Langsung ke konten utama

Romanisasi Cin Shi Huang Di 秦始皇 Dalam Legenda Cinde Laras


Legenda merupakan cerita tutur yang hidup dimasyarakat, dalam cerita legenda banyak mempunyai unsur mitologi atau ahistoris, sehingga sebuah legenda banyak menampilkan hal-hal yang tidak masuk akal  atau tidak logis dan bermajas hiperbola (melebih lebihkan dari yang sebenarnya), sehingga untuk memahami kebenaran sebuah legenda harus memecahkan kode-kode penamaan dan ceritanya agar dapat mengetahui sejarah yang sebenarnya yang ingin disampaikan oleh pujangga yang membuatnya. 

Untuk itulah kita akan menguak tabir legenda dari jawa timur yaitu dari kerajaan junggalu/jenggala yang berjudul Cinde Laras dimana legenda tersebut merupakan cerita sejarah dari leluhur kerajaan jenggala/junggalu yang dibungkus secara apik dalam sebuah cerita yang diromanisasikan dalam tradisi lokal di jenggala ( jawa timur ). Berikut penjelasan tentang Cin Shi Huang Di 秦始皇 yang di kodekan menjadi Cinde dalam epos legenda Cinde Laras :


秦始皇 CIN SHI HUANG DI putra 吕不韦 LU BU WEI atau LU BU dari wilayah WEI dan Legenda CIN DE LARAS.


Lu Buwei (吕不韦-235 SM) adalah seorang negarawan sekaligus pengusaha pada awal berdirinya Dinasti Qin. Dia lahir di negara Wei (sekarang Puyang, provinsi Hebei) pada masa negara-negara berperang (453 SM-221 SM). Dia dipercaya sebagai ayah biologis dari Ying Zheng yang kelak menjadi kaisar Qin Shi huang atau Qin Shi Huang Di


Ketika muda Lu pernah berguru pada Gui Guzi, seorang yang sangat terpelajar, darinya Lu mempelajari ilmu meramal. Awal dirinya terlibat dalam politik dimulai dari perbincangan dengan ayahnya. Suatu hari dia bertanya pada ayahnya.

“Ayah, berapa sih keuntungan bertani ?”

“Sepuluh kali masukannya” jawab ayahnya.

“Bagaimana kalau berbisnis perhiasan ?” tanyanya lagi

“Seratus kalinya”

“Lalu bagaimana kalau kita membantu seseorang mewarisi tahta kerajaan dan mengontrol negara ?”

Ayahnya menjawab sambil tersenyum, “Ribuan, puluhan ribu, bahkan mungkin tak terhitung”


Lu Bu berteman dengan 嬴 異人 Ying Yi Ren yang merupakan nama kecil dari 秦 莊襄王 Qin Zhuang Xiang Wang atau Raja Zhuang Xiang dari Qin pada tahun 281–247 SM, selain itu dia juga bernama 子楚 Zi Chu (artinya anak dari bangsawan Chu) setelah diangkat anak oleh Permausuri Hua Yang yang juga merupakan ibu tirinya (ibu kandung Yi Ren merupakan selir Ayahnya) yang merupakan Bangsawan dari kerajaan Chu. Hua Yang sebagai permaisuri memang tidak mempunyai anak sehingga Yi Ren diangkat sebagai anaknya.

Yiren adalah anak dari selir Pangeran 安 An atau 安國君 An Guo Jun atau nama kecilnya 嬴柱 Ying Zhu atau nama gelar Rajanya 秦孝文 王 Qin Xiao Wen Wang pada tahun 303–251 SM, pewaris tahta negara Qin yang menjadi sandera di negara Zhao.


Saat itu pertukaran sandera merupakan hal yang lumrah agar negara-negara yang bersangkutan mematuhi syarat-syarat perdamaian, sandera-sandera itu biasanya adalah anggota keluarga kerajaan.

Lu Bu bertemu dengan Ying Yi Ren dalam perjalanan bisnis di negara Zhao.

