Langsung ke konten utama

Menelisik kalimat Hong Wi Lai Heng 封為 來衡


"Hong wi lai heng" merupakan kalimat pembuka  dalam tradisi jawa yang merupakan tradisi leluhur jawa, kalimat tersebut bukanlah dari bahasa India tetapi dari bahasa asli leluhur jawa yang berasal dari tiongkok, berikut penjelasan singkat dan asal usul kalimat tersebut:


封為 來衡 Hong-Wi Lai-Heng merupakan dialek Hokkien atau Min Nan dari kata Feng-Wei Lai-Heng


封 Feng atau Hong (dialek Hokkien/Min Nan) artinya : Memberikan, Ritual/Upacara Kekaisar Tiongkok untuk sebagai penghormatan terhadap Langit (Tian/Tuhan).

為 Wei atau Wi (dalam dialek Hokkien/Mjn Nan) artinya : Melakukan, Mengatur, Membangun, Mengelola

來 Lai artinya : Datang, Tiba, Terjadi

衡 Heng artinya : Seimbang, Keseimbangan, Keselarasan, Keharmonisan.


Jadi kata 封為 來衡 Feng-Wei Lai-Heng atau Hong-Wei Lai-Heng (dalam dialek Hokkien/Min Nan) artinya Melakukan Penghormatan terhadap Langit (Tuhan) atau Tian(Tien) (terkait Ritual/Upacara 封 Feng dan 禪 Shan sebagai tradisi Kekaisaran Tiongkok), yang akan Terjadinya/

Menjadikan Keseimbangan/Keselarasan antara Langit dan Bumi.


Hong-Wi Lai-Heng biasanya digunakan didalam suluk dalang dalam pembukaan pagelaran Wayang(khususnya dalam kisah baratayuda dan ramayana) dan kesenian jawa .


Upacara/Sembahyang/Ritual 封禪 Feng Shan merupakan penghormatan Langit dan Bumi yang dilakukan oleh Kaisar-kaisar Tiongkok kuno.


Langit dan Bumi merupakan represntasi dari simbol Lingga-Yoni atau juga sebagai Yin-Yang...


Oleh. 

真 皓腦內

Jan Honone / Zhen HaoNaoNei ▶ 覓 探以 MI TAN-I 道佑 TA(TAO)-YU 趙華 JA-WA (ZHAO-HWA) 趙遺 JA-WI (ZHAO-WI)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Kedukan Bukit - Palembang

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146. --->>>Teks Prasasti Alih Aksara     svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī śu     klapakşa vulan vaiśākha dapunta hiya<m> nāyik di     sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa     vulan jyeşţha dapunta hiya<m> maŕlapas dari minānga     tāmvan mamāva yamvala dualakşa dangan ko-(sa)     duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu     tlurātus sapulu dua vañakña dātamdi mata jap     sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula...

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber...

Prasasti Yupa / Mulawarman dari Kutai

Prasasti Yupa atau Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai, adalah sebuah prasasti yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa/Tugu (sementara yang ditemukan) yang memuat prasasti, namun baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa (Pa-Lao-Wa /Lao-Lang) dan dalam bahasa campuran sansekerta dan Yi (Hok-Lo / Ge-Lao) Kuno, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 200 Masehi sesuai catatan kanung retawu terawal yg berkisar abad ke-2/3 M, meskipun sebagain sejarahwan menduga sekitar pd tahun 400 M. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.[1] Isi prasasti yupa/mulawarman menceritakan Raja Mulawarman yang memberikan sumbangan kepada para kaum Brahmana berupa sapi yang banyak. Mulawarman disebutkan sebagai cucu dari Kudungga, dan anak dari Aswawarman. Prasasti ini merupakan bukti peninggalan tertua dari kerajaan yang beragama Dharma (Hindu?) di Indonesia. Nama Kutai umumnya digu...