajaran Tiongkok kuno dalam ajaran dan kepercayaan Tao yang mengajarkan Praktek 內丹 NEI DAN (NEI TAN).


Oleh.

真 皓腦內

Jan Honone/Zhen Haonuonei.


Editor.

Koh Tzu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d