Langsung ke konten utama

Ajaran Wang Chongyang Dalam Pemahaman Kepercayaan Kuno Jawa







Mungkin nama Wang Chongyang tidak dikenal dalam sejarah jawa ataupun Indonesia, tetapi ajaran beliau banyak diadaptasi dalam pemahaman dan falsafah kuno jawa, bahkan ajaran beliau dituangkan dalam sebuah kisah pewayangan yang sangat terkenal yang berjudul Dewa Ruci.

*Siapakah Wang Chongyan?

Nama Keluarga (Marga) : 王 Wang 
Nama Asli (Kecil) : 中孚 Zhong Fu, kemudian menjadi 德威 De Wei (Keagungan Kebijaksanaan), dan menjadi 哲 Zhe (Manusia Bijaksana atau Kecerdasan).
Nama Kehormatan dan Kesastrawanan : 允卿 Yun Qin, atau 世雄 Shi Xiong atau 知明 Zhi Ming.
Nama Taois atau samarannya : 重陽 Chong Yang atau 重陽子 Chong Yang Zi
Wang dilahirkan pada tahun 1113-1170 M dalam keluarga kaya di Desa Liujiang, Xianyang, Provinsi Shanxi, ia merupakan putra ke-tiga dari Wang Bai Wan, di dalam keluarganya wang menerima ilmu kesastraan, puisi dan beladiri, sebelum dia mempraktikkan Nei Dan ajaran Taoisme, dia awalnya adalah seorang sarjana Konfusianisme dan kemudian mengikuti ujian kekaisaran diprovinsi untuk calon militer dalam pemerintahan kekaisaran Jin (Jin menguasai utara Tiongkok Dinasti Jin atau Dinasti Jurchen 1115-1234 M).
Wang berhasil lulus dalam ujian tersebut tetapi dia hanya di tempatkan sebagai pejabat kecil pemerintah yang bertugas diwilayah pos kecil untuk pengumpulan pajak dalam beberapa waktu. Wang merasa tidak puas atas penempatan tersebut juga kekecewaannya berlanjut ketika melihat ketidak adilan dan diskriminasi didalam pemerintahan Jin, karena merasa bahwa pejabat bukanlah arena yang tepat untuk menunjukkan bakatnya untuk itu Wang memilih mengundurkan diri dari pejabat pemerintahan dan kembali ke rumahnya.
Pada tahun 1159 M ketika usianya berumur 46 tahun Wang Chongyang bertemu dengan Dewa 鐘離權 Zhongli Quan dan Dewa 呂洞賓 Lu Dong Bin (Lu Tung Pin) (merupakan Delapan Dewa Tao) untuk mendalami Tao dengan mengajarkan praktek 內丹 Nei Dan (Nei Tan) dari kitab 太乙 金華 宗旨 Taiyi Jinhua Zongzhi artinya Rahasia Bunga Emas (The Secret Golden Flower) yang merupakan ajaran dari Lu Dong Bin (Lu Tung Pin) yang juga sebagai praktisi Huang-Lao dalam menerjemahkan ajaran 丹 Dan (Tan) artinya Cairan Kehidupan atau Air Kehidupan atau Zat Halus atau Alkimia (Alchemy) atau Elixir of Life atau Elixir of Immortality (Cairan Keabadian).
Pada tahun 1160 M Wang Chongyang bertemu lagi dengan salah satu dari Delapan Dewa Tao yaitu 劉海蟾 Liu Haichan (murid dari 陳摶 Chen Tuan/Tan Tun, …-989 M) yang menginstruksikan dengan lima kata 甘 水 仙 源 路 Gan Shui Xian Yuan Lu, dengan instruksinya untuk tinggal dalam kuburan juga sebagai ramalan untuk nama dua muridnya kemudian yaitu Tan Chuduan dan Ma Yu, yang kemudian waktu Wang mempunyai murid yang berjumlah 7 orang.
Wang kemudian meninggalkan keluarganya pergi ke gunung Zhong Nan atau 終南山 Zhong Nan Shan di selatan Xi’an, propinsi Shaanxi, gunung ini merupakan gunung tempat para pertapa Taois sejak jaman Dinasti Qin.
Di desa Liu Jiang gunung Zhong Nan, Wang menggali lubang sedalam 4 meter untuk membuat kuburan sebagai tempat tinggalnya selama 3 Tahun, dalam waktu ini Wang Chongyang setelah menyebut dirinya sebagai 活死人 Hou Si Ren artinya ORANG MATI YANG HIDUP.
Konsep ini menjadi istilah atau pepatah (idiom) dalam tradisi jawa dengan sebutan “MATI SAJRONING HURIP” dan tinggal didalam kuburan atau dikubur hidup-hidup kadang kala ditemukan dalam tradisi di Jawa (menurut legenda tradisi dijalankan oleh Sunan Kalijaga).
Nama tempat kuburan Wang Chong Yang tinggal didalamnya bernama 古墓 GU-MU (KU-MU) artinya KUBURAN TUA (KUNO).
Setelah selasai tinggal didalam kuburan selama 3 tahun kemudian dia menutup kuburan tersebut dan mendirikan pondok diatasnya untuk ditempati selama 4 tahun, pondok tersebut disebut sebagi 全眞 Quan Zhen Pondok Kesempurnaan Lengkap.
Di pondok inilah wang mempraktekkan ajaran Nei Dan (Nei Tan) atau disebut juga sebagai metode Internal Kultivasi Tiongkok.
Setelah selesai dalam memperdalam praktek 內丹 Nei Dan (Nei Tan) selama 7 tahun di gunung Zhong Nan atau 終南山 Zhong Nan Shan, di propinsi Shaanxi, dia kemudian pergi ke arah timur menuju wilayah Shandong (Shantung) disana dia menerima ke-7 muridnya yaitu : 馬鈺 Ma Yu dan istrinya 孫不二 Sun Buer, 譚處端 Tan Chu Duan, 劉處玄 Liu Chu Xuan, 丘處機 Qiu Chu Ji, 王處一 Wang Chung Yi dan 郝大通 Hao Da Tong yang kemudian mendirikan sekolah pemikiran dan pembelajaran 全眞道 “Quan Zhen Dao” atau 全眞派 “Quan Zhen Pai” di gunung Lao atau 崂山 Lao Shan, propinsi Shandong (Shantung) dan ke-Tujuh muridnya disebut sebagai 全真七子 Quan Zhen Qi Zi artinya Tujuh Guru Kesempurnaan Lengkap.
全眞 Quan Zhen artinya KESEMPURNAAN LENGKAP dapat juga dimaknai sebagai KEBENARAN KESELURUHAN atau KEBENARAN SEMUANYA atau SEMUA AJARAN BENAR.
Dalam kata Quan Zhen yang artinya SEMUANYA AJARAN BENAR direpresentasikan oleh Em-Pu Tan Tu Lao-Er (Tan Tu Lar) didalam karyanya Kakawin Sutasoma dengan kata : “BHINEKA TUNGGAL IKA” yang artinya Berbeda-beda tetapi satu yang kemudian menjadi Semboyan bagi Bangsa Indonesia.
Dalam tradisi Jawa ajaran ini kadang disebut juga sebagai JALAN KASAMPURNAAN dan KASUNYATAAN, kata 全 QUAN artinya LENGKAP ATAU SEMPURNA, sedangkan kata 眞 ZHEN artinya NYATA atau BENAR, seperti dikisahkan dalam kakawin Nawa Ru-Chi disebutkan bahwa Werkudara mendapatkan ilmu KASAMPURNAAN dari DEWA RU-CHI.
Nama Gunung Lao atau 崂山 Lao Shan merupakan tempat dimana Wang Chong Yang bersama-sama muridnya mengembangkan ajaran Quan Zhen yang bertempat di wilayah Semenanjung Shandong (Shantung) bagian Timur Laut Tiongkok yang kemudain nama gunung tersebut menjadi nama gunung 崂戶 Lao-Hu atau Lao-Wu di Jawa yang merupakan tempat berdirinya Candi Su-Ku dan Candi Cie-Tao, yang makna 戶 Hu atau Wu (dialek Kanton) artinya PINTU, RUMAH TANGGA, KELUARGA, yang juga merujuk kepada nama kabupaten 戶 HU atau WU (dalam dialek Kanton) yang merupakan wilayah Kabupaten Kuil Wang Chong Yang berdiri, propinsi Shaanxi, sedangkan nama kota dalam kabupaten 戶 HU bernama 祖安 ZU-AN yang mana kata 祖 ZU (SU) artinya LELUHUR atau NENEK MOYANG digunakan untuk nama Candi SU-KU dengan kata 古 KU (GU) artinya TUA atau KUNO, jadi makna Candi 祖古 SU-KU artinya LELUHUR KUNO yang mana candi tersebut terletak di gunung Lao-Hu atau Lau-Wu.
Tujuh murid dari Wang Chongyang yaitu :
1. 馬鈺 Ma Yu, mendirikan sekolah 遇仙 派 Yu Xian Pai artinya sekolah pemikiaran Menemukan Jalan Keabadian.
2. 譚處端 Tan Chuduan, mendirikan sekolah 南無 派 Nan Wu Pai artinya sekolah pemikiran Jalan Pelepasan (Kebebasan) di Selatan, kata 南無 Nan Wu sama dengan kata Na Mo yang merupakan salam untuk penganut Buddha pada masa dinasti Ming aliran sekte Nan Wu berkembang dan menjadi ajaran di kekaisaran Ming.
3. 孫不二 Sun Bu-er (istri dari Ma Yu), mendirikan sekolah 清淨 派 Qing Jing Pai artinya sekolah pemikiran Jalan Ketenangan dan Kedamaian.
4. 劉處玄 Liu Chuxuan, mendirikan sekolah 隨仙 派 Sui Xian Pai artinya sekolah pemikiran Mengikuti Jalan Keabadian.
5. 丘處機 Qiu Chuji, mendirikan sekolah yang bernama 龍門 派 Long Men Pai artinya sekolah pemikiran Pintu Gerbang Naga dan juga sebagai penasehat spiritual Khan Agung Kubilai Khan setelah diundang dalam tenda Khan Agung Kubilai Khan di Hindu Kush (sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Ku Shan), wilayah antara Pakistan dan Tajikistan (Pegunungan Pamir, Karakom dan Himalaya).
6. 王處一 Wang Chungyi, mendirikan sekolah 崳山 派 Yu Shan Pai artinya sekolah pemikiran Gunung Yu atau Kun Yu di Shandong.
7. 郝大通 Hao Datong, mendirikan sekolah 華山 派 Hua Shan Pai artinya sekolah pemikiran Gunung Hua atau Hua Shan.
祖師爺 Zu Shi Ye diperuntukan atau menjadi panggilan bagi 王重陽 Wang Chong Yang sebagai Pendiri Sekolah Pemikiran dan Pembelajaran Tao 全眞 派 Quan Zhen Pai.
Wang Chong Yang dalam ajarannya menganjurkan tentang integritas dari ke-Tiga ajaran yaitu Tao, Konfusius dan Buddha dengan dasarnya untuk menanamkan nilai rasionalitas dari Konfusius, menanamkan 禪 Chan/Jan/Zhen,Zen/Sien/Sin/Tan atau Dhyana (meditasi yang mendalam) dari Buddha dan menanamkan dalam pengolahan kehidupan (menjaga kesehatan) dalam tubuh dari Tao.
