Langsung ke konten utama

Tinjauan Kritis Gelar Raja "WARMAN" 華兒民 Dalam Catatan Sejarah


Agar tidak menimbulkan kerancuan dan salah kaprah dalam menelusuri sejarah dengan merujuk kata "Warman" yang kemudian menjadi "Wangsa Warman" digunakan dibanyak data sejarah maupun prasasti, selayaknya memahami pengertian akan kata Warman tersebut.

Kata Warman dari kata WA + ER(R) + MAN, kata ini merupakan dialek dari Kanton diwilayah Guangdong (Tiongkok Selatan).
Dalam penulisan dalam bahasa "Mandarin" ditulis sebagai 華 HUA (HUA/HWA) + 兒 ER(R) + MIN.
Dalam sejarah kuno dan orang kuno (khususnya dalam sejarah Tiongkok kuno) untuk menyebutkan wilayah Tiongkok disebut sebagai 華夏 HUA XIA atau kadang hanya disebut atau disingkat sebagai 華 HUA.

Kata HUA XIA bermakna HUA : sebagai 中華 ZHONG HUA (TIONG HUA dalam dialek Hokkien atau Min Nan) dan XIA (HSIA/SIA) : sebagai 夏朝 Dinasti Xia yang menjadi Kekaisaran awal dalam sejarah Tiongkok pada tahun sekitar 2070 SM.
Kata Hua ini yang kemudian menjadi indetitas sebagai orang atau warga keturunan bangsa Hua Xia atau Zhong Hua (Tiong Hua).

Kata XIA atau SIA digunakan oleh para sejarahwan barat modern yang digunakan pada kata AU-S TRO(TORO) NEI-SIA, kata 內夏 NEI-SIA artinya Didalam bagian HUA XIA atau Dinasti XIA yang merupakan sejarah peradaban Tiongkok kuno.

Kata 華 兒民 WA ER(R)-MAN sendiri bermakna Putra Bangsa Hua atau Putra Bangsa Hua Xia (Zhong Hua/Tiong Hua)

華 Hua (Hua/Hwa) : Tiong Hua / Tiong Wa (Zhong Hua), China, Daratan china (Tionghoa)

Dialek lain :
Kanton : Wa
Hakka (Khek) : Fa
Min Bei/Pei (Jian'Ou) : Ua(wa)
Min Dong (Fu Zhou) : Hua
Min Nan (Hokkien) : Hoa, Hua
Teochew : Hua, E
Wu (Shanghai) : Ho

兒 Er/R : Anak, Putra

民 Min : Orang, Rakyat, Warga, Bangsa

Dialek lain
Kanton : Man
Hakka (Khek) : Min
Min Bei/Pei (Jian'Ou) : Meng
Min Dong (Fu Zhou) : Ming
Min Nan (Hokkien) : Bin
Teochew : Ming
Wu (Shanghai) : Min
Vietnam : Dan, Ran

referensi sumber: copas dr pembabaran Kang Janonone Kusumo di group 覓 探以 MI TAN-I 道佑 TA(TAO)-YU 周華 JA-WA (ZHOU-HWA) 周遺 JA-WI (ZHOU-WI)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prasasti Kedukan Bukit - Palembang

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146. --->>>Teks Prasasti Alih Aksara     svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī śu     klapakşa vulan vaiśākha dapunta hiya<m> nāyik di     sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa     vulan jyeşţha dapunta hiya<m> maŕlapas dari minānga     tāmvan mamāva yamvala dualakşa dangan ko-(sa)     duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu     tlurātus sapulu dua vañakña dātamdi mata jap     sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula...

Prasasti Canggal / Gunung wukir Desa Kadiluwih Magelang

Prasasti canggal atau dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Wukir merupakan salah satu dari sekian banyak bukti sejarah akan keberadaan dan kebesaran kerajaan Mataram. Peninggalan kerajaan Mataram Kuno tersebut ditemukan di wilayah Magelang tepatnya berada di Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam Magelang. Sebagaimana peninggalan sejarah pada masanya prasasti ini juga dibuat dengan sebuah batu bertuliskan aksara pallawa serta memuat simbol dalam menunjukkan waktu pembuatannya. Simbol yang terdapat dalam menggambarkan angka tahun berbunyi Sruti-Indriy- Rasa yang kemudian diterjemahkan oleh para peneliti dengan angkat tahun 654 saka atau enem-limo-papat (dalam bahasa jawa) yang berarti bertepatan dengan tahun masehi ke- 732. Prasasti canggal memiliki isi sebanyak 12 bait yang di dalamnya menerangkan mengenai berdirinya dinasti sanjaya sebagai penguasa di wilayah jawa sebagai pengganti raja Sanna yang telah tiada. Selain hal tersebut prasasti peninggalan kerajaan mataram kuno ini juga ber...

Prasasti Yupa / Mulawarman dari Kutai

Prasasti Yupa atau Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai, adalah sebuah prasasti yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa/Tugu (sementara yang ditemukan) yang memuat prasasti, namun baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa (Pa-Lao-Wa /Lao-Lang) dan dalam bahasa campuran sansekerta dan Yi (Hok-Lo / Ge-Lao) Kuno, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 200 Masehi sesuai catatan kanung retawu terawal yg berkisar abad ke-2/3 M, meskipun sebagain sejarahwan menduga sekitar pd tahun 400 M. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub.[1] Isi prasasti yupa/mulawarman menceritakan Raja Mulawarman yang memberikan sumbangan kepada para kaum Brahmana berupa sapi yang banyak. Mulawarman disebutkan sebagai cucu dari Kudungga, dan anak dari Aswawarman. Prasasti ini merupakan bukti peninggalan tertua dari kerajaan yang beragama Dharma (Hindu?) di Indonesia. Nama Kutai umumnya digu...