Suta-Soma merupakan Kakawin yang di tulis pada abad ke-14 oleh Em-Pu Tan Tular.
Kata Suta-Soma merupakan berasal dari dua kata Suta dan Soma.
Kata Suta artinya Anak sedangkan Soma sama maknanya dengan Chandra artinya Bulan, jadi kata Suta-Soma artinya Anak Bulan (anak Chandra/Soma).
Dalam mitologi Budhis dan Hindu Anak Chandra / Soma adalah Budha.
Budha merupakan representasi dari Bintang (Planet) letaknya dekat dengan Matahari sangat kecil yang dapat dilihat ketika Senja Matahari terbenam dan pada waktu fajar sebelum Matahari terbit.
Budha merupakan suatu bintang (planet) dalam Tiongkok kuno disebut 辰星 Chen Xing (Chen Shing) artinya Bintang Dini Hari (Bintang Fajar) atau dalam Tiongkok sekarang disebut 水星 Shui Xing artinya Bintang Air, bintang atau planet ini dalam sejarahwan barat disebut sebagai Merkurius (latin) atau Hermes (Yunani).
Bintang atau planet ini merepresentasikan Hari Rabu atau Hari Budha sedangkan Soma atau Chandra atau Bulan merepresentasikan Hari Senin atau Dina Soma.
Bintang atau planet 辰星 Chen Xing yang diucapkan Chen Sheng atau dialek lain Tan Sheng sama dialek atau homofonnya dengan 陳誠 Chen Cheng (Chen Sheng) atau Tan Sheng seorang Pemimpin ekspedisi darat dalam perjalanan ke Barat yang diutus oleh kaisar Yong Le dan pada tahin 1414 M dia menulis tentang penjabaran ajaran Budha yang terkait di wilayah Turpan dan sebagai penulis dari Kakawin Sutasoma sendiri yang namanya dikiaskan ke dalam dialek ucapan Chen Sheng atau Tan Sheng yang terkait bintang atau planet Budha atau Hari Rabu atau Dina Budha.
Makna lain dari kata Suta dari kata Sutta (Pali) atau Sutra (Sansekerta), kata Suta atau Sutta atau Sutra kependekan dari Sutta (Suta) Pitaka yang merupakan salah satu dari Ti Pitaka atau Tri Pitaka atau disebut juga sebagai Tiga kanon Pali yang terdiri dari :
Winaya Pitaka, Sutta Pitaka dan Abidharma Pitaka.
Dalam kanon Sutta Pitaka berisi 10.000 ajaran mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan teman dekatnya.
Kisah Suta-Soma sendiri merupakan saduran dari salah satu cerita dalam Sutta Pitaka yang menyadur ketika Budha di goda oleh Mara atau Mala/Molo (dialek pali). Raja Purusada yang merupakan tokoh protagonis didalam Kakawin Suta-Soma merepresentasikan sebagai Mara atau Mala/Molo karena nama lain Purusada adalah Kalmasapada atau Kala ma-sa pada, yang mengandung makna kata MA atau MO artinya MATI atau BINASA seperti pada kata MA-RA atau MA-LA / MO-LO.
Kisah perjalanan Budha yang terkandung dalam Sutta Pitaka ini dilukiskan di dalam Gua Ma Gao atau 莫高窟 Ma Gao Ku 1.000 Gua di Dun Huang, Gansu dan kuil-kuil di Turpan (Tupan/Tuban).
Dalam Kakawin Suta-Soma inilah tercetus kalimat Bhineka Tunggal Ika yang sekarang menjadi Semboyan Negara Republik Indonesia.
Oleh Kang Janonone ▶ 覓 探以 MI TAN-I 道佑 TA(TAO)-YU 周華 JA-WA (ZHOU-HWA) 周遺 JA-WI (ZHOU-WI)
Referensi:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/
Kakawin_Sutasoma
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chandra
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Budha
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mercury_(planet)
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Wuxing_(Chinese_philosophy)
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chinese_calendar
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Saptawara
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sutra
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sutta_Pi%E1%B9%ADaka
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mara_(demon)
https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/
menaklukkan-mara-2/
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Chen_Cheng_(Ming_dynasty)
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mogao_Caves
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bezeklik_Caves
Komentar
Posting Komentar