Wang menentang dalam penggunaan praktek alkimia luar tubuh atau Wai Dan (Wai Tan) untuk menjadi dasar dalam pencarian jalan Keabadian, oleh sebab itu dia merepresentasikannya dengan membuat sebuah kuburan untuk menjadi tempat tinggalnya selama Tiga tahun, sebagai simbol untuk meninggalkan ajaran sebelumnya dalam pencarian Ramuan Keabadian atau Pil Keabadian di luar tubuh atau Wai Dan (Wai Tan) yang beresiko dapat menyebabkan Kematian seseorang.
Wang Chong Yang mendapatkan gelar kehormatan dari dua orang Kaisar Yuan yaitu Kubilai Khan atau 世祖 Shi Zu 1260-1294 M dan Kulug Khan atau 武宗 Wu Zong 1307-1311 M.
Wang Chong Yang kemudian di Dewakan dan dibangunkan sebuah kuil yang bernama 重陽宮 Chong Yang Gong di Kabupaten 户 Hu, propinsi Shaanxi.
Candi Su-Ku dan Candi Cie-Tao merupakan representasi dari perjalanan spiritual Wang Chongyang dengan candi Su-Ku sebagai representasi tempat Kuburan yang ditinggali selama 3 tahun dilambangakan dengan bangunan bergaya Piramid sebagai representasi Kuburan Tiongkok Kuno yang berada dalam pelataran candi tersebut, sedangkan candi Cie-Tao sebagai tempat dia menetap selama 4 tahun dan yang kemudian mendirikan Sekolah tempat pembelajaran Tao yang mendalami ilmu Nei Dan (Nei Tan) Quan Zhen.
Dalam pelataran candi Cie-Tao sendiri terdapat Tiga patung atau arca yang belum dapat diidentifikasi sampai sekarang oleh para peneliti,
Ke-tiga Patung atau Arca tersebut sebenarnya merupakan representasi dari Ke-tiga Dewa yaitu : 鐘離權 Zhongli Quan, 呂洞賓 Lu Dong Bin (Lu Tung Pin) dan 劉海蟾 Liu Haichan yang menemui Wang Chong Yang hingga dia menjalankan praktek Neidan tersebut.
Makna kata CIE-TAO sendiri adalah
知 Zhi (Cie/Tsze) artinya PENGETAHUAN, MEMAHAMI, MENGERTI, MENYADARI, MENGETAHUI, MEMBERI TAHU, MENGINFORMASIKAN
道 Dao (Tao/To) artinya AJARAN TAO
Jadi makna 知道 Cie-Tao / Cie-To atau Zhi Dao artinya UNTUK MENGETAHUI (MEMAHAMI/MENYADARI) AJARAN TAO atau PENGETAHUAN AJARAN TAO.
Ke-dua candi tersebut bertempat di gunung 崂戶 Lao-Hu atau Lao-Wu di Jawa.
丘處機 QIU CHU JI ATAU KHU CHI KI(KEI) DALAM DIALEK HOKKIEN.
Qiu Chu Ji atau nama Taoisnya 長春 Chang Chun atau 長春子 Chang Chun Zi yang hidup 1148-1227 M yang merupakan salah satu dari ke-Tujuh murid Wang Chong Yang.
Pada Masa Dinasti Yuan tahun 1219 M (tanggal 15 Mei 1219 M), Chang Chun (Qiu Chu Ji) mendapat undangan dari Khan Agung Jengis Khan di dalam tenda kebesarannya di wilayah Hindu Kush (bekas wilayah Ku shan di Pakistan dan Tajikistan pegunungan pamir, karakom dan Himalaya), pada bulan Februari 1220 M dia berangkat dari Bei Jing menuju ke Barat memenuhi undangan tersebut.
Dalam pertemuannya dengan Khan Agung Jengis Khan, Chang Chun (Qiu Chu Ji) menjawab semua pertanyaan dari Kaisar Jengis Khan (menurut catatan sejarah Tiongkok berjumlah 12 pertanyaan yang terjadi secara tertutup dan rahasia hanya antara Qiu Chu Ji dengan Kaisar Jengis Khan) dalam menguraikan dan menjelesakan tentang ajaran Rahasia mengenai atau Kasampurnaan untuk mencapai Keabadian sebagai dasar dari ajaran Quan Zhen.
Chang Chun (Qiu Chu Ji) juga menjelaskan bahwa tidak ada didunia ini RAMUAN KEABADIAN atau OBAT KEBADIAN sebagai obat untuk memperpanjang usia, seperti halnya sebagai dasar dari ajaran 外丹 Wai Dan (Wai Tan) artinya CAIRAN KEHIDUPAN DILUAR TUBUH.
Setelah mendapat penjelasan dari Chang Chun (Qiu Chu Ji) Kaisar Jengis Khan merasa puas dan senang atas semua ajaran yang diberikannya untuk itu Kaisar memberikan gelar kepada Chang Chun (Qiu Chu Ji) sebagai 仙 XIAN (SHIEN) artinya JIWA KEABADIAN dan juga memberikan tanggung jawab sebagai 宗師 ZHONG SHI atas semua keagamaan di dalam wilayah Kekaisaraan Dinasti Yuan.
Chang Chun (Qiu Chu Ji) juga dipercaya bersama-sama saudara seperguruannya untuk menjaga Kuil Awan Putih atau 白雲觀 Bai Yun Guan yang letaknya di 北京 Bei Jing dan mengajarkan ajaran Quan Zhen.
Selain dari itu Chang Chun (Qiu Chu Ji) mendirikan sekolah pemikiran dan pembelajaran Tao yang bernama 龍門 派 Long Men Pai artinya Sekolah Gerbang Naga, yang ajarannya kemudian di teruskan dalam Sekolah Wu Dang Pai.
Pada masa Dinasti Ming Kuil Awan Putih atau 白雲觀 Bai Yun Guan diperluas bangunannya di wilayah bagian tenggara dengan membangun 天壇 Tian Tan artinya ALTAR SURGA (LANGIT), sebagai Komplek bangunan bagi Keagamaan Kekaisaran, juga pada masa ini kekaisaran masih terus menggunakan ajaran Tao dari sekolah Quan Zhen, hingga hari ini Kuil Awan Putih atau 白雲觀 Bai Yun Guan masih meneruskan ajaran Quan Zhen.
內丹 NEI DAN (NEI TAN) ATAU KULTIVASI DALAM DIRI
內 NEI (NEI) artinya DI DALAM atau DALAM, atau BAGIAN DALAM, sedangkan 丹 DAN (TAN) artinya ZAT HALUS YANG PENTING atau AIR KEHIDUPAN atau ENERGI KEHIDUPAN, jadi makna 內丹 NEI DAN (NEI TAN) artinya ZAT HALUS YANG BERADA DIDALAM DIRI atau AIR (CAIRAN) KEHIDUPAN DI DALAM DIRI.
Metode Nei Dan (Nei Tan) kadang disebut juga sebagai Metode Kultivasi dalam diri.
Definisi makna Kultivasi Tao dalam tradisi Tiongkok adalah suatu metode pengolahan, penempaan, peninggkatan dan pengendalian bagi Fisik (Raga), Emosional (Mental) dan Spiritual (Kejiwaan) didalam diri (jiwa dan raga) secara terus menerus hingga mencapai jalan kesatuan dalam Keabadian atau 仙 XIAN (Shien) atau Jiwa Keabadian atau 神仙 SHEN XIAN (Shen Shien).
內丹 NEI DAN (NEI TAN) diajarkan dan dipraktekkan secara ESOTERIK atau diajarkan bagi kalangan tertentu yang secara khusus (pribadi dan rahasia) untuk pengembangan Fisik, Mental dan Spiritual sebagai usaha untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan dan menggunakan ENERGI KEHIDUPAN atau AIR KEHIDUPAN secara terus menerus hingga mencapai jalan Kesatuan dalam KEABADIAN.
Dalam ajaran Tao disebutkan bahwa didalam tubuh Manusia direpresentasikan (dikiaskan) sebagai 鼎 DING (TING) artinya KUALI BERKAKI TIGA atau WADAH UNTUK PEMBAKARAN (TEMPAT DUPA) YANG BERKAKI TIGA yang merupakan alat ritual kuno sejak dari Dinasti XIA hingga akhir Dinasti ZHOU, dimana KAKI TIGA tersebut merupakan representasi dari 三寶 SAN BAO (SAN PO atau SAM PU) yaitu 精 JING, 氣 QI (CHI) dan 神 SHEN yang letaknya berada pada TIGA DAN TIAN (TAN TIEN) atau 三丹田 SAN DAN TIAN (SAN TAN TIEN) yang mana untuk mengendalikan, mengolah dan mengembangkan dari INTI SARI atau ESSENSI atau 精 JING yang bertranspormasi hingga menjadi JIWA yang MURNI atau KEMURNIAN JIWA atau 神清 SHEN QING.
丹田 DAN TIAN (TAN TIEN).
Kata DAN TIAN (baca TAN TIEN), 丹 DAN (baca TAN) artinya AIR KEHIDUPAN atau ENERGI KEHIDUPAN atau ZAT HALUS atau ELIXIR OF LIFE atau dalam bahasa lain disebut sebagai TIRTA AMERTA, TIRTA MERTA atau TIRTA PRAWITA.
Sedangkan kata 田 TIAN (baca TIEN) artinya BIDANG atau LAHAN atau MEDAN (PUSAT)
Secara garis besar makna 丹田 DAN TIAN (TAN TIEN) artinya PUSAT ENERGI VITAL atau MEDAN (BIDANG/TEMPAT) AIR KEHIDUPAN.
TIGA DAN TIAN (TAN TIEN) masing-masing dikaitkan dengan kesatuan energi, secara kesatuan (Tiga dalam satu kesatuan) dikenal sebagai 三寶 SAN BAO (SAM PO/SAM PU) artinya TIGA HARTA YANG BERHARGA, diantaranya adalah :
1. 下 丹田 XIA DAN TIAN artinya Tan Tien Bawah : wilayah ini disebut sebagai 精 JING (CHING) artinya INTI SARI atau ESSENSI yang terletak dua inci di bawah pusar (2-3 ibu jari dibawah pusar), wilayah ini disebut juga sebagai 金炉 JIN LU (Kompor Emas) yang mana tempat mengumpulkan atau berkumpul dari maknan, minuman dan udara (nafas) untuk dimurnikan menjadi JING (CHING) atau INTI yang menyatu dengan QI (CHI atau KI) atau ENERGI VITAL untuk mentransformasikan sebagai INTI ENERGI dalam membangun FISIK atau TUBUH atau RAGA.
2. 中丹田 ZHONG DAN TIAN atau Tan Tien Tengah : Wilayah ini disebut sebagai 氣 QI (CHI) yang terletak di jantung (dada) atau wilayah ini disebut juga ISTANA MERAH dimana QI (CHI atau KI) ENERGI VITAL atau INTI ENERGI dimurnikan hingga menyatu dengan SHEN atau PIKIRAN atau JIWA sebagai tempat untuk membangun EMOSI dan MENTAL.
3. 上丹田 SHANG DAN TIAN atau Tan Tien Atas : wilayah ini disebut sebagai 神 SHEN : JIWA atau RUH atau PIKIRAN atau DEWA yang terletak di titik tengah hanya lebih tinggi dari alis mata atau kadang disebut di wilayah MATA KE-TIGA dimana 神 SHEN dimurnikan yang terkait dengan SPIRITUAL dan/atau KESADARAN, KEBAJIKAN (德 DE) dalam mentransformasikan dan menyatukan antara 神 SHEN dengan 無極 WUJI (WU CHI) artinya PELEPASAN YANG TERTINGGI hingga mencapai KEKEKALAN atau KEABADIAN atau 仙 XIAN atau 神仙 SHEN XIAN artinya JIWA YANG ABADI.