Lu Bu kemudian menghadiahkan selir kesayangannya yang bernama Zhao Ji yang telah dihamilinya kepada Yi Ren.

Lu Bu juga membantu Yi Ren dan keluarganya meloloskan diri dari Zhao kembali ke Qin. Dua belas bulan setelah menikahi Zhao Ji, perempuan itu memberinya seorang bayi yang diberi nama Zheng atau 嬴政 Ying Zheng atau 趙政 Zhao Zheng (karena kelahirannya ketika ayahnya menjadi sandera di kerajaan Zhao) .


Selain itu Lu Bu juga melakukan negosiasi yang gemilang dengan ibu Hua Yang, yaitu istri Pangeran An atau Ying Zhu dengan membujuknya agar mengangkat Yi Ren sebagai pewaris tahta atau Putra Mahkota Qin.

Pada Musim gugur tahun 251 SM, Pangeran An naik tahta menggantikan ayahnya yang mangkat dengan gelar Adipati Xiaowen dari Qin.

Dia hanya satu tahun duduk di tahtanya, yang dicurigai Lu Bu membunuhnya dengan racun.

Setelah kematiannya, otomatis Yi Ren mengambil alih tahtanya dengan gelar Adipati Zhuangxiang dari Qin. Spekulasi politik Lu Bu akhirnya membuahkan hasil, dia diangkat menjadi perdana mentri atau Kanselir di Qin.


Tahun 247 SM, setelah berkuasa selama tiga tahun Adipati Zhuangxiang wafat karena sakit. Ying Zheng yang baru berusia 13 tahun pun menjadi adipati Qin.

Lu Bu kini menjadi wali untuknya. Dalam masa kejayaannya di dunia politik, Lu Bu mempekerjakan 3000an orang dari berbagai profesi seperti politisi, ahli sejarah, ahli keuangan, dan penulis untuk menyusun 呂氏 春秋 Lushichunqiu (Almanak Lu) yang berisi kumpulan ilmu pengetahuan dan filosofi pada saat itu, juga dalam buku ini pula istilah atau penyebutan 百越 Bai Yue atau Pek Yue artinya 100 Yue mulai disebutkan.


Buku ini digunakan Lu Bu sebagai panduannya dalam usahanya menaklukkan negara-negara bagian lain dan menyatukan daratan Tiongkok. Dia menyuruh seluruh rakyat Qin membaca buku itu. Skrip dari buku itu dipajang di depan umum dan dia menjanjikan imbalan emas pada siapapun yang bisa menambah ataupun mengurangi isinya. Namun buku itu terlalu sempurna untuk zaman itu sehingga tak seorangpun bisa melakukannya.


Selama masa perwaliannya, Qin menganut strategi politik bersahabat dengan negara-negara bagian yang jauh namun menyerang kepada negara bagian yang lebih dekat.

Qin menyerang Han dan Wei dan terus mengembangkan perbatasannya ke arah timur.


Di dalam negeri kebijakan Lu Bu adalah keterbukaan kebudayaan. Dia mengumpulkan orang-orang berbakat untuk membangun pengaruh pribadinya.

Bisnis keluarga Lu Bu pun berkembang pesat dan meraup keuntungan besar lewat pengaruh politiknya. Dengan dukungan Zhao Ji yang kini telah menjadi ibusuri, Lu Bu menjadi orang paling berkuasa di Qin, dia menjalankan ide-idenya sendiri atas nama sang adipati, maka secara de fakto dialah penguasa Qin sesungguhnya.


Seiring berjalannya waktu, Ying Zheng pun mulai dewasa dan Lu Bu khawatir hubungan gelapnya dengan ibusuri Zhao tercium dan membawa kesulitan baginya. Maka dari itu Lu Bu menyodorkan seorang biseksual bernama Lao Ai kepada ibusuri Zhao Ji yang hiperseks untuk menggantikan dirinya.


Beberapa tahun kemudian Lao Ai mengadakan pemberontakan yang gagal, dia dihukum mati dan seluruh keluarganya dibinasakan.

