Langsung ke konten utama

Sunda Dalam Sebuah Tinjauan Kritis

Kata SUN-DA dari kata SUN dan DAO, Kata 孫 SUN merupakan Nama Keluarga dari keturunan Penguasa 吳 WU dan 越 YUE pada masa dinasti ZHOU 1046 – 221 SM yang kemudian keluarga 孫 SUN merupakan menjadi Kaisar 東吳 DONG WU (WU TUMUR) atau 孫吳 SUN WU (WU KELURGA SUN) atau 吳 WU pada masa 三國 SAN GUO / SAM KOK (TIGA KERAJAAN) tahun 220 – 280 M yaitu 孫權 SUN QUAN yang terletak di TIMUR TIONGKOK yang wilayahnya di 江南 JIANG NAN atau KONG NAM (dialek Kanton), KANG LAM (dailek Hokkien) dan KAN NOE/KAN NU (dialek Wu) di mulut sungai YANGZI/YANGTZE
Kata 東吳 DONG-WU yang artinya WU TIMUR sama maknya denga kata TUNG-GA/TUNG-GO, kata TUNG merupakan dialek lain dari DONG sedangkan kata GA/GO merupakan dialek lain WU, kata TUNG-GA digunakan oleh banyak raja-raja di Nusantara, kadang juga dituliskan dengan karakter 東家 DONG-JIA atau dialek lain TUNG-GA artinya KELUARGA TIMUR yang mengacu kepada wilayah TIMUR TIONGKOK.
Sedangkan kata DA dari kata 島 DAO artinya PULAU
Jadi makna kata 孫島 SUN-DAO atau SUN-DA/DO artinya PULAU DARI KELUARGA SUN ATAU SUN QUAN YANG MERUPAKAN KAISAR WU TIMUR (東吳 DONG WU) 220 – 280 M.
Di wilayah SUN-DA terdapat prasasti TU-GU (sekarang di Cilincing, Jakarta Utara) yang berisi tentang pekerjaan pembuatan sungai CHANDRA BAGA dan GOMATI yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 (tahun 400-an) Masehi.
Kata TU-GU berasal dari 土圭 TU-GUI artinya JAM MATAHARI YANG DIGUNAKAN TIONGKOK KUNO DENGAN TABLET/PRASASTI BATU YANG DITANAM TINGGI/MENONJOL UNTUK MELIHATDAN MENGUKUR PANJANG BAYANGAN BATU TERSEBUT DI TANAH.
土 TU artinya TANAH
圭 GUI artinya JAM MATAHARI YANG DIGUNAKAN TIONGKOK KUNO DENGAN TABLET/PRASASTI BATU YANG DITANAM TINGGI/MENONJOL.
Kata atau isilah 土圭 TU-GUI ini telah digunakan oleh 周公 ZHOU GONG (abad ke-11 SM) atau 周公旦 ZHOU GONG DAN, nama kecilnya 姬旦 JI DAN yang merupakan adik dari 周武王 ZHOU WU WANG atau 姬發 JI FA, Kaisar Dinasti ZHOU Pertama 1046-1043 SM dan juga sebagai Putra dari 周文王 ZHOU WEN WANG atau 姬昌 JI CHANG sebagai Raja ZHOU pada masa Dinasti Shang terakhir 1112-1050 SM, kata 土圭 TU-GUI digunakan oleh 周公 ZHOU GONG menurut catatan sejarah Tiongkok dalam 書 經 SHU JING artinya KITAB SEJARAH KUNO atau 尚書 SHANG SHU artinya SEJARAH KUNO YANG TERHORMAT yang ditemukan pada abad ke-2 SM yang disebutkan dalam catatan tersebut 土圭 TU-GUI untuk MENENTUKAN/MENGUKUR PANJANG BAYANG MATAHARI yang kemudian digunakan sebagai 4 musim dan berkembang menjadi 8, 12 hingga menjadi 24 JIE QI atau 二十四節氣 ER SHI SI JIE QI.
Kata CHANDRA BAGA yang digunakan untuk nama sungai dari kata CHANDRA dan BAGA, kata BA-GA dari kata 八卦 BA-GUA atau PA-KUA/PA-KWA artinya DELAPAN KARAKTER (SIMBOL) ALAM.
Sedangkan kata CHANDRA dari kata :
震 ZHEN (CHEN) atau CHAN, ZAN, JAN artinya MERUPAKAN SALAH SATU KARAKTER 八卦 BA-GUA/PA-KUA YAITU ☳ YANG MELAMBANGKAN GUNTUR ATAU 雷 LEI.
Di dalam falsafah TAO karakter ☳ atau 震 ZHEN (CHEN) atau CHAN/ZAN/JAN dalam 八卦 BA-GUA/PA-KUA merupakan representasi WILAYAH TIMUR dan juga sebagai representasi dari MUSIM SEMI.
地 DI/DE artinya BIDANG, BAGIAN
繞 RAO artinya MENGELILINGI, MEMUTARI