Dalam ajaran meditasi TAO diterapkan cara 無為 WU WEI artinya TANPA TINDAKAN atau TANPA AKSI
無 WU artinya TIDAK, TANPA, TIDAK MEMILIKI, PELEPASAN, KETIADAAN sedangkan kata 為 WEI artinya TINDAKAN, BERTINDAK, AKSI, BERPRILAKU, UNTUK MENJADI
無為 WU WEI merupakan salah satu ajaran yang terpenting dalam ajaran TAO yang secara garis besar bermakna TANPA TINDAKAN UNTUK MENJADIKAN SEMUANYA BERJALAN SECARA ALAMI atau BERJALAN MENURUT KEHENDAK ALAM (SEMESTA).
無為 WU WEI ini biasa diterapkan dalam MEDITASI TAO, yang berada dalam 上 丹田 SHANG DAN TIAN (SHANG TAN TIEN) atau di 神 "SHEN" hingga mencapai tarap 無為 WU WEI untuk menyempurnakan dan memurnikan 神 SHEN sehingga memunculkan 德 DE atau KEBAJIKAN atau KESADARAN atau KEBAIKAN atau PENCERAHAN hingga mendapatkan PENYATUAN dengan KEABADIAN atau 仙 XIAN (SHIEN).
Seperti halnya makna 神 SHEN yang diartikan juga sebagai DEWA.
Kata 德化 DEWA sendiri bermakna MENTRANSFORMASIKAN KEBAJIKAN/KEBAIKAN atau MERUBAH MENJADI KEBAJIKAN/KEBAIKAN.
德 DE artinya KEBAJIKAN, KEBAIKAN, KESADARAAN, MORALITAS, sedangkan kata…
化 HUA (HWA/WA) artinya MENTRANSFORMASIKAN, BERUBAH MENJADI, MENJADI SEPERTI.
Konsep 無為 WU WEI direpresentasikan didalam ajaran Jawa sebagai 沒能 MEI-NENG atau ME-NENG yang artinya :
沒 MEI / MO artinya TIDAK, TIDAK MEMILIKI, MEMATIKAN, MENENGGELAMKAN, MEMADAMKAN
能 NENG artinya KEMAMPUAN, KESANGGUPAN, DAPAT, BISA (KEBISAAN)
沒 MEI / MO sinonim dengan 無 WU.
沒能 MEI NENG (ME NENG) artinya secara garis besar TIDAK MENGGUNAKAN KEMAMPUAN atau MEMADAMKAN KEMAMPUAN yang merupakan representasi dari WU WEI yaitu TANPA TINDAKAN (KEMAMPUAN).
KAKAWIN NAWA RUCHI
Disebutkan bahwa Kakawin NAWA RU-CHI merupakan karya dari Em-Pu SIWA MOERTI (MURTI) suatu karya yang ditemukan di Bali pada abad ke-15 dengan sejalan pada masa Em-Pu Tan Tu Lao-Er (Tan Tu Lar) dengan pembangunan Candi Cie-Tao dan Su-Ku.
Nama SIWA MOERTI(MURTI) sendiri bermakna :
師 Shi (Shih/Si) artinya GURU, PENGAJAR, AHLI, MAMPU (MUMPUNI), TUAN
化 Wa (Hua/Hwa/Wa) artinya UNTUK MERUBAH, BERUBAH MENJADI, UNTUK MENJADI, MENTRANSFORMASIKAN.
Jadi kata 師化 Shi-Wa atau Si-Wa artinya GURU YANG MENTRANSFORMASIKAN ATAU MENYAMPAIAKN AJARAN.
Dalam tradisi pewayangan Dewa Si-Wa disebut juga sebagai Batara Guru (師 Shi atau Shih atau Si artinya Guru).
無 Mo atau Wu artinya TIDAK MEMILIKI, TANPA MEMILIKI, TIDAK ADA, TANPA PERDULI, TERLEPAS DARI, PELEPASAN, KETIADAAN, TANPA IKATAN, TANPA, TIDAK, NON
無 Wu dialek lain :
Dialek Tiongkok kuno : Ma, Mo
Kanton : Mou
Hakka (Khek) : Mo, Vu
Min Dong (Fu Zhou) : Mo, U
Min Nan (Hokkien) : Bo, Bu
Wu (Shanghai) : Hmm/Mm, Vu
Vietnam : Vu, Mo
兒 Er artinya DIRI, PUTRA, ANAK
體 TI artinya TUBUH, BENTUK
Makna lain dari 地 DI/TI artinya BUMI, TANAH, TEMPAT, WILAYAH.
Jadi kata 無兒地 atau 無兒體 MO-ER TI (MUR-TI) artinya PELEPASAAN DIRI DENGAN TUBUH atau TEMPATNYA.
Secara garis besar makna Moer-Ti atau Mur-Ti artinya Pelepasan antara Diri (Jiwa) yang telah tidak terikat atau ketergantungan lagi dengan keadaan fisik (tubuh),materi dan duniawi (kefanaan) yang menyatu dalam Keabadian/Kekekalan.
Jadi makna Shi-Wa Mo-Er Ti (Siwa Murti) artinya GURU YANG MENGAJARKAN ILMU (AJARAN) PELEPASAN ANTARA DIRI DENGAN TUBUH ATAU TEMPATNYA.
Jadi kata SIWA MOERTI (MURTI) merupakan nama samaran sebagai representasi dalam mengajarkan ilmu Nei Dan (Nei Tan) atau Ilmu Pelepasan atau ilmu Kasampurnaan yang digunakan oleh Em-Pu Tan Tu Lao-Er (Tan Tu Lar).
Kata Mo’-er Ti sama maknanya dengan Mo’-Ti (Mok-Ti) yang artinya PELEPASAN DENGAN TUBUH (TEMPATNYA).
Kata Mo-er Ti (Murti) atau Mo’ Ti (Mokti/Muti) disebut sebagai Mou-Sha (Mo’-Sha/Mok-Sha) dalam Buddha yang kata Sha atau Cha adalah :
剎 Sha/Cha artinya, Makna didalam Buddha : TANAH, DUNIA, TEMPAT, WAKTU YANG SINGKAT, SESAAT, KEFANAAN.
Jadi secara garis besar Makna Mo-Er Ti (Murti) dan Mou-Sha (Mo’-Sha/Mok-Sa) mempunyai makna yang sama yang artinya adalah PELEPASAN DIRI DENGAN TEMPATNYA ATAU TUBUHNYA.
Kakawin NAWA RU-CHI merupakan metode Nei Dan (Nei Tan) yang bergaya sastra (prosa) Hindu yang ditemukan tulisannya di Bali.
Kata NAWA RUCHI sendiri bermakna
南化 柔氣 Na-Wa Ru-Chi atau Nan-Hua Rou-Qi
南 Nan atau Na (dalam dialek lain), artinya Selatan yang merupakan juga sebagai simbol angka 9 (sembilan).
Dalam tradisi Filsafat Tiongkok yang diambil dari Peta dan Diagram He-Tu dan Luo-Shu disebutkan atau dilambangkan Selatan mempunyai simbol angka 9 (Sembilan), sedangkan Utara simbol angka 1 (Satu), Timur simbol angka 3 (Tiga) dan Barat simbol angka 7 (Tujuh).
Peta dan diagram He-Tu dan Luo-Shu merupakan peta dan diagram yang ditemukan dalam Cangkang/Batok Kura-kura yang dipercaya merupakan diagram dan peta Kosmologi semesta tradisi Tiongkok kuno yang menjadi dasar dari kitab 易經 Yi Jing (I Ching).
化 Hua artinya : Untuk merubah, Merubah, Menggubah, Menjadikan, Mentransformasikan, Membuyarkan, Membubarkan, Mencairkan, Mati, singkatan dari 教化 Jiao Hua artinya Mencerahkan/Pencerahan, Mendidik, Mengajarkan, Membudayakan, biasanya 教化 Jiao Hua dijelaskan dalam praktek Kultivasi dalam diri atau praktek Nei Dan 內丹 (Nei Tan) atau 內丹 術 Nei Dan Shu (Nei Tan Shu) artinya Metode Kultivasi Tao / Kultivasi dalam diri.
Jadi kata 南化 Nan-Hua atau Na-Wa artinya menjadikan Arah Selatan yang sebagai simbol berjumlah angka 9 (sembilan).
Kata Nan-Hua atau Na-Wa yang merupakan kependekan dari kata 南 教化 Nan Jiao-Hua atau Na Kau-Wa (dialek Hokkien) juga dapat bermakna tentang Pencerahan atau yang Mengajarkan tentang simbol arah selatan yang berjumlah 9 (sembilan) yang terkait dengan dasar filsafat tradisi Tiongkok kuno dari peta dan diagram He-Tu dan Luo-Shu yang digunakan sebagai dasar kitab 易經 Yi Jing untuk direpresentasikan ke dalam Metode Kultivasi Tao / Kultivasi dalam diri atau 內丹 術 Nei-Dan (Nei-Tan) Shu dengan tujuan untuk Memurnikan Tiga Bagian tubuh Manusia atau 三 清 San Qing di dalam 三 丹田 San Dan-Tian (San Tan-Tien) 三寶 San Bao (San Po/Sam Po/Sam Pu) yang diajarkan melalui 教化 Jiao Hua atau Kau-Wa sebagai untuk Pencerahan.
Kata Na-Wa yang kemudian hanya diartikan sebagai angka yang berjumlah 9 (sembilan) didalam bahasa Sansekerta sebagai simbol arah Selatan.
柔氣 Ru-Chi atau Rou-Qi
柔 Rou atau Ru artinya : Lembut, Luwes
氣 Qi atau Chi artinya : Nafas, Udara, Energi Vital (Daya)
Jadi 柔氣 Rou-Qi atau Ru-Chi artinya Nafas yang lembut atau Kelembutan Nafas.
Dalam metode Nei Tan atau Nei Tan Shu tubuh manusia terbagi dari Tiga bagian atau di sebut sebagai 三寶 San Bao atau Sam-Po/Sam-Pu (Jing, Qi/Chi dan Shen) atau juga disebut sebagai 三 丹田 San Dan-Tian (San Tan Tien) yaitu :
1. Perut (dibawah pusar) atau 下 丹田 Xia Dan-Tian (Sia Tan-Tien) atau 精 Jing.
2. Dada atau atau 中 丹田 Zhong Dan-Tian (Chung Tan-Tien) atau 氣 Qi/Chi.
3. Kepala atau 上 丹田 Shang Dan-Tian (Shang Tan-Tien) atau 神 Shen.
Struktur tubuh manusia yang terbagi 3 (Tiga) dalam filsafat tradisi Tiongkok melambangkan Kepala sebagai Utara atau 北 Bei, Dada sebagai Tengah/Pusat atau 中 Zhong (baca Chung atau Tiong dalam dialek Hokkien) dan Perut sebagai Selatan atau 南 Nan / Na, yang didalam Metode Nei Tan Shu proses tersebut diawali dari bagian Perut (dibawah pusar) atau di Xia Dan-Tian (Sia Tan-Tien) bagian bawah Tan Tien atau juga disebut sebagai 精 Jing (dalam 三寶 San Bao/Sam Po/Sam Pu) atau disimbolkan sebagai Selatan atau 南 Nan/Na yang berjumlah 9 (sembilan).
Jadi kata 南化 柔氣 Na-Wa Ru-Chi atau Nan-Hua Rou-Qi bermakna Kelembutan Chi (Nafas) diawali dari dasar/bawah atau Xia Dan-Tian (Sia Tan-Tien) dengan tujuan untuk memurnikan 精 Jing atau Inti atau Essensi atau Sari pati yang terdapat di Perut (dibawah pusar) yang juga direpresentasikan sebagai Selatan atau 南化 Nan-Hua atau Na-Wa.
Kata 柔氣 Rou-Qi atau Ru-Chi yang artinya Kelembutan Nafas atau Nafas yang Lembut direpresentasikan dengan Tokoh 德化 Dewa 柔氣 Ru-Chi dengan sosok yang kecil, sedangkan kata 德化 De-Wa atau De-Hua artinya Yang Mentransformasikan/Menyebarkan Kebajikan.
德 De artinya : Kebajikan, Kebijaksanaan
Hua atau Hwa/Wa artinya :
化 Hua atau Hwa/Wa artinya : Untuk merubah, Merubah, Menggubah, Menjadikan, Mentransformasikan, Membuyarkan, Membubarkan, Mencairkan, Mati
Makna 柔 Rou atau Ru yang artinya Kelembutan dalam kata 柔氣 Rou Chi, merupakan dasar dari metode 太極 Tai Ji (Tai Chi) yang merupakan juga sebagai salah satu Metode Nei Dan (Nei Tan).