Dari pengakuan Lao Ai lah, Ying Zheng mengetahui hubungan gelap Lu Bu dengan ibunya selama ini, juga fakta mengenai Lu Bu adalah ayahnya yang sesungguhnya (ayah biologis).

Skandal ini membuat Lu Bu dicopot dari jabatannya dan diusir pulang ke kampung halamannya.


Pada tahun 235 SM, Ying Zheng memaksa Lu Bu bunuh diri dengan minum racun karena dia masih curiga Lu Bu akan memberontak.

Pada tahun 221 SM, Ying Zheng menaklukkan seluruh negara bagian di Tiongkok dan mendirikan Dinasti Qin, dia memproklamirkan dirinya sebagai kaisar pertama, Qin Shi Huang Di.

Sejarah tersebut ratusan tahun kemudian dijadikan sebagai Legenda dan Mitologi di Nusantara dengan judul CIN DE(DI) LAO RAO-S / CINDILARAS / CINDELARAS yang legenda ini menjadi penanda atau simbol berdirinya Negara/Wilayah Zheng Ga Lu(Lo/Lao) atau Jeng Ga Lu(Lo/Lao).


Kata 秦帝 CIN DI atau CIN DE dalam Cindelaras merupakan representasi dari Kaisar Dinasti 秦 QIN (baca CIN) dengan gelar 帝 DI(DE) artinya Kaisar atau CIN DI atau CIN DE artinya KAISAR CIN (QIN).

Nama 政 ZHENG/JENG dalam ZHENG GA LU(LO/LAO) merupakan nama kecil dari Kaisar Qin Shi Huang Di yaitu YING ZHENG atau ZHAO ZHENG, sedangkan kata 家吕 GA LU(LO/LAO) atau JIA LU (mandarin) merupaka Klan Keluarga LU dari garis LU BU atau LU BU WEI.

Kisah CINDI LARAS/CINDE LARAS merupakan mitologi yang mengacu kepada simpul-simpul dari sejarah yang tertulis sebelumnya.


Jadi Kerajaan atau Wilayah Jeng Ga Lo merupakan keturunan dari garis Kaisar Qin Shi Huang Di atau nama kecilnya Zheng dengan garis ayah Lu Bu Wei.

吕 Lü dialek lain :

Kanton : Leoi/Loi, Leu/Loy

Hakka/Khek : Li

Min Bei (Jian'ou) : Li/Ly

Min Dong (Fuzhou) : Li/Ly

Hokkien/Min Nan : Lu, Li, Lir, Luo

Teochew : Le, Lu

Wu (Shanghai) : Li, Lo/Loy

Vietnam : Lu, Lo, La, Lua, Ra, Rua, Tra, Tro


Dalam tradisi kemudian kata Lu Bu akan menjadi Lu-Em Bu Pe-Teng (Lembu Peteng) sebagai idiom atau istilah untuk anak dari hasil hubungan gelap (skandal) yang terkait dengan sejarah Lu Bu ata Lu Bu Wei.



----:: Legenda dan Mitologi CINDELARAS ::----


Cindelaras adalah cerita rakyat yang berasal dari Jawa Timur. Kisah ini menceritakan tentang Cindelaras, seorang anak laki-laki keturunan seorang raja yang terlahir di hutan.

Cindelaras mempunyai seekor ayam jantan yang tidak terkalahkan. Ayam jantan inilah yang kemudian hari mempertemukan Cindelaras dengan ayahnya, Baginda Raden Putra, raja Kerajaan Jenggala.

Dahulu kala hiduplah seorang raja bernama Raden Putra yang memiliki dua orang istri. Raden Putra memimpin Kerajaan Jenggala. Istri muda Raden Putra merasa iri kepada istri tua (sang permaisuri) karena menurutnya dialah yang lebih layak menjadi permaisuri.