Jadi makna 震地繞 ZHEN-DE-RAO atau CHAN-DE-RA/CHANDRA artinya BAGIAN ZHEN/CHAN YANG MAKNANYA GUNTUR / TIMUR / MUSIM SEMI DARI BAGIAN-BAGIAN YANG MENGELILINGI
Secara garis besar makna 震地繞 八卦 ZHEN-DE-RAO BA-GUA atau CHAN-DE-RA BA-GUA/CHANDRA BAGA artinya BAGIAN ZHEN/CHAN YANG MAKNANYA GUNTUR / TIMUR / MUSIM SEMI DARI BAGIAN-BAGIAN YANG MENGELILINGI BA-GUA/PA-KUA/PA-KWA
Kata GO-MAT-I yang digunakan untuk nama sungai dari kata :
五 WU atau GO (dialek Min Nan/Hokkien) artinya LIMA
物 WU atau MAT (dialek Kanton) artinya ZAT, SUBTANSI, ELEMEN, UNSUR, INTI, HAL, OBJEK
易 YI atau I artinya PERUBAHAN
Jadi makna 五物易 WU-WU-YI atau GO-MAT-I artinya LIMA UNSUR PERUBAHAN, makna ini merujuk kepada 五行 WU-XING atau GO-HENG artinya LIMA ELEMEN atau LIMA FASE PERUBAHAN terkait KOSMOLOGI TIONGKOK KUNO.
Jadi kedua sungai CHANDRA BAGA dan GOMATI nama tersebut diambil dari filsafat Tiongkok kuno yang terkandung dalam 易經 YI-JING artinya KITAB PERUBAHAN atau 周易 ZHOU-YI.
Dalam prasasti TU-GUI atau TU-GU disebutkan bahwa pekerjaan dalam penggalian/pengerukan sungai di laksanakan pada hari ke-8 bulan gelap/tilem (kresna paksa) dalam bulan Palguna (bulan ke-12 kalender saka) yang maknanya sama dengan hari ke-23 bulan Palguna dan berakhir/selesai pada hari ke-13 bulan terang/paruh terang (sukla paksa) bulan Caitra (bulan pertama kalender saka).
Dalam sejarahnya kalender Saka berawal pada titik balik MUSIM SEMI atau titik pusat MUSIM SEMI atau BULAN CAI-TRA yang pada saat titik kordinat posisi matahari terletak 0o yang dalam kalender Masehi tahun 78 pada tanggal 21/22 Maret.
Didalam kalender musim (yang terkait dengan surya) Tiongkok atau 節氣 JIE-QI atau 二十四節氣 ER SHI SI JIE QI artinya 24 Perhitungan Matahari (terkait Musim), pada titik kordinat posisi matahari terletak 0o ini disebut sebagai 春分 CHUN-FEN artinya PERTENGAHAN/PUSAT MUSIM SEMI atau PERTENGAHAN BULAN KE-2 DALAM MUSIM SEMI.
Didalam prasasti disebutkan bahwa pekerjaan diselesaikan pada hari ke-13 bulan CAI-TRA yang jika disetarakan tanggal 21/22 + 13 jatuh pada tanggal 3/4 April dengan disetarakan penanggalan Masehi.
Tanggal 4/5 April dalam titik koordinat posisi matahari terletak pada 15o atau dalam 節氣 JIE QI atau 二十四節氣 ER SHI SI JIE QI artinya 24 Perhitungan Matahari (terkait Musim) yang disebut sebagai 清明 QING MING atau CHENG BENG (dalam dialek Hokkien) artinya KEJELASAN DAN KECERAHAN atau dapat dimaknakan KESADARAN DAN KETENANGAN.
Dalam tradisi Tiongkok 清明節 QING MING JIE / 清明 QING MING atau CHENG BENG ZIT (dalam dialek Hokkien) merupakan HARI PENGHORMATAN LELUHUR.
Pelaksanakan 清明 QING MING atau CHENG BENG sebagai PENGHORMATAN LELUHUR disebutkan dalam isi prasasti TU-GUI atau TU-GU yaitu : sebagai penghormatan terhadap leluhur bersama para brahmana dengan pemberian 1.000 sapi.
Jadi Pekerjaan atau Penggalian sungai Chandra Baga dan Gomati dilakukan pada MUSIM SEMI sekaligus Memperingati HARI 清明 QING MING atau CHENG BENG atau HARI PENGHORMATAN LELUHUR.

Sumber :Copas dari diskusi "Sunda" oleh Kang Janonone dalam 覓 探以 MI TAN-I 道佑 TA(TAO)-YU 周華 JA-WA (ZHOU-HWA) 周遺 JA-WI (ZHOU-WI)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d