Dalam Kisah Nawa Ruchi Werkudoro (Bima) ingin mencari Ka-Sam-Po-eR-Na An dengan mendatangi Tiga Tempat atau yang di sebut sebagai 三寶 San Bao (San Po/Sam Po/Sam Pu) atau 三 丹田 San Dan-Tian(San Tan-Tien) dalam 內丹 術 Nei Dan Shu (Nei Tan Shu) yaitu didalam kisah tersebut ke-3 tempat dinamakan sebagai :
1. Sumur Doronggo
2. An Dada Wa
3. Lawana Udadi
Ke-3 tempat tersebut merupakan representasi dari :
1. Sumur Dorangga representasi dari 精 Jing (Ching) dalam 三寶 San Bao (San Po/Sam Po/Sam Pu) atau 下 丹田 Xia Dan-Tian (Sia Tan-Tien) atau Tan-Tien Bawah atau Perut (dibawah pusar).
2. An Dada Wa representasi dari 氣 Qi (Chi) dalam 三寶 San Bao (San Po/Sam Po/Sam Pu) atau 中 丹田 Zhong Dan-Tian (Chung Tan-Tien) atau Tan-Tien Tengah atau di Dada.
3. Lawana Udadi representasi dari 神 Shen dalam 三寶 San Bao (San Po/Sam Po/Sam Pu) atau 上 丹田 Shang Dan-Tian (Shang Tan-Tien) atau Tan-Tien Atas atau di Kepala (diantara alis mata naik sedikit).
Dalam Kisah tersebut Werkudoro (Bima) bertemu Dewa Ruchi di tempat yang bernama Lawana Udadi atau di 上 丹田 Shang Dan-Tian (Shang Tan-Tien) atau di 神 Shen dalam 三寶 San Bao (San Po/Sam Po/Sam Pu).
Selanjutnya Werkudoro diminta masuk melalui telinga Dewa Ruchi yang mana lubang telinga keberadaannya sejajar dengan ditengah antara alis mata yang mana tempat 上 丹田 Shang Dan-Tian (Shang Tan-Tien) atau 神 Shen.