Istri muda mendapat ide untuk mengambil posisi permaisuri dari istri tua Raden Putra. Ia bekerja sama dengan dukun untuk menjatuhkan istri tua dari posisi permaisuri. Istri muda berpura-pura jatuh sakit.

Mengetahui hal ini, Raden Putra mencari dukun yang dapat menyembuhkan penyakit istri mudanya. Dukun yang dicari pun tiba di istana. Atas perintah istri muda, si dukun membuat pernyataan palsu tentang penyebab sakit yang diderita istri muda tersebut.

Dukun mengatakan bahwa istri muda sakit karena tidak disukai oleh seseorang dan orang itu telah meracuni makanannya. Orang yang dituduh itu adalah sang permaisuri.

Mendengar itu Raden Putra marah lalu menyuruh patih untuk membawa permaisuri ke hutan dan membunuhnya di sana. Namun, patih percaya bahwa permaisuri tidak melakukan tindakan yang dituduhkan itu dan ia juga tahu kelicikan dari istri muda.

Patih tidak membunuh permaisuri melainkan melepaskannya di hutan. Patih mengatakan kepada permaisuri agar bertahan hidup di hutan. Permaisuri yang sedang mengandung itu pun berterima kasih atas kebaikan hati sang patih dan mengikuti sarannya untuk bertahan hidup di hutan.

Beberapa waktu kemudian permaisuri pun melahirkan seorang putra yang diberinya nama Cindelaras. Ia adalah anak laki-laki yang cerdas dan pandai bergaul. Cindelaras bahkan berteman dengan para penghuni hutan.

Suatu hari ketika Cindelaras sedang bermain di hutan, tiba-tiba seekor elang menjatuhkan sebutir telur. Telur tersebut pecah dan keluarlah seekor ayam dengan suara aneh. Anak ayam mengatakan bahwa Cindelaras adalah anak Raden Putra.

Cindelaras menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Namun, ibunya mengatakan bahwa Cindelaras adalah orang biasa dan bukan keturunan raja. Permaisuri berusaha agar Cindelaras tidak mengetahui hal sebenarnya. Namun, pada akhirnya permaisuri pun memberitahukan kebenaran tersebut kepada Cindelaras.

Setelah mengetahui kebenaran itu, Cinderalas berangkat menuju Kerajaan Jenggala. Di tengah perjalanan, Cindelaras bertemu dengan orang-orang yang sedang menyaksikan sabung ayam. Cindelaras menantang para pemilik ayam yang sedang bertaruh di sana dan mereka menerima tantangan Cindelaras. Rupanya tidak satu pun ayam yang bisa mengalahkan ayam Cindelaras. Ayam Cindelaras pun terkenal sebagai ayam yang tidak terkalahkan.

Berita ini terdengar sampai ke istana Raden Putra. Raden Putra mengundang Cinderlaras untuk datang ke istana serta menantang ayam Cindelaras. Raden Putra bertaruh bahwa jika ayamnya kalah maka ia akan menyerahkan seluruh kekayaannya. Akan tetapi, jika ayam Cindelaras yang kalah maka Cindelaras harus rela kepalanya dipenggal. Cindelaras pun menyetujui hal itu.

Pertarungan antara ayam Cindelaras dan ayam Raden Putra pun berlangsung. Ayam Cindelaras memenangkan pertandingan tersebut. Ayam itu kemudian mengeluarkan suara aneh yang mengatakan bahwa Cindelaras adalah anak Raden Putra. Raden Putra pun kaget mendengar hal itu.

Ketika Raden Putra bertanya, Cindelaras membenarkan hal itu. Tidak lama kemudian, istri tua Raden Putra datang dan menjelaskan bahwa Cindelaras adalah anak Raden Putra. Raden Putra pun menyesal atas keputusan yang pernah dibuatnya.

Akhirnya, Raden Putra pun menghukum istri muda serta dukun yang telah memfitnah permaisuri.


Oleh.Kang Janonone 覓 探以 MI TAN-I 道佑...

Referensi:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lu_Buwei

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Qin_Shi_Huang

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cindelaras


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d