Pada kakawin Nawaruci tersebut sebagai Dewa utamanya adalah DEWA RUCHI dengan tokoh utamanya WERKUDORO yang mencari TIRTA AMERTA/PRAWITA atau AIR KEHIDUPAN atau yang juga dalam penaman sumbernya sebagai 丹 DAN (TAN) atau ZAT HALUS atau ELIXIR OF LIFE atau ELIXIR OF IMMORTALITY.
Di dalam tradisi pewayangan disebutkan bahwa Werkudoro merupakan titisan Bayu (Dewa Angin), Angin, udara atau Bayu disebut juga sebagai 风 Feng (Hong dalam dialek Hokkien) merupakan tempat keberadaan 氣 CHI (QI atau KI) dan nama Werkudoro sendiri mengandung kata U-Dara yang artinya Udara atau Angin.

Dewa Ruchi yang digambarkan dalam serat tersebut sebagai Dewa yang kecil merupakan representasi dari 氣 CHI (QI atau KI) yang bersifat LEMBUT atau KECIL.
Dijelaskan juga walaupun dengan tubuhnya yang kecil tetapi dapat dimasuki oleh Werkudoro yang bertubuh besar.
Penggambaran tersebut merupakan penjelasan tentang bahwa CHI (QI atau KI) sebagai manifestasi dari ALAM SEMESTA atau MAKROKOSMOS sebagai tempat atau Dunia yang besar dimana segala mahluk hidup bertempat.

Dalam serat tersebut Dewa Ruchi di sebut juga sebagai A-CHIN TI-YA (TYA), kata 金 CHIN (JIN) tersebut diambil dari kata 金丹 CHIN TAN (JIN DAN) yang makna 金 CHIN (JIN) artinya ; EMAS, LOGAM, KUNING EMAS.
Sedangkan kata 帝 TI (DI) artinya TUHAN, DEWA, KAISAR LANGIT, dan kata 爺 YA (YE) artinya PANGGILAN (GELAR) KEHORMATAN UNTUK DEWA.
Kata 金 CHIN (JIN) yang bermakna EMAS atau LOGAM direpresentasikan atau dijelaskan dalam serat tersebut bahwa A-CHIN TI-YA yang digambarkan sebagai pohon-pohon : Nawaratna Kusuma yang berhati batang EMAS, Padma Nalaka yang berhati batang TEMBAGA dan Kalpataru yang berhati batang BESI.
Selain itu kata 金 CHIN (JIN) yang berarti EMAS atau LOGAM yang dapat juga berarti KUNING atau KUNING EMAS merepresentasikan HUANG DI atau KAISAR KUNING yang merujuk kepada ajaran HUANG-LAO yang mengajarkan metode Nei Dan (Nei Tan).
Dalam wilayah tempat Dan Tian (Tan Tien) bawah atau 下 丹田 Xia Dan Tian yang terletak sepanjang 2-3 ibu jari dibawah pusar terdapat komponen penting yang disebut sebagai 金炉 JIN LU, kata 炉 LU artinya TUNGKU atau KOMPOR yang secara garis besar makna 金炉 JIN LU artinya TUNGKU/KOMPOR EMAS.
Makna lain dari 金炉 JIN LU dapat diartikan sebagai TUNGKU MATAHARI dengan kata 金 JIN dengan arti kiasan sebagai MATAHARI, dengan makna sebagai TUNGKU MATAHARI diaplikasikan didalam relief pelataran candi Chie-Tao (Ce-Tho) yang reliefnya terletak di tanah diantara Bundaran besar yang melambangkan pusar dan segitiga terbalik yang melambangkan tempat reproduksi, yang juga 金 JIN yang bermakna kiasan sebagai MATAHARI digunakan menjadi SIMBOL kerajaan Majapahit.
金炉 JIN LU artinya TUNGKU KUNING EMAS atau KOMPOR KUNING EMAS dalam Buddha atau Hindu disebut sebagai HAR-A atau HER-A dari kata 火 HUO artinya API.
Dewa Ruchi menjelaskan tentang PANCA MAYA yang merupakan representasi dari 五行 WU XING atau LIMA FASE (PROSES) atau 五色 WU SE atau LIMA WARNA.
Disebutkan bahwa ajaran 黃老 HUANG-LAO yang mendasari praktek Nei Dan (Nei Tan) terkait dengan konsep-konsep filsafat TAO, yaitu ; 氣 QI (CHI atau KI), YIN-YANG, 五行 WU XING artinya LIMA FASE (LIMA PERUBAHAN), 八卦 BA GUA (PA KUA) artinya DELAPAN SIMBOL TRIGRAM, 易經 YI JING artinya KITAB PERUBAHAN dan 黃帝內經 素問 HUANG DI NEI JING SU WEN artinya KITAB DALAM DIRI KAISAR KUNING, PERTANYAAN DASAR yang berisi tentang Pertanyaan atau Tanya-Jawab antara seorang Murid dan Huang Di (Kaisar Kuning) yang terkait dengan Nei Dan (Nei Tan) dan Tradisi Pengobatan Tiongkok Kuno (TCM, Traditional Chinese Madicine), yang kemudian semua dasar-dasar ini dijelaskan dalam wejangan Dewa Ruchi kepada Werkudoro secara tertutup dan rahasia seperti halnya yang terjadi antara Qiu Chu Ji dengan Kaisar Jengis Khan.
Serat Nawa Ruchi didalam tradisi JAWA dan BALI merupakan ajaran yang bersifat MYSTICAL UNION atau PENYATUAN YANG SECARA RAHASIA (MISTERI) seperti terkait dari pokok dasar ajaran Nei Dan (Nei Tan) yang bersifat ESOTERIK yaitu ajaran diajarkan secara PRIBADI dan RAHASIA.
Dalam tujuan praktek Nei Dan (Nei Tan) sebagai puncaknya adalah untuk dapat PENYATUAN antara 神 SHEN dengan 無極 WU-JI (WU CHI) artinya PELEPASAN TERTINGGI hingga mencapai KEKEKALAN atau KEABADIAN atau 仙 XIAN (Shien) atau JIWA YANG ABADI atau 神仙 SHEN XIAN (Shen Shien) pada Shang Dan Tian atau Dan Tian atas yang kemudian menjadi sebutan atau idiom dalam ajaran di Jawa yang dikenal “MANUNGGALING KAWULO GUSTI”.

* QUAN ZHEN, Ilmu (Ajaran) KASAMPURNAAN

Dalam kurun waktu sejarahnya dalam tradisi di Jawa Kisah Nawa Ruchi mengalami gubahan yang menjadi kisah Bimo Suci dan Dewa Ruchi, disebutkan pula dalam tradisi tersebut bahwa Kisah Nawa Ruchi merupakan inti dari ajaran (ilmu) Kasampurnaan
Kisah Nawa Ruchi merupakan analogi atau penjabaran dalam proses menjalankan Metode 內丹 術 Nei Dan Shu (Nei Tan Shu) pada masanya.
內丹 Nei Dan (Nei Tan) atau 內丹 術 Nei Dan Shu (Nei Tan Shu) adalah Metode Kultivasi Tao yang berasal dari Sekolah Tao 全真 QUAN ZHEN atau 全真 道 QUAN ZHEN DAO (Chuan Zhen Tao) yang didirikan oleh 王重陽 Wang Chong Yang atau Ong Tiong Yang (dalam dialek Hokkien) hidup pada tahun 1113-1170 M, Wang Chong Yang mempunyai nama asli 王中孚 Wang Zhong Fu (Wang Chung Fu).
Makna kata 全 QUAN (baca, CHUAN) artinya : SAMPURNA, LENGKAP, SEPENUHNYA, SEMUANYA, KESELURUHAN
Sedangkan kata 真 ZHEN (baca, CHEN/ZEN) dalam dialek Kanton JAN, artinya : NYATA, JELAS, SEBENARNYA (BENAR), ASLI.
Kata 全 QUAN (baca, CHUAN) dari kata 全真 QUAN ZHEN, yang artinya SAMPURNA atau KASAMPURNAAN menjadi nama ajaran (ilmu) yang menjadi tradisi di Jawa.
Jadi ilmu (ajaran) KASAMPURNAAN berasal dari sekolah Tao 全真 QUAN ZHEN yang didirikan oleh 王重陽 Wang Chong Yang.
知道 ZHI DAO (baca, CIE-TAO/CHE-TO) MENYADARI, MENGETAHUI, MEMAHAMI CANDI CHE-TO.
Candi CHE-TO terkait erat dengan 內丹 術 Nei Dan Shu (Nei Tan Shu) yang berasal dari sekolah TAO QUAN ZHEN atau 全真 道 QUAN ZHEN DAO, kata 知道 ZHI DAO atau CIE TAO atau CHE TO artinya MENYADARI (Menjadi sadar), MENGETAHUI, MEMAHAMI.

Kata CHE-TO yang maknanya MENYADARI, MEMAHAMI atau MENGETAHUI merujuk kepada ajaran yang disampaikan sekolah TAO dari QUAN ZHEN terkait erat dengan Metode 內丹 術 NEI DAN SHU (NEI TAN SHU) atau NEI DAN (NEI TAN).
Metode tersebut terkait erat dengan ajaran KASAMPURNAAN yang mana merupakan makna dari kata 全 QUAN (CHUAN).

Dalam pembelajaran tersebut seorang siswa diharapkan dapat MENYADARI atau MEMAHAMI atau MENGETAHUI yang disebut sebagai 知道 ZHI DAO atau CHE-TO dan kemudian setelah LENGKAP atau SEMPURNA dari ajaran tersebut siswa akan menjadi JELAS atau NYATA atau BENAR atau yang disebut sebagai 真 ZHEN (ZEN atau JEN) atau JAN (dalam dialek Kanton).
Dalam tradisi di Jawa makna dari kata CHE-TO berarti JELAS, pergeseran makna terjadi kemudian waktu dalam tradisi di Jawa yang seharusnya kata CHE-TO tersebut merupakan dimana seorang yang telah mendapatkan pelajaran secara LENGKAP atau SEMPURNA tentang Metode Nei Dan (Nei Tan) sebagai dasar ajaran Sekolah Quan Zhen yang didirikan oleh Wang Chong Yang (Ong Tiong Yang) sehingga seorang/pelajar tersebut mendapatkan Ke-JELAS-an atau Yang JELAS.

Struktur bangunan Candi CHE-TO dari bawah hingga ke atas merupakan representasi dari gambar 內經圖 NEI JING TU (Peta/Gambar Kitab Dalam Diri/Tubuh Manusia) yang merupakan sebagai gambar atau Peta Struktur tubuh manusia.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Nawa Ruchi terdapat gubahannya yang disebut sebagai BIMO SUCHI yang diperkirakan digubah oleh Sunan Kalijaga yang makna BIMO SUCHI sendiri adalah :
BIMO SUCHI
畢 Bi artinya MENYELESAIKAN (SELESAI), MENGAKHIRI (AKHIR), LENGKAP, JADI (MENJADI)
無 Mo atau Wu artinya PELEPASAN (TERLEPAS), KEIKATAN, KETIADAAN
無 Wu dalam dialek lain :
Dialek Tiongkok kuno : Ma, Mo
Kanton : Mou
Hakka (Khek) : Mo, Vu
Min Dong (Fu Zhou) : Mo, U
Min Nan (Hokkien) : Bo, Bu
Teochew : Bho, Bhu
Wu (Shanghai) : Hmo, Vu
Vietnam : Mo, Vu, Vo

Jadi kata 畢無 BI-MO artinya PELEPASAN YANG LENGKAP
處 Chu (Tsu) artinya TEMPAT, TEMPAT HIDUP, TEMPAT TINGGAL, KEBERADAAN, DITEMPATKAN
機 Ji (Chi) artinya NIAT, TITIK PENTING (TITIK PUSAT), SUMBU (POROS), KESEMPATAN, MOMENT, SAAT, SEBAB/PENYEBAB (ALASAN).
Jadi kata 處機 SUCHI (TSU-CHI) artinya NIAT DAN KESEMPATAN SAAT MASIH HIDUP ATAU HIDUP DI DUNIA
Secara garis besar makna BIMO SUCHI adalah NIAT DAN KESEMPTAN SAAT MASIH HIDUP DI DUNIA UNTUK DAPAT MENJALANKAN PROSES PELEPASAN YANG LENGKAP ATAU MENJALANKAN PRAKTEK NEI DAN (NEI TAN).

Kata 處機 Chu-Chi atau Tsu-Chi diambil dari nama 丘處機 Qiu Chu Ji (Kiu Tsu Chi) atau Qiu Chu Chi salah satu dari ke-Tujuh murid Wang Chongyang yang mengajarkan ilmu Kasampurnaan Lengkap atau Ilmu Pelepasan yang Lengkap kepada Kaisar Jengis Khan.
Kakawin Nawa Ruchi juga sempat digubah menjadi serat Dewa Ruchi oleh Yosodipuro I yang hidup 1729-1802 M.

-----------------------------------------
Judul Asli : 王重陽 WANG CHONGYANG ATAU ONG TIONG YANG (DIALEK HOKKIEN)

Oleh. 真 皓腦內
Jan Honone / Zhen HaoNaoNei

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber

Prasasti Kudadu Gunung Butak

Prasasti Kudadu ditemukan di lereng Gunung Butak yang masuk dalam jajaran Pegunungan Putri Tidur. Gunung Butak berada dalam wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Prasasti Kudadu bertarikh 1216 Çaka atau bertepatan dengan 11 September 1294 M, dengan menggunakan aksara Kawi Majapahit. Prasasti ini dipahatkan pada lempeng tembaga (tamra praśasti) yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardha Anantawikramottunggadewa. Prasasti Kudadu atau yang dikenal juga dengan Prasasti (Gunung) Butak – sesuai dengan lokasi ditemukan prasasti – menyebutkan tentang pemberian anugerah raja Kertarajasa Jayawardhana kepada pejabat Desa Kudadu berupa penetapan Desa Kudadu sebagai sīma untuk dinikmati oleh pejabat Desa Kudadu dan keturunan-keturunannya sampai akhir zaman. Para pejabat Desa Kudadu itu mendapat anugerah demikian karena telah berjasa kepada raja sebelum dinobatkan menjadi raja dan masih bernama Narārya Saṃgrāmawijaya. Pada waktu itu, Sa

Prasasti Pedang Goujian (Raja Yue/Yi)

Pedang Goujian (simplified Chinese: 越王勾践剑; traditional Chinese: 越王勾踐劍) adalah artefak manuskrip arkeologis dari periode Musim Semi dan Musim Gugur (771-403 SM) yang ditemukan pada tahun 1965 di Hubei, Cina. Dibuat dari perunggu, terkenal karena ketajaman dan ketahanannya terhadap noda yang jarang terlihat pada artefak yang sudah sangat tua. Artefak manuskrip bersejarah Tiongkok kuno ini saat ini dimiliki dan disimpan oleh Museum Provinsi Hubei. Pada tahun 1965, ketika penelitian arkeologi dilakukan di sepanjang saluran air utama kedua Waduk Sungai Zhang di Jingzhou, Hubei, serangkaian makam kuno ditemukan di Kabupaten Jiangling. Penggalian dimulai pada pertengahan Oktober 1965, berakhir pada Januari 1966, akhirnya mengungkapkan lebih dari lima puluh makam kuno Negara Chu. Lebih dari 2.000 artefak ditemukan di situs tersebut, termasuk pedang perunggu berhias prasasti, yang ditemukan di dalam peti mati bersama dengan kerangka manusia. Peti mati itu ditemukan pada bulan Desember 1